Intan irawati

Intan Irawati, mengajar sejak tahun 2001. Mulai menulis artikel ilmiah dan populer sejak tahun 2008. Menempuh pendidikan S-1 UNJ jurusan pendididikan fisika dan...

Selengkapnya
Navigasi Web

PERTEMUKANLAH KAMI DI SYURGAMU !

Sinar mentari terik memanggang bumi. Jam menunjukkan pukul 3 sore, tapi cuaca panas serasa enggan pergi. Siti turun dari angkot depan gang rumahnya dan berjalan dengan gontai. Lelah, itulah yang dirasakannya. Seharian mengajar membuatnya terpaksa meninggalkan rumah di pagi buta. Butiran peluh memenuhi keningnya namun kerinduannya pada Lena sang buah hati, menguatkan Siti untuk tetap berjalan menuju rumah Mama. Tiba-tiba dia melihat sesosok perempuan tersenyum dihadapannya. Siti terpana beberapa saat melihat penampilan perempuan di depannya. Ibu RT yang dikenalnya, berperawakan besar dengan dandanan yang agak mencolok. Namun hari ini dia melihat sesuatu yang berbeda. Penampilan Bu RT sederhana dengan senyum tipis menghiasi wajahnya yang tak berbedak. Dan satu lagi yang tak habis pikir, Ibu RT tampak lebih kurus. Siti tersenyum dan berkata,

“Apa kabar, Bu? Lama ya, kita tak bertemu.”

“Iya, nih, mbak Siti sibuk ya ? Mari mampir…”

“Lain kali, Bu,” Siti melangkah meninggalkan Bu RT menuju rumah Mama.

Sesampainya di rumah Mama, Siti memanggil Lena.

“Assalamu’alaikum. Lena sayang… Ini bunda, nak !, “

Bunda…”, Lena berlari merangkul Siti dengan bahagia. Gadis 5 tahun itu sangat bahagia berjumpa dengan Ibunya. Seharian dia menunggu sang Bunda di rumah Nenek. Tentu saja kepulangan Bunda sangat dinantinya.

Setelah melepas rindu pada anaknya, Siti mendekati Mama dan langsung bertanya,

Ma, kok, Bu RT kurusan ya? Apa dia sakit?”

Mama hanya tersenyum kecut.

Sudah makan ? “ Mama malah balik bertanya.

Penasaran dengan Bu RT, Siti menuju Papa yang sedang menonton Berita Sore.

“Pa, Bu RT kenapa ya, kok terlihat lebih kurus ?”

Ya, biasa… Kalau perempuan kurus apa coba masalahnya?”

Siti mengernyitkan dahi dan mencoba menebak.

“Sakit ? Atau… Pak RT poligami ?” Siti membelalakkan mata setengah tak percaya. Siti berusaha mencari jawaban lewat mama dan beliau hanya tersenyum pahit.

“Innaa lillaahi… Pak RT poligami, Ma ?” Siti kembali bertanya pada Mama.

“Ya, katanya sih, begitu, Mama dengar. Makanya Bu RT stress dan jadi kurus.”

“Mengapa Pak RT begitu ?” Siti bertanya sambil menghela napas panjang.

Suasana hati Siti yang memang lelah menjadi bertambah gundah dengan cerita itu. Mama dan Papa enggan bercerita lebih jauh tentang rumah tangga ketua RT mereka. Siti pun tidak nyaman membicarakannya.

Hati Siti terhibur ketika memandang Lena. Senyum Lena membuat lelahnya berkurang. Lena menarik tangan bundanya dan mengajak pulang.

“Nek, Lena pulang dulu ya…” Siti berpamitan pada Mama dan Papa.

“Besok pagi Lena main ke sini lagi. Ayo, salim pada Nenek dan Kakek, Lena…”

Siti berjalan pulang ke rumahnya yang berjarak beberapa puluh meter dari rumah Mama sambil menggandeng tangan Lena. Tak henti-hentinya Lena berceloteh tentang kesibukannya hari itu di rumah Nenek dengan gembira.

“Ayo, Lena kita mandi dan shalat !” Siti membimbing Lena masuk ke rumah dan mengarahkannya untuk mandi. Walau sibuk bercengkerama dengan anaknya, pikiran Siti masih tertaut dengan perjumpaannya dengan Bu RT .

Tidak berapa lama setelah sholat, datanglah Faisal ayah Lena. Siti menyambut kedatangan suaminya dengan suka cita demikian juga Lena. Untuk sesaat, pikiran Siti tertuju pada Faisal dan melupakan Bu RT.

Malam itu menjelang tidur, Siti mencoba membuka percakapan pada suaminya.

Mas, ingat enggak, tentang seorang dai kondang yang dikabarkan menikah lagi ?. Pernikahannya menjadi pembicaraan dan sang dai langsung mendapat respon negatif dari jamaah. “

“Iya, ingat. Ada apa? “ tanya Faisal menyelidik

“Tadi kata Mama, Ketua RT kita poligami, mas.”

“Terus ?”

“Iya, aku kasihan pada Bu RT. Kok, laki-laki begitu, sih, Mas ?”

“Itu bukan urusan kita, kan? “ Faisal tampak tidak bersemangat membicarakan masalah ini.

“Mas, apakah Mas akan poligami ? “ tanya Siti menatap tajam kedua mata suaminya.

Faisal menatap mata istrinya, dan tersenyum.

“Kenapa ? Istri satu pun enggak habis, kenapa harus cari lagi ? “ Faisal tertawa

“Aku serius, Mas… ” Siti mulai merajuk pada suaminya. Wajahnya agak pucat dan menunjukkan kecemasan. Faisal iba melihatnya. Ditariknya tangan istrinya dan dipeluknya sambil berbisik,

“Tahukah kamu apa doaku setiap hari ?”

Siti menggeleng lemah.

“Aku berdo’a agar Allah mengekalkan perjodohan kita, dan kita akan dipertemukan di syurga.”

Benarkah ?” Siti mencoba meyakinkan dirinya.

Ya, setiap hari, lima kali sehari.” Faisal kembali menjawab.

Siti tersenyum dan kekhawatirannya mulai memudar.

“Tapi bagaimana pendapat Mas dengan poligami ? Mas setuju ?”

“Tentu saja aku setuju. Pologami itu kan, syari’at Islam,”jawab faisal.

Bibir Siti kembali mengerucut. Ia melepaskan diri dari pelukan suaminya.

“Kalau begitu, Mas besok ikutan poligami, donk ?”

“Nabi Muhammad SAW itu penganut monogami. Buktinya, Nabi Muhammad SAW hanya punya istri satu saja selama 25 tahun. Benar, kan ?” Faisal memandang lekat wajah istrinya yang masih cemas.

“Wanita itu adalah Siti Khadijah, ibu yang telah memberikan enam anak kepada Rasulullah . Setelah ditinggal oleh ibunda Khadijah, Nabi Muhammad SAW sempat menduda selama empat tahun, loh !. Nah, Nabi sebagai penganjur poligami dalam keadaan darurat waktu itu, juga menikahi para janda sahabatnya. Karena tindakan beliau para janda itu selamat dari perlakuan semena-mena tentara musuh Islam. Anak-anak para janda yang berstatus yatim itu pun, terpelihara dan terjaga dengan baik. Jadi sebagai muslim kita harus mendukung syariat ini.” Faisal menjelaskan panjang lebar kepada Siti yang masih resah.

“Terus, kenapa masih banyak lelaki yang poligami saat ini ?” tanya Siti lebih lanjut.

“Tentu saja alasan mereka beragam, ada yang karena masalah kesehatan isterinya, masalah keturunan, dan masalah lainnya. Selama mereka bisa berlaku adil, kita tidak perlu merasa gundah, sayang. Mereka kan, menjalankan syari’at. “

Tapi bagaimana dengan kita?” tanya Siti lagi.

“Apa alasanku menikah lagi ? Aku bahagia bersamamu, aku tidak perlu wanita lain selain dirimu,” Faisal tersenyum meyakinkan isterinya.

“Benarkah ?” mata Siti mulai berbinar bahagia.

“Ya,” Faisal mengangguk dan mendekap isterinya.

“Ya, Allah kekalkan cinta kami kepada Mu dan pertemukanlah kami di syurgaMu,” Faisal menggumamkan do’a

“Aamiin,” jawab Siti tersenyum lega.

DISCLAIMER
Konten pada website ini merupakan konten yang di tulis oleh user. Tanggung jawab isi adalah sepenuhnya oleh user/penulis. Pihak pengelola web tidak memiliki tanggung jawab apapun atas hal hal yang dapat ditimbulkan dari penerbitan artikel di website ini, namun setiap orang bisa mengirimkan surat aduan yang akan ditindak lanjuti oleh pengelola sebaik mungkin. Pengelola website berhak untuk membatalkan penayangan artikel, penghapusan artikel hingga penonaktifan akun penulis bila terdapat konten yang tidak seharusnya ditayangkan di web ini.

Laporkan Penyalahgunaan

Komentar

Subhanallah, keren!

24 Sep
Balas

terima kasih pak...

24 Sep



search

New Post