I Nyoman Satria Wirawan

Belum menuliskan informasi profilenya.

Selengkapnya
Navigasi Web
Serunya Bermain Magala-gala

Serunya Bermain Magala-gala

Serunya Bermain Magala-gala

Di sebuah desa nan asri, ada seorang anak laki-laki. Perawakannya sedang, berkulit putih, tuturnya lembut dan halus, Darma namanya. Dia anak kelas tiga Sekolah Dasar Negeri di desa itu. Ayahnya bernama Pak Budi, ibunya biasa dipanggil Ibu Nirmala. Dia punya adik bernama Ayu, sekolah di TK dekat rumahnya. Pak Budi adalah seorang petani yang giat. Di kebun miliknya, terdapat berbagai jenis bunga. Ada bunga gumitir, bunga pacar air dan bunga pecah seribu. Hamparan kebun bunga itu terlihat sangat indah. Panorama yang sungguh menyejukkan bila dipandang mata.

Pagi hari yang sejuk, mentari menunjukkan sinarnya di ufuk timur. Darma berkumpul bersama keluarganya di teras depan rumah. Dia menikmati sarapan bersama keluarga tercinta. Ibunya menyajikan minuman hangat dengan kue kesukaan keluarga. Sambil bersenda gurau, mereka menikmati hidangan yang nikmat rasanya. Hari itu hari minggu, waktunya untuk pembersihan rumah. Mereka bergegas menyiapkan alat-alat untuk bekerja. Untuk menyelesaikan pekerjaan rumah, mereka selalu bekerja sama.

Pembagian tugas dilakukan dengan cara yang bijak. Darma bertugas menyiram tanaman di kebun depan rumah. Ibu menyapu di halaman rumah bersama Ayu. Ayahnya mencabut rumput liar di belakang rumah. Tiba-tiba, Darma teringat dengan ajakan temannya. “Ayah, Darma ingin bermain di lapangan, boleh ya?” pinta Darma. “Iya, tapi selesaikan dulu menyiram pohon mangganya ya!” sahut ayah. “Terima kasih ya ayahku yang baik!” balas Darma.

Darma bergegas menyelesaikan pekerjaan yang disuruh ayahnya. Dia sangat bersemangat untuk segera menyelesaikan pekerjaan itu. Berharap tidak ditinggal bermain oleh teman-temannya. Darma selesai menyiram, dia merasa bangga menyelesaikan pekerjaan tepat waktu. Darma menuju ke lapangan, berjalan menyusuri kebun bunga yang indah. Lapangan itu terletak di dekat kebun bunga gumitir. Suasana hati Darma riang gembira di pagi itu. Bermain dengan teman-teman adalah kesukaannya saat libur sekolah tiba.

Di lapangan sudah ada Putu, Made, Ari, Ayu dan lainnya. Mereka terlihat sangat gembira menyambut kedatangan Darma. “Hai, apa kabar, sudah siapkah bermain magala-gala?” tanya Putu. “Siaaaaaappp!” seru semua temannya dengan penuh semangat. “Baiklah, kita berdoa dulu sebelum bermain!” pinta Darma. “Ya Tuhan, semoga kami selamat dalam permainan,” ucap Darma. Sejenak, suasana terasa hening saat mereka berdoa. “Berdoa selesai!” seru Darma, mereka bersiap untuk bermain.

“Hompimpa alaium gambreng!!!” mereka membentuk grup dengan cara Hompimpa. “Ayu, Ari dan Made, kalian menjadi satu grup denganku. Kita beri nama grup Garuda, bagaimana setuju?” tanya Darma. “Setujuuuuu!” sahut teman-teman Darma penuh semangat. “Putu, Adi dan Dian, kalian satu grup denganku!” seru Gede. “Kita beri nama grup Badak, setuju?” tanya Gede. “Darma, aku tidak mau satu grup dengan Adi!” seru Dian. “Dian, kita bersahabat, jadi jangan memilih-milih teman!” nasehat Darma. Dian pun mengangguk tanda setuju dengan nasehat Darma.

Sebelum bermain, mereka mebuat garis untuk arena magala-gala. Dengan penuh tanggung jawab mereka membuatnya sampai tuntas. “Aku ingin kalian semua jujur, disiplin dan bertanggung jawab saat bermain!” seru Darma. “Pemain tidak boleh melewati garis yang telah ditentukan!” imbuh Gede. “Pemain yang berhasil menembus penjagaan berhak mendapat poin!” tambah Darma. Mereka berembug dengan masing-masing grup untuk mengatur strategi. “Percayalah, kita pasti menang kali ini!” Putu memberi semangat. Ari pun tidak mau kalah “Ayo semangat teman-teman!” serunya.

Permainan pun dimulai, mereka terlihat sangat antusias. Darma terlihat mengusai permainan, sangat tangguh sebagai penyerang maupun penjaga. Dia sangat lihai dalam bermain megala-gala. Sehingga grup Garuda berhasil mendapat poin terbanyak. “Horeeeee!!!, kita menang!” ucap Darma penuh semangat. Pada babak pertama grup Garuda keluar sebagai pemenang. “Ayo teman-teman, kita istirahat dulu!” ajak Darma. Mereka pun beristirahat di bawah pohon perindang di pinggir lapangan.

Tampak dari kejauhan seorang perempuan paruh baya memanggil Putu. “Putu, sini ibu bawakan buah dan minuman!” seru Ibu Putu. “Horeee, terima kasih Bu Putu!” seru semuanya. Mereka merasa bahagia atas kebaikan Ibu Putu. Seperti biasa, mereka berdoa terlebih dahulu sebelum menikmatinya. “Putu, ibu kamu baik sekali ya,” ucap Made. “Iya, ibu kamu baik sekali!” sahut yang lainnya. Mereka pun menikmati minuman dan buah segar dengan penuh kegembiraan.

Permainan segera dilanjutkan, “Ayo kita mulai lagi!” ajak Gede. Mereka bertukar posisi menyerang agar permainan berlangsung dengan adil. Grup Badak terlihat lebih semangat lagi untuk mengalahkan grup Garuda. Mereka sangat gembira, meskipun bermain di bawah terik sang mentari. Sambil bernyanyi lagu Magala-gala, mereka tampak semangat. Akhirnya di babak kedua grup Badak tampil sebagai pemenang. “Horeeee…!” mereka pun bersorak dengan penuh suka cita. “Poinnya imbang, jadi harus ada babak penentuan!” seru Gede. Mereka bergegas bertukar tempat untuk babak penentuan.

Suasana permainan semakin seru kala Darma mencoba menerobos barisan Badak. “Darma, kamu pemain terakhir, harus berhasil!” teriak Ari menyemangati Darma. Langkah Darma terlihat sangat berhati-hati, ia mencoba mengecoh Gede. Gede yang ketua grup Badak terlihat sangat tegang menghadapi Darma. Gede mencoba menyentuh Darma, Darma menghindar dengan gesit. “Ayo… Ayo… semangat!” sorak teman-teman memberi semangat. “Hiaaaat…!!!” Horee!!!” teriak Darma, dia akhirnya mampu melewati hadangan Gede. Grup Garuda tampil sebagai pemenang, mereka bersorak bergembira. Mereka bersalaman tanda sportifitas dan pertandingan telah berakhir.

Hari sudah mulai terik, saatnya mereka kembali pulang. Dalam perjalanan, mereka bercakap-cakap tentang permainan tadi. “Hebat ya, seru sekali, minggu depan main lagi!” ucap Ayu. “Iya, bermain magala-gala itu menyenangkan!” tambah Ari. “Kita harus sportif dalam bermain,” Putu menambahkan. “Benar juga, kita tidak boleh curang ya Darma?” tanya Gede. “Iya, kita harus jujur, sportif dan menjaga kebersamaan!” jawab Darma. “Kita pasti sudah ditunggu ayah dan ibu!” Dian mengingatkan temannya. “Sampai jumpa teman-teman!” kata Darma sambil tersenyum manis. Mereka berpisah di persimpangan kebun bunga, menuju rumah masing-masing.

DISCLAIMER
Konten pada website ini merupakan konten yang di tulis oleh user. Tanggung jawab isi adalah sepenuhnya oleh user/penulis. Pihak pengelola web tidak memiliki tanggung jawab apapun atas hal hal yang dapat ditimbulkan dari penerbitan artikel di website ini, namun setiap orang bisa mengirimkan surat aduan yang akan ditindak lanjuti oleh pengelola sebaik mungkin. Pengelola website berhak untuk membatalkan penayangan artikel, penghapusan artikel hingga penonaktifan akun penulis bila terdapat konten yang tidak seharusnya ditayangkan di web ini.

Laporkan Penyalahgunaan

Komentar




search

New Post