KISAH MARET
Suatu hari di bulan maret, seekor burung tertembak pemburu. Di dadanya bersimbah darah, mengalir jatuh ke tanah. Ia sempat menciap mencari semangnya, mengumpulkan mereka sebelum jasadnya teronggok menjadi bangkai di jalanan.
Tak ada kata kehilangan, tak ada kata perpisahan. Hanya setetes darah terakhir menelan kesakitannya sendiri, sendiri, dan sendiri. Lagu kemarin yang dinyanyikan, saat bersandar di bahu pohon tua, tak dibawa serta, dibiarkan menguap entah ke mana.
Ia tidak membawa apa-apa selain kesendiriannya.
Suatu hari di bulan maret, seekor burung tertembak pemburu. Tak ada berita duka yang disiarkan lewat megaphone yang di pasang di puncak pohon. Tak ada yang tahu. Sebab dia bukan siapa-siapa yang harus di ketahui. Tak ada makam, tak ada nisan yang ditulis nama, tak ada bunga-bunga yang ditabur di atasnya.
Ia tidak membawa apa-apa selain kesendiriannya.
****
Maret
Konten pada website ini merupakan konten yang di tulis oleh user. Tanggung jawab isi adalah sepenuhnya oleh user/penulis. Pihak pengelola web tidak memiliki tanggung jawab apapun atas hal hal yang dapat ditimbulkan dari penerbitan artikel di website ini, namun setiap orang bisa mengirimkan surat aduan yang akan ditindak lanjuti oleh pengelola sebaik mungkin. Pengelola website berhak untuk membatalkan penayangan artikel, penghapusan artikel hingga penonaktifan akun penulis bila terdapat konten yang tidak seharusnya ditayangkan di web ini.
Laporkan Penyalahgunaan
Komentar
Kasihat banget burungnya ya buu..Sendiri...sendiri...dan sendiri..Slm knl, slm sht, dan slm literasi
Salam kenal juga Bu ...Begitulah analoginya