Kembali Menulis di Gurusiana

Oleh: Inayatul Muchlisin

Tulisanku terhenti di gurusiana sejak kegagalanku mengirim tulisan tepat waktu. Sebenarnya kegagalan kecil, namun sempat membuatku pundung dan berlari ke lain hati. Hehe…begitu kira-kira jika diumpamakan orang yang sedang jatuh cinta. Yup! Begitu merindunya untuk memperoleh piagam seperti yang lain, ternyata terhenti di hari ke-36 pada 7 Oktober 2020 pukul 00.03 WIB. Menurutku kala itu, aku tidak terlambat memposting, karena di laptopku waktu masih menunjukkan 22. 56 WIB. Yah, apa mau dikata, itulah kenyataannya. Namun rinduku untuk menulis tetap ada. Kuhibur diriku dengan alasan mau fokus ke pekerjaanku sebagai guru yang memang banyak administrasi yang harus dilengkapi seperti membuat silabus, RPP dan sejenisnya. Toh itu juga termasuk menulis! Hiks begitu pembelaanku terhadap diriku.

Rinduku pada kegiatan menulis tetap bergelora. Kusalurkan dalam bentuk menulis bersama penulis pemula yang lain, bahkan kuajak siswa-siswaku untuk menulis hingga terbit sebuah buku karya bersama. Kebahagiaan siswaku mengetahui buku mereka akan terbit, menjadi pelipur hatiku.

Iseng-iseng kubuka facebook, Wow, ternyata banyak para penulis hebat yang sanggup menulis hingga 365 hari bahkan lebih tanpa henti. Kereen!!! Hatiku mulai tergelitik lagi. Subhanallah, betapa konsisten mereka menulis hingga memperoleh buah yang manis. Bagiku bukan masalah dapat piagam atau tidak, tapi kesanggupan mereka untuk tetap menulis tanpa henti sungguh ruarrr biasa.

Membaca ucapan selamat untuk mereka yang sudah sanggup konsisten menulis, membuat cintaku tumbuh lagi. Kucoba menulis. Agh, mengapa ide tidak lagi mengalir selancar dulu? Lebih banyak terhenti. Yah, mungkin karena aku penulis amatiran jadi agak berat mengangkat ide ya. Suatu kali teman sekolahku 33 tahun yang lalu meminta tolong padaku untuk membuat cerpen. Hiks, dia tidak tahu kalau aku sudah lama tidak menulis. Dia kagum katanya dengan postingan yang dulu memang sering kubagikan di grup. Hehe, mau nolak kasihan. Mau diterima aku kurang yakin dengan kemampuanku sendiri. Akhirnya kuterima permintaannya sebagai tantangan bagi diriku sendiri. Dia memberi waktu empat hari. Kusampaikan padanya agar mendoakanku tetap sehat dan mendapatkan inspirasi. Siapp katanya.

Malamnya kucoba menulis cerpen sesuai tema permintaannya. Hei…. Ko agak sulit mengalir ya? Ibarat air yang biasa mengalir, mungkin kali ini airnya sudah kurang jernih sehingga harus tersumbat. Kupaksa dan kupaksa. Lumayan…. Dapatlah dua setengah halaman dalam dua hari, tapi cerita baru mau naik konflik. Mentok dan mentok lagi. Kuingat pesan temanku lagi ‘jangan banyak-banyak, Na. dua halaman saja!’ Hihi… dikira menulis bisa dibatasi kertas? Aku mencoba mencari ide lagi. Akhirnya kutemukan ide juga dari apa yang kulihat dan kubaca. Kurangkai dan kuramu pengalamanku dan berbagai lintasan yang pernah kubaca menjadi cerita baru. Alhamdulillah, selesai juga cerpen dua halaman sesuai permintaannya di hari ketiga. Dan…..hei….. ternyata aku sanggup memaksa diriku untuk menulis lagi. Terima kasih, sahabat, kau telah memaksaku untuk menulis. Kini aku ingin menulis lagi seperti yang lain. Mungkin tidak sehebat mereka yang menulis tanpa jeda setiap hari tapi paling sedikit tidak beristirahat terlalu lama untuk tidak menulis. Semoga semangat ini akan tetap ada. (Tangerang, 3 Juli 2021, 07.56 WIB waktu di laptopku)