Inggy Yuliani

Belum menuliskan informasi profilenya.

Selengkapnya
Navigasi Web
PENDEKATAN PEMBELAJARAN BERBASIS PROJEK DALAM PENGAJARAN BAHASA INGGRIS TERINTEGRASI UNTUK MENINGKATKAN KETERAMPILAN BERBAHASA, KETERAMPILAN TEKHNLOGI DAN MENUMBUHKAN KESADARAN SISWA AKAN LINGKUNGAN (Pemenang I Lomba Inovasi Guru Jawa Barat 2016)
The Implementation of Project Based Learning at SMP Negeri 2 Bandung

PENDEKATAN PEMBELAJARAN BERBASIS PROJEK DALAM PENGAJARAN BAHASA INGGRIS TERINTEGRASI UNTUK MENINGKATKAN KETERAMPILAN BERBAHASA, KETERAMPILAN TEKHNLOGI DAN MENUMBUHKAN KESADARAN SISWA AKAN LINGKUNGAN (Pemenang I Lomba Inovasi Guru Jawa Barat 2016)

Abstrak

Pendekatan Pembelajaran Berbasis Projek (PPBP) didalam Pengajaran Bahasa Inggris, disarankan oleh Pemerintah Indonesia sebagai salah satu pendekatan yang dapat digunakan oleh guru-guru di kelas. PPBP dipercaya dapat menolong siswa untuk mencapai tujuan pembelajaran aktif dan memberikan siswa keahlian hidup seperti yang telah digariskan oleh kurikulum.

Pada penelitian ini, Pendekatan Pembelajaran Berbasis Projek diintegrasikan dengan “Genre Based Approach” atau Pendekatan Berbasis Teks (PBT). PBT adalah suatu model yang secara sistematis mengeksplorasi bagaimana struktur suatu bahasa memungkinkan orang untuk mencapai tujuan-tujuan nya didalam konteks sosial (Martin, Christie, and Rothery, 1994: 232-233). Berdasarkan paparan diatas jelas terlihat bahwa Pendekatan Pembelajaran Berbasis Proyek dan Teks mempunyai gagasan yang sama yaitu berpusat pada siswa, memecahkan masalah dunia nyata dan melibatkan siswa dengan lingkungan sekitarnya. Jenis teks yang menjadi fokus dari penelitian ini yaitu Descriptive Report yang harus diajarkan di SMP kelas IX berdasarkan Kurikulum KTSP.

Pemaparan mengenai latar belakang serta teori akan diikuti dengan pemaparan metodologi, yang akan menerangkan bahwa penelitian yang dilaporkan dalam tulisan ini menggunakan studi kasus. Data- data dikumpulkan melalui observasi kelas, wawancara dan analis teks. Penelitian ini mengungkapkan bahwa dengan implementasi pendekatan berbasis teks di kelas melalui siklus kurikulum pendekatan Berbasis Teks telah memberikan pengalaman belajar yang baik kepada siswa untuk meningkatkan pengetahuan mereka tidak hanya dalam mata pelajaran Bahasa Inggris saja tetapi juga meningkatkan kemampuan ICT. Selain itu, kesadaran siswa akan pentingnya melindungi bumi dari kerusakan lingkungan pun bertambah dengan menulis teks, membuat video dan website mengenai isu isu lingkungan dan mendiskusikannnya didalam kelas.

Kata Kunci: Project Based learning; Genre Based Approach;Descriptive Report

I. Pendahuluan

1.1. Latar Belakang

KTSP (Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan) yang diperkuat oleh Kurikulum Nasional menyarankan bahwa guru-guru seharusnya mengembangkan aktifitas pembelajaran yang berpusat kepada siswa dan memberikan bekal keterampilan hidup yang berguna bagi dirinya kelak. Menurut kurikulum KTSP aktifitas pembelajaran hendaknya dirancang untuk menyediakan pengalaman belajar yang melibatkan proses mental dan fisik melalui interaksi antar sesama siswa, guru dan siswa, lingkungan dan sumber belajar lainnya untuk mencapai indikator dan kompetensi dasar. Oleh karena itu, kreatifitas guru didalam mengembangkan bahan ajar dan metode untuk mencapi kompetensi komunikatif baik lisan maupun tulisan dan mengintegrasikan empat keterampilan berbahasa: Mendengarkan, Berbicara, Membaca dan Menulis dituntut secara profesional (BNSP:2006;Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan:2013)

Pendekatan Pembelajaran Berbasis Projek adalah salah satu metode yang dapat diterapkan didalam kelas untuk mencapai tujuan belajar aktif seperti yang telah disebutkan diatas dan memberikan keterampilan hidup bagi siswa, dikatakan oleh Diem (2009) bahwa keuntungan yang akan segera didapatkan dari implementasi PBL adalah pusat belajar adalah siswa yang tentu saja akan mendorong otonomi dan kreatifitas siswa selama berlangungnya projek pembelajaran.

Di Indonesia, PPBP telah menjadi trend bagi guru-guru di setiap jenjang pendidikan untuk diterapkan didalam kelas , tetapi pemahaman guru terhadap Penerapan PPBP didalam kelas terutama kelas Bahasa Inggris belum menyeluruh karena kurangnya daftar pustaka dan referensi.

Berdasarkan hasil studi dan fenomena diatas, penulis tertarik untuk mendapatkan pemahaman yang lebih dalam dan menginvestigasi lebih lanjut dengan menerapkan Pendekatan Pembelajaran Berbasis Projek di dalam Kelas Bahasa Inggris yang mengacu kepada Pendekatan Berbasis Teks atau ' Genre Based Approach' di salah satu Sekolah Menengah Pertama di Bandung , Indonesia.

Hasil penelitian ini diharapkan dapat bermanfaat bagi sekolah-sekolah lain khususnya Sekolah Menengah Pertama sebagai sumber informasi untuk implementasi Pendekatan Berbasis Projek dalam pengajaran Bahasa Inggris berbasis ICT sebagai petunjuk praktis dan menambah literatur atau bahan bahan informasi ilmiah sehingga dapat digunakan untuk melakukan kajian dan penelitian selanjutnya.

II. KAJIAN PUSTAKA

2.1 Pendekatan Berbasis Projek

Pendekatan Pembelajaran Berbasis Projek mengembangkan keterampilan dan konten dengan melibatkan siswa didalam suatu tugas logis yang mengintegrasikan keterampilan dan konten yang akan dipelajari, relevan dengan kehidupan sehari hari siswa dan menyediakan konteks dunia nyata untuk pembelajaran (Warlick:1999 seperti dikutip dalam Cavanaugh, 2004:2).

Peran guru di dalam kelas yang menerapkan PPBP akan berubah. Seperti pendapat yang diketengahkan oleh Soule (2014) bahwa guru dalam kelas PPBP akan memainkan peran sebagai pembimbing, fasilitator, pemotivasi dan pengembang pengalaman belajar. Guru didalam menerapkan PPBP perlu mengembangkan model berpikir kritis dan rasa ingin mencari pengetahuan serta juga membangun keahlian siswa dalam bekerjasama.

Didalam proses pembelajaran , PPBP dapat diintegrasikan dengan Pendekatan Berbasis teks yang telah diterapkan sejak tahun 2004 pada Kurikulum Berbasis Kompetensi.

2.1 Pendekatan Berbasis Teks

Teks didefinisikan sebagai cara bagaimana kita menyelesaikan sesuatu melalui bahasa yaitu cara kita bertukar informasi atau pengetahuan dan berinteraksi secara sosial (Callaghan, Knapp dan Knoble, 1993: 193). Sejalan dengan hal tersebut, Christie dan Derewianka (2008:3) berpendapat bahwa pokok asumsi dari pendekatan Berbasis Teks yang didasari oleh Sistemik Fungsional Linguistik ialah suatu hubungan yang lengkap antara fungsi linguistik dan sosial yang terfokus kepada bagaimana seseorang menggunakan bahasa untuk menciptakan makna.

Didalam penelitian ini, guru merancang bahan ajar dengan jenis Report yang memuat topik Pemanasan Global berdasarkan kompetensi standar Reading, Writing, Listening dan Speaking. Untuk mencapai kompetensi-kompetensi standar tersebut, guru harus memperkenalkan fungsi sosial dan stuktur organisasi dari teks Report, mendiskusikan fungsi-fungsi dari setiap tahap dari struktur organisasi teks tersebut dan membiasakan siswa dengan ciri kebahasaan dari

teks Report yang akan dibahas lebih lanjut di bawah ini.

2.2 Descriptive Report

Fungsi sosial

Untuk menggambarkan bagaimana sesuatu secara apa adanya sebagai hasil pengamatan yang didapatkan melalui referensi atau pengamatan sistematis yang meliputi gejala alam, lingkungan, gejala sosial atau benda buatan manusia.

Struktur teks

§ Klasifikasi Umum: Berisi pernyataan umum yang menjelaskan apa fenomena yang didiskusika. Penulis menyatakan topik dari teks report dan menempatkannya dalam kategori umum.

§ Deskripsi: penulis menggambarkan aspek – aspek yang berbeda dari topic tersebut dalam hal bagian-bagiannya (beserta fungsinya), kuaitas, kebiasaan atau tingkah laku, apabila hidup; kegunaan apabila tidak alamiah

Ciri-ciri Kebahasaan:

§ Fokus kepada subjek yang umum

§ Menggunakan proses relational untuk menyatakan apakah itu dan yang mana

§ Menggunakan simple present tense (kecuali punah)

2.3 Prinsip-Prinsip Dasar Pendekatan Berbasis Teks

üü Belajar Bahasa adalah Aktifitas Sosial

Belajar adalah, diatas segalanya, sebuah proses sosial, dan pengetahuan ditransmisikan didalam konteks sosial, melalui hubungan-hubungan, seperti antara orang tua dan anak, guru dan siswa ataupun anatara siwa dengan siswa yang lainnya, yang didefinisikan didalam sistem nilai dan ideologi budaya. (Halliday, 1985: 5 dikutip dari Emilia, 2005).

üü Pengajaran Eksplisit

Guru disarankan untuk secara eksplisit mengemukakan apa yang akan dipelajari, mengapa hal tersebut dipelajari dan apa yang diharapkan dari siswa pada akhir pembelajaran. (Gibbons, 2002:52-60).

üü Belajar di Bawah Bimbingan Guru Dalam Kerangka Magang

(Apperenticeship)

Siswa berperan sebagai orang yang dilatih dan guru sebagai ahli mengenai sistem dan fungsi bahasa (Feez and Joyce, 2002)

2.4 Siklus Kurikulum Menurut Pendekatan Berbasis Teks

üü Building Knowledge of the Field

Tahap ini bertujuan untuk meyakinkan dan menscaffolding siswa agar mereka mempunyai latar belakang pengetahuan yang cukup mengenai topik yang akan mereka tulis nantinya (Gibbons, 2002).

üü Modeling

Tahap ini bertujuan untuk membangun pemahaman siswa terhadap tujuan, keseluruhan struktur, dan ciri kebahasaan suatu teks tertentu. (Gibbons, 2002:

64).

üü Joint Construction

Tahap ini adalah waktu bagi guru dan siswa untuk mendiskusikan keseluruhan struktur teks, menyarankan penggunakan kosa kata yang tepat, mempertimbangkan cara lain untuk menuangkan gagasan dan mengkoreksi penggunaan tata bahasa ynag tidak tepat, ejaan dan tanda baca (Gibbon,

2002:66).

üü Independent Construction

Pada tahap ini disarankan bagi siswa untuk membuat sendiri teks mereka secara individu (Gibbons,2002:60).

III. METODE PENELITIAN

3.1 Pertanyaan penelitian

Penelitian ini berusaha menjawab beberapa pertanyaan penelitian sebagai berikut:

§ Bagaimanakah implementasi Pendekatan Pembelajaran Berbasis Projek yang terintegrasi dengan Pendekatan Berbasis teks didalam pengajaran teks Report dengan konten Pemanasan Global dan didukung oleh penggunaan ICT?

§ Bagaimana perkembangan kemampuan siswa didalam menulis teks Report dan mengembangkan keterampilan berbahsa lainnya menggunakan ICT dengan konten Pemanasan Global?

§ Bagaimana respons siswa terhadap implementasi Pendekatan Pembelajaran Berbasis Projek yang terintegrasi dengan Pendekatan Berbasis Teks didalam pengajaran Teks Report dengan konten Pemanasan Global dan didukung oleh penggunaan ICT?

3.2 Tempat dan Partisipan dalam Penelitian

Penelitian ini dilakukan di SMP Negeri 2 Bandung, Jawa Barat Indonesia. Partisipan penelitian ini melibatkan satu orang guru Bahasa Inggris dan 30 puluh orang siswa kelas IX.

3.4 Desain dan Metode Penelitian

Metode yang dipakai didalam penelitian ini adalah studi kasus kualitatif karena hanya fokus terhadap satu pengalaman atau praktek pendidikan tertentu (Freebody, 2003: 81), yaitu implementasi Pendekatan Pembelajaran Berbasis Projek yang terintegrasi dengan Pendekatan Berbasis Teks dalam pengajaran Bahasa Inggris. Penelitian ini menerapkan lebih dari satu tekhnik pengumpulan data (Freebody, 2003:83) yaitu observasi kelas, wawancara, dan analisis data yang menjadi ciri umum dari studi kasus untuk menjadi sumber data.

3.5 Teknik Pengumpulan Data

Observasi kelas yang dilakukan selama penelitian ini dilaksanakan enam belas kali dalam jangka waktu delapan minggu di kelas. Setiap observasi berlangsung selama 80 menit (2x40 menit). Observasi kelas dilaksanakan pada awal minggu bulan Agustus sampai akhir bulan September 2014. Wawancara dilakukan dengan melibatkan semua siswa kelas IX. Wawancara berlangsung selama 15-20 menit untuk setiap partisipan. Tekhnik pengumpulan data yang terakhir adalah dokumentasi dari hasil tulisan siswa dengan jenis teks Report dan topik Pemanasan Global.

IV. PRESENTASI DAN PEMBAHASAN DATA

4.1 Data dari Observasi Kelas

Tahap 1:Building Knowledge of Field

Guru melaksanakan 8 pertemuan di tahap ini. Di pertemuan pertama, guru mempertunjukkan sebuah film dan membaca artikel mengenai pemanasan global, mengajukan pertanyaan-pertanyaan yang berkaitan dengan film dan artikel tersebut kepada siswa dan mendiskusikannya.

Di pertemuan kedua, guru meminta siswa untuk mempresentasikan hasil diskusi yang telah dilaksanakan di pertemuan sebelumnya. Setelah itu guru meminta siswa untuk bekerja berpasangan untuk mendiskusikan suatu artikel. Setelah berdiskusi, guru meminta siswa untuk mempresentasikan hasil diskusi tersebut.

Di pertemuan yang ketiga, guru meminta siswa untuk bekerja berpasangan dan mendiskusikan cara yang terbaik untuk memperlambat atau mengkontrol perubahan iklim.

Pada pertemuan keempat, guru meminta siswa untuk bekerja berpasangan kembali dan mendiskusikan permasalahan yang berkaitan dengan global warming. Setelah diskusi selesai, siswa berbagi pendapat mereka di diskusi kelas.

Pada pertemuan kelima, guru Bahasa Inggris beserta siswa mengunjungi “Car Free day” atau Hari Tanpa Kendaraan Bermotor untuk mengobservasi kegiatan- kegiatan yang terjadi disana. Siswa-siswa membuat video dan mewawancarai beberapa orang selama kunjungan mereka disana.

Pada pertemuan keenam, siswa harus melaporkan apa yang telah mereka lakukan di Car Free Day bersama kelompoknya, setiap kelompok terdiri dari lima siswa. Siswa-siswa bersikap seperti layaknya seorang reporter ketika mereka mempresentasikan videonya dan hal-hal menarik yang mereka temukan di acara tersebut.

Pada pertemuan ketujuh , siswa memulai aksinya dengan merencanakan apa yang akan mereka lakukan sebagi aksi nyata bagi masyarakat untuk berpartsipasi didalam mengurangi dampak pemanasan global dan menunjukkan kepedulian mereka terhadap lingkungan hidup. Aksi yang dipilih sesuai dengan saran guru ialah aksi pungut sampah dan menanam pohon.

Pada pertemuan kedelapan, guru meminta siswa untuk bekerja berpasangan dan memilih salah satu masalah global warming yang mereka suka untuk dipelajari dan mencari referensi untuk memperkaya pengetahuan mereka dan membuat peta pikiran untuk mencatat apa yang mereka temukan.

Dari perspektif Pendekatan Berbasis Teks dalam upaya untuk membangun latar belakang pengetahuan siswa, guru telah memenuhi proposi-proposi yang disarankan oleh para ahli Pendekatan berbasis teks. Guru telah mendorong siswa untuk membaca materi-materi yang relevan dengan jenis teks yang didiskusikan, melihat gambar atau video dan juga bermain peran (Gibbons, 2002:61).

Tahap 2 : Modeling of the Text

Guru melaksanakan satu pertemuan untuk menyelesaikan tahap ini. Guru meminta siswa untuk membaca teks dan dilanjutkan dengan diskusi mengenai struktur organisasi dan ciri kebahasaan teks Report. Aktifitas pembelajaran ini sesuai dengan pendapat para pengembang teori Pendekatan Berbasis Teks yang mengharuskan guru untuk membiasakan siswa dengan target teks dengan menampilkan dan secara eksplisit menerangkan struktur organisasi dari teks tersebut (Gibbons, 2002:64)

Tahap 3 : Join Construction of Text

Ada empat pertemuan di tahap ini, guru meminta siswa untuk bekerja berpasangan. Setelah itu, setiap kelompok diminta untuk menuliskan salah satu topik yang berkaitan dengan

masalah pemanasan global di papan tulis dan setelah semua masalah dituliskan oleh semua kelompok, guru meminta siswa untuk menentukan topik mana yang paling menarik untuk didiskusikan.

Setelah mendapatkan satu topik yang menarik, guru meminta siswa untuk memikirkan headline yang sesuai untuk topik tersebut. Perwakilan kelompok menulis didepan kelas, lalu seluruh kelas memutuskan mana yang terbaik. Kegiatan selanjutnya adalah meminta siswa untuk memikirkan background events atau latar belakang kejadian yang harus dituliskan setelah headline. Perwakilan kelompok kembali menulis di papan tulis, setiap kelompok menulis satu paragraf dan seluruh kelas menentukan mana paragraf yang paling tepat. Akhirnya, guru meminta siswa untuk menuliskan sources atau komentar- komentar dari pihak yang terkait dengan peristiwa tersebut juga saksi mata ataupun saksi ahli yang dicari dari interenet setelah itu memutuskan mana yang paling tepat untuk dituliskan.

Kegiatan pembelajaran yang dilakukan oleh guru ditahap ini sejalan dengan Callaghan dan Rothery (1988:42) yang menegaskan bahwa di tahap Join Construction siswa diharuskan bekerja bersama atau berkolaborasi bersama temannya.

Pada pertemuan selanjutnya, guru meminta siswa untuk bekerja dengan pasangannya dan merevisi peta pikiran mereka, lalu mereka membuat drafting atau kerangka karangan berdasarkan peta pikiran yang telah mereka buat.

Aktifitas selanjutnya ialah waktu untuk mengadakan sharing dan konferensi kelas, bersama kelompok mereka mempresentasikan pekerjaan mereka lalu bersama seluruh kelas, mereka mengedit teks. Didalam proses pembelajaran ini semua siswa terlibat aktif karena mereka akan mendapatkan poin apabila mereka memberikan komentar atau memberikan perbaikan kepada teks rekannya yang di presentasikan. Guru membantu siswa apabila mereka melakukan kesalahan koreksi atau apabila mereka menemukan kesulitan. Setelah itu, bersama pasangannya mereka melakukan revisi terhadap teksnya, mereka juga harus berkonsultasi dengan guru apabila mereka menemukan kesulitan didalam merevisi.

Tahap 5: Publishing

Siswa mempunyai waktu 3 hari untuk membuat poster dan website. Siswa bekerja sama dalam kelompok didalam membuat website. Hasil Karya mereka selama proses pembelajaran berupa artikel, teks , video, ppt dan poster diupload kedalam website. Setelah itu, mereka mengundang teman-temannya dan juga orang tua untuk mengunjungi website tersebut dan memberikan komentar terhadap produk hasil belajar mereka.

4.2 Data dari Teks yang Ditulis oleh Siswa

Jumlah teks Report yang ditulis oleh siswa seluruhnya ada 15 yang mewakili kelompok rendah, sedang dan tinggi setelah diidentifikasi oleh guru di kelas (contoh teks siswa terdapat didalam lampiran). Teks-teks tersebut dianalis berdasarkan aspek-aspek yang meliputi struktur organisasi dan ciri kebahasaan teks-teks tersebut seperti yang dikemukakan oleh

Gerot dan Wignell (1995). Hasil analisis teks menunjukkan bahwa semua teks yang dihasilkan oleh siswa telah memenuhi struktur organisasi konvensional dari teks Report yang terdiri dari: General Identification, description. Semua teks siswa juga telah menerapkan ciri kebahasaan teks-tek tersebut

yang tepat. Berkaitan dengan kapasitas siswa dalam menulis, ditemukan bahwa kemampuan

menulis siswa berbeda satu sama dengan yang lainnya. Kebanyakan dari mereka mempunyai

pemahaman yang cukup menegenai struktur organisasi yang diperlukan didalam menulis teks

Report tetapi mereka menulis dengan gaya dan kualitas yang berbeda.

4.3 Interview

Berdasarkan data, sekitar 98 % dari 30 siswa memberikan reponse yang positif terhadap projek yang telah mereka kerjakan. Siswa mempunyai keyakinan diri yang kuat ketika menulis dengan struktur yang jelas mereka juga mampu dengan percaya diri berinteraksi secara lisan dengan teman- teman mereka dari negara lain. Hal ini dikarenakan mereka telah melalui beberapa tahap didalam proses menulis. Mereka mendapatkan ulasan dari teman sejawat untuk tulisan mereka. Selain itu, berkesempatan untuk berkonferensi bersama guru untuk merevisi dan mengedit tulisan mereka. Mereka juga mempunyai motivasi yang kuat untuk menulis karena mereka ingin mengetahui lebih banyak mengenai masalah Pemanasan Global dan mendiskusikannya dengan teman-teman mereka dari negara lain. Kenyataan ini sesuai dengan apa yang diutarakan oleh Dopplet (2003 seperti yang dikutip

dalam Bell, 2010:43) yang berargumen bahwa PPBP adalah pendekatan yang sangat menantang dan memotivasi yang menggambarkan lebih banyak keterlibatan, ketertarikan dan investasi didalam belajar dari siswa.

Siswa juga mengutarakan bahwa mereka menghadapi beberapa tantangan didalam proses pengerjaan projek, yaitu: rendahnya motivasi untuk membaca teks otentik dan kadang-kadang merasa malas untuk merevisi dan mengedit hasil tulisan mereka. Dukungan dari teman dan guru sangat mereka butuhkan untuk meningkatkan semangat sehingga dapat mengerjakan projek dengan baik.

Mereka juga menghadapi kendala yang lainnya, terutama dalam hal bagaimana membuat web page yang menarik. Guru IT kadang-kadang membantu mereka dan memberikan saran bagaimana cara membuat animasi didalam webpage. Walaupun mereka menghadapi beberapa kesulitan dengan tekhnologi mereka menemukan banyak keuntungan. Siswa menjadi lebih tertarik untuk terlibat active dalam proses pembelajaran dengan metode ini. Krajcik et al. (1994:488-489 seperti yang dikutip dalam Thomas, 2010:8) berargumen bahwa “ Menggunakan tekhnologi didalam pembelajaran berbasis projek akan membuat lingkungan belajar lebih otentik untuk siswa karena komputer menyediakan akses kepada data dan informasi, memperpanjang inetraksi dan berkolaborasi dengan yang lain melalui jaringan.”

Mengumpulkan data juga sangat menantang bagi mereka, mereka sangat berterimakasih kepada orang tua ynag telah mendukung dan menyediakan transportasi untuk pergi ke tempat

dimana mereka harus melakukan observasi dan mewawancarai nara sumber. Orang tua juga memberikan umpan balik yang positif terhadap pekerjaan siwa dengan memberikan komentar di dalam website atau bimbingan langsung. Seperti yang disarankan oleh National Academy Foundation (2012) dalam buku Project Based Learning Guide bahwa orang tua dapat memainkan peran didalam mendukung keterlaksanaan PPBP dengan terlibat bersama siswa didalam proses pencarian pengetahuan, menyediakan sumber belajar tambahan kedalam kelas, dan sebagai penonton untuk menikmati hasil karya siswa.

V. Kesimpulan

Hasil penelitian menunjukkan bahwa Pendekatan Pembelajaran Berbasis projek bermanfaat tidak hanya bagi guru tetapi juga bagi siswa. Projek pembelajaran dtelah memeberikan kontribusi yang nyata bagi hasil tulisan siswa melalui tahapan proses menulis dan memebrikan motivasi yang kuat melalui tujuan dan konten pembelajaran dalam projek tersebut. Secara umum, siswa menganggap bahwa projek pembelajaran sangat menari dan bermakna bagi mereka. Terlebih lagi, PPBP telah memenuhi harapan siswa dalam belajar karena menyediakan tugas dunia nyata.

Akan tetapi, penerapan PPBP didalam kelas bukanlah hal yang mudah untuk dilakukan karena PBL memerlukan waktu, energy dan pendanaan untuk didedikasakan terhadap pelaksanaan projek. Guru harus mempertimbangkan waktu yang tepat untuk melaksanakan projek dan menyesuaikannya dengan tuntutan kurikulum. PPBP juga menuntut kreatifitas guru untuk merancang project yang akan memotivasi siswa untuk belajar. Lalu guru harus bisa membuat tim yang solid dan berkomitmen. Guru harus mengetahui bagaimana mengelola gagasan siswa yang

berbeda dan bagaimana membuat mereka berkomitmen untuk menyelesaikan projek. Setelah itu, soal pendanaan harus dipikirkan oleh guru karena melaksanakan suatu projek memerlukan pendanaan. Siswa perlu pergi ke tempat observasi dan menggunakan beberapa peralatan tekhnologi untuk melakukan lapora. Dukungan sekolah dan orang tua adalah solusi dari masalah ini.Pertimbangan terakhir yang juga penting adalah siswa haruslah kreatif dan mempunyai kemampuan untuk menyelesaikan masalah dengan keterampilan berpikir didalam menganalisa. Oleh karena itu, guru harus mendukung siswa dengan seperangkat tata bahasa yang mereka perlukan untuk menyelesaikan projek, menyediakan banyak sumber belajar dan serangkaian proses scaffolding atau pembimbingan. Akhirnya, penelitian lebih lanjut untuk mengeksplorasi bagaimana Pendekatan Pembelajaran Berbasis Projek dintegrasikan kedalam Pendekatan Berbasis Teks di Kelas Bhasa Inggris sengan konten yang berbeda haruslah dilaksanakan sehingga dapat berkontribusi kepada pemahaman yang lebih baik akan PPBP, terutama yang berhubungan dengan kemampuan siswa didalam berbahasa.

Daftar Pustaka:

Badan Standar Nasional Pendidikan.(2006).Kurikulum tingkat satuan pendidikan jenjang pendidikan dasar dan menengah.Jakarta: Departemen Pendidikan Nasional.

Bell, S. (2010). Project-Based Learning For The 21st Century: Skills Forthe Future. The Clearing House, 83: 39–43, 2010. Retrieved From http://Eric.Ed.Gov/?Id=Ej872047 (May 25, 2015)

Callaghan, M., & Rothery. J (1988). Teaching factual writing. Sydney: Metropolitan East Disadvantaged Schools Program.

Calaghan, M., Knapp, P., & Nobel, G. (1993). ‘Genre in practice.’ di B. Cope

& M.Kalantzis. (Eds). The powers of literacy: A genre approach to teaching writing.London: The Falmer Press.

Cavanaugh, C. (2004). Project-Based Learning In Undergraduate Educational Technology. Education.Efl.Edu.Retrieved From http://www.Academia.Edu/261550/Project- Based_Learning_In_Undergraduate_Educational_Technology (May

18,2015)

Christie, F. (1997). ‘Curriculum macrogenres as forms of initiation into a culture.’ In Christie, F., and Martin, J. R. (1997). Genre and institutions. London: Continuum. Christie, F. (2002). Classroom discourse analysis. London: Continuum.

Christie, F. & Derewianka, B.(2008). School Discourse. New York: Continuum

Diem, N. T. H. (2012). Making News: A Successful Example Of Project Based Learning. Language Education In Asia, 2012, 3(1), 96-105. Retrieved From http://Dx.Doi.Org/10.5746/Leia/12/V3/I1/A09/Diem (May 25, 2015)

Linguistics Vol 3. London & New York: Routledge.

Emilia, E. (2005). A Critical Genre-Based Approach to Teaching Academic Writing in a Tertiary EFL Context in Indonesia, unpublished Ph. D thesis, Volume 1, Australia: Department of Language, Literary art education. Faculty of Education the University of Melbourne.

Feez, S. (2002). Heritage and Innovation in Second Language Education. di John, A. M. (2002). Genre in the Classroom. Mahwah, New Jersey: Lawrence Erlbaum Associates Publisher. pp. 43-69

Feez, S., and Joyce, H. (1998). Writing Skills. Narrative and nonfiction text types.Melbourne: Phoenix Education Pty. Ltd.

Freebody, P. (2003). Qualitative research in education. Interaction and practice.London: SAGE Publications.

Gerot, L. & Wignell. (1995) Making Sense of Text. Sydney: Gerd Stabler. Gibbons, P. (2002). Scaffolding language and scaffolding learning. Teaching

secondlanguage learners in the mainstream classroom.

Pourthsmouth, NH: Heineman.

Martin, J. R., Christie, F.& Rothery, J. (1994). ‘Social processes in education: A reply to Sawyer and Watson.’ di B. Stierer., and J. Maybin. (1994). (Eds) Language, literacy and learning in educational practice. Adelaide: Multilingual Matters LTD in association with The Open University.

Martin, J. R., and Rose, D. (2008). Genre Relations. Mapping Culture.

London: Equinox

Menteri Pendidikan dan Kebudayaan Republik Indonesia.2013.Peraturan Menteri dan kebudayaan republik indonesia no. 81 A tahun 2013 tentang implementasi kurikulum. Jakarta: Menteri Pendidikan dan Kebudayaan Republik Indonesia.

National Academy Foundation. (2012). Project based learning guide. New York: Pearson Foundation. retrieved from http://naf.org/files/PBL_Guide.pdf (May 25, 2015)

Soule, H. 2014. The Power of the 4Cs: The Foundation for Creating a Gold Standard for Project Based Learning (PBL). Retrieved from: http://bie.org/blog/the_power_of_the_4cs_the_foundation_for_creatin g_a_gold_standard_for_projec(May1, 2015)

Thomas, J. W. 2000. A review of research on PBL. Retrieved from http://www. bobpearlman.org/BestPractices/PBL Research.pdf. (May

18, 2015)

DISCLAIMER
Konten pada website ini merupakan konten yang di tulis oleh user. Tanggung jawab isi adalah sepenuhnya oleh user/penulis. Pihak pengelola web tidak memiliki tanggung jawab apapun atas hal hal yang dapat ditimbulkan dari penerbitan artikel di website ini, namun setiap orang bisa mengirimkan surat aduan yang akan ditindak lanjuti oleh pengelola sebaik mungkin. Pengelola website berhak untuk membatalkan penayangan artikel, penghapusan artikel hingga penonaktifan akun penulis bila terdapat konten yang tidak seharusnya ditayangkan di web ini.

Laporkan Penyalahgunaan

Komentar

WOW, tulisannya langsung menggebrak

15 Mar
Balas

Hatur nuhun, hanya mengeluarkan isi kulkas hahhahah

15 Mar
Balas

Isi kulkas na pinuh terus....So inspiring

22 Mar
Balas

Wow, this is great & very helpful for all of the English teachers.

29 Mar
Balas

Awesome....

28 Apr
Balas



search

New Post