Intan irawati

Intan Irawati, mengajar sejak tahun 2001. Mulai menulis artikel ilmiah dan populer sejak tahun 2008. Menempuh pendidikan S-1 UNJ jurusan pendididikan fisika dan...

Selengkapnya
Navigasi Web
MENCEGAH BULLYING DENGAN MENGENAL PROFIL MURID

MENCEGAH BULLYING DENGAN MENGENAL PROFIL MURID

Sudah jatuh tertimpa tangga, seperti inilah nasib anak-anak yang dianggap berbeda fisik, latar belakang atau kemampuan di lingkungan kita. Anak-anak ini di berbagai kelompok masyarakat biasa mendapatkan ledekan yang terkadang menjadi label mereka. Misal saja anak yang berat badannya cenderung over weight, maka dengan ringannya sebagian teman memanggilnya dengan ‘gendut’, atau anak yang sangat langsing disebut sebaliknya ‘ceking’. Body shaming seperti ini umum terjadi tidak hanya di lingkungan rumah, bahkan di lingkungan Pendidikan. Penyebutan ringan dengan mengasosiasikan kepada bentuk tubuh, wajah, atau fisik ini dianggap biasa padahal memiliki efek yang luar biasa. Tren mengejek pun kini tidak hanya pada anak yang dianggap kurang dalam masalah fisik, tapi juga pada anak-anak yang dianggap ‘terlalu rajin’, ‘tidak memberi sontekan’, atau ‘jujur’. Hal ini menyebabkan anak-anak takut untuk berbuat baik atau malah minder dalam hal positif. Anak yang sering diejek ini biasanya akan rendah diri dan menarik diri dari pergaulan. Bahkan dengan meluasnya penggunaan media social, labelling dan perundungan di medsos banyak menimbulkan korban sampai berujung pada kematian.

Mengejek bila dibiarkan bisa berlanjut pada tindakan yang lebih buruk yang dikenal dengan merundung atau mem-bully. Kata bullying sendiri berasal dari Bahasa Inggris, dari kata bull yang berarti banteng (hewan) yang senang merunduk kesana kemari. Dalam Bahasa Indonesia, secara etimologi kata bully memiliki arti penggertak, orang yang mengganggu orang lemah. Merundung dimaknai sebagai tindakan mengintimidasi dan memaksa seorang atau kelompok yang lebih lemah untuk melakukan sesuatu yang tidak mereka kehendaki. Adapun maksud tindakan ini bisa membahayakan fisik, mental atau emosional melalui pelecehan dan penyerangan. Perundungan (bullying) membawa dampak negatif yang besar pada perkembangan diri anak. Efek tersebut bahkan bisa berpengaruh pada konsep diri mereka sampai dewasa. Perundungan lebih dari sekadar ejekan dan dapat berisiko mengganggu kesehatan maupun kesejahteraan secara serius.

Orang tua, guru dan sekolah sering tidak menyadari adanya tindakan bullying yang menimpa anaknya. Bentuk yang paling sering dijumpai dari perundungan di lingkungan sekolah adalah pelecehan dalam bentuk ucapan/verbal, yang bisa datang dalam bentuk ejekan, menggoda atau meledek dalam penyebutan nama. 

Jika tidak diperhatikan, bentuk penyalahgunaan ini dapat meningkat menjadi teror fisik seperti menyerang fisik, intimidasi berkelompok secara terus menerus yang dapat menyakiti fisik dan menimbulkan luka yang serius bahkan kematian. Mengutip dari detik.com tanggal 9 Agustus 2022, seorang pemuda di Kecamatan Bumiayu yang menerjunkan dirinya ke sumur karena malu gegara namanya sering jadi bahan rundungan teman-temannya. 

Bagaimana kita mengantisipasi korban bullying mengalami dampak yang lebih serius? Menjawab hal ini diperlukan peran guru. Gurulah yang mengenal profil muridnya. Mereka mampu melakukan observasi dan mengamati karakter setiap anak didiknya. Guru pula yang mampu menilai anak didik mana yang berpotensi jadi target bullying, memiliki karakter atau perilaku menonjol atau bermasalah. Guru lebih peka bila menemukan perubahan perilaku pada muridnya sehingga dapat langsung melakukan pendampingan dan menyelidiki penyebab perubahan itu. Murid yang tiba-tiba menjadi lebih pendiam dan tidak bersemangat saat berada di lingkungan sekolah atau perubahan perilaku signifikan lainnya akan bisa langsung ditindaklanjuti.

Ada beberapa tips yang bisa melindungi anak dari bullying, seperti selalu perhatikan kebiasaan murid dan memberikan bantuan minimal konsultasi dan dialog untuk mencari penyebabnya. Selain itu adalah guru harus menjadi contoh hidup dengan cara tidak melakukan perundungan pada murid atas dasar apapun, termasuk perbedaan keyakinan, latar belakang sosial, warna kulit, serta membandingkan kemampuan mereka. Guru perlu mengetahui anak-anak yang dominan di kelas dan memperhatikan sikap mereka pada teman-temannya. Jangan sampai anak-anak ini melakukan tindakan tidak terpuji yang merugikan dirinya dan orang lain. Terakhir, kerja sama semua pihak termasuk orang tua, guru BK dan seluruh warga sekolah akan memperkecil terjadinya perilaku perundungan di lingkungan sekolah.

 

DISCLAIMER
Konten pada website ini merupakan konten yang di tulis oleh user. Tanggung jawab isi adalah sepenuhnya oleh user/penulis. Pihak pengelola web tidak memiliki tanggung jawab apapun atas hal hal yang dapat ditimbulkan dari penerbitan artikel di website ini, namun setiap orang bisa mengirimkan surat aduan yang akan ditindak lanjuti oleh pengelola sebaik mungkin. Pengelola website berhak untuk membatalkan penayangan artikel, penghapusan artikel hingga penonaktifan akun penulis bila terdapat konten yang tidak seharusnya ditayangkan di web ini.

Laporkan Penyalahgunaan

Komentar




search

New Post