irfa Miswanti

Belum menuliskan informasi profilenya.

Selengkapnya
Navigasi Web
TAK SEINDAH REMBULAN

TAK SEINDAH REMBULAN

Tantangan Menulis Gurusiana H - 1

Part : 1

Minggu, 02-01-2022

Kupandangi teras rumah dengan mata berkaca- kaca. Aku yang dulu menjadi bagian di dalamnya, terpaksa menjauh karena keadaan. Suasana didalamnya memang tidak sehangat mentari tetapi setidaknya senyum dan tertawa itu tetap ada,namun tidak akan pernah mengalahkan tangis pilu dan deraian air mata.

Perlahan tetapi pasti, kuayunkan langkah memasuki rumah dengan perasaan campur aduk. Terbayang kembali di ingatan masa kecilku di rumah ini, menghabiskan separuh usia, sampai akhirnya keberadaan ku di anggap semu dan tidak lagi berarti di mata mereka. Air mata ini tidak dapat lagi aku bendung. Kubiarkan mengalir, berharap kepedihan ini tidak akan pernah lagi aku rasakan.

Seketika pandanganku berhenti pada satu titik. Tempat aku dan adik-adikku menghabiskan waktu bersama. Indah memang, tetapi tetap saja keindahan itu tidak bisa mengikis rasa pedih yang sudah terlanjur tercipta. Jika pisau melukai tangan, sakitnya tidak akan lama walau meninggalkan bekas sekalipun. Namun jika lidah yang melukai, rasa sakitnya akan terus terasa sampai raga ini tidak bernyawa.

Samar-samar aku mendengar gelak tawa di teras belakang, kembali ingatan ini melayang ke waktu silam beberapa puluh tahun yang lalu. Aku rindu saat menyaksikan matahari berwarna kemerah- merahan bersembunyi dan senjapun akhirnya menjelma dengan segala pesonanya.

Tetapi alangkah terkejutnya aku melihat seseorang yang tidak pernah aku inginkan juga berada di sana. Seseorang yang membuat kebahagiaan keluarga ini nyaris sirna. Apa yang terjadi setelah kepergianku? Sebahagia itukah mereka? Beberapa pertanyaanpun tercipta dan aku belum menemukan jawabnya.

"Pagi, Bu."

Sebuah sapaan lembut remaja yang rambutnya berkepang dua memelukku begitu erat. Terasa sekali kalau dia sangat rindu sekali kepadaku. Bocah kecil yang aku tinggalkan berpuluh tahun yang lalu, kini sudah menjadi wanita cantik. Jika bukan karena tahilalat dibibirnya, mungkin aku tidak akan mengenalnya. Zahra gadis periang, anak pertama dari adik Perempuanku yang bernama Marina.

Bersambung....

DISCLAIMER
Konten pada website ini merupakan konten yang di tulis oleh user. Tanggung jawab isi adalah sepenuhnya oleh user/penulis. Pihak pengelola web tidak memiliki tanggung jawab apapun atas hal hal yang dapat ditimbulkan dari penerbitan artikel di website ini, namun setiap orang bisa mengirimkan surat aduan yang akan ditindak lanjuti oleh pengelola sebaik mungkin. Pengelola website berhak untuk membatalkan penayangan artikel, penghapusan artikel hingga penonaktifan akun penulis bila terdapat konten yang tidak seharusnya ditayangkan di web ini.

Laporkan Penyalahgunaan

Komentar




search

New Post