Waawww waaawww....

Suara tangis Toha menggema. Mak Katimumul gemes bukan kepalang hari ini sama si Toha cucunya. Makanya spontan werrrr tangannya menjewer telinga Toha. Alhasil, menangisi lah si Toha menggerung-nggerung. Sampai semua tetangga mendengar dan berbondong-bondong datang melihatnya.

"Ada apa to yu si Toha itu kok sampe mbok jewer. Kasihan kan. Itu termasuk penganiayaan lo. Nanti kena undang-undang perlindungan anak sampeyan" kata Mendes sok menasihati.

"Lha aku jiengkel lo, Ndes. Mosok si Toha itu tonya-tanya nyunormal itu apa, nyunormal itu apa. Aku kan nggak tahu apa maksude," kata Mak Katimumul sambil menggoreng kopi.

"Oalaaahhh trus mbok jawab apa yu, ditanya gitu sama si Toha," desak Mendes penasaran.

"Itu orang yang sembuh dari gila, Le. Ehhhh...tak jawab gitu malah mencak-mencak. Aku dibilang bodoh dan nggak baca berita," jawab Mak Katimumul masih emosi. "La apa aku ini pengangguran kok enak-enak baca berita. Tak tinggal baca berita bisa gak makan semua to. Wong anak dan menantuku semua nggak kerja katanya di PKK,"

"Xixixixi kok PKK to yu....PHH...ehhh PHK ding..." kata Mendes.

"Sini Le, jangan menangis ya..." bujuk Mendes sambil mendekati Toha.

"Bulek, nyunormal itu apa to. Kata temanku nyunormal itu sama dengan masker. Bener to?" kata Toha penasaran.

"Lho kok kamu pinter le..." puji Mendes.

"Aku kok gak punya masker?" tanya Toha.

"Gampang, cah bagus. Yuk...ikut bulek ke pinggir jalan sana. Siapa tahu ada dermawan yang ngasih masker," ajak Mendes sambil menggandeng tangan Toha.

"Cihuiiii...,"

Toha gembira sekali, matanya berbinar-binar karena akan mendapatkan masker gratis dari entah siapa.

Satu jam menunggu, dua jam, tiga jam...Toha menunggu dengan penuh harapan. Sampai akhirnya meringkuk tidur di kursi reyot di sebuah warung pinggir jalan yang tutup sejak ada korona.

Mendes menggendong Toha pulang. Pelan-pelan dikembalikan mimpi anak kecil itu. Siapa tahu besok akan terwujud hidup di era nyunormal. Memiliki masker sendiri.

Mimpi yang sederhana!

Batu, Juni 2020

Lockdown dewe