irfan azis

Belum menuliskan informasi profilenya.

Selengkapnya
Navigasi Web

Ada Suka Setelah Duka

Kami berempat, berangkat takziyah ke rumah duka almarhum Romdhon naik truk. Itulah satu satunya kendaraan yang bisa mengantar kami ke kampung Gronggongan.

Saat kami telah di atas bak truk, sebuah angkot berhenti di belakang truk yang kami tumpangi. Lalu turunlah 4 orang santri putri. Dari seragam batik dan maksi hitam yang mereka kenakan, kami faham kalau mereka adalah siswi mma putri atau mualimat Kuamati satu persatu wajah mereka, ternyata semuanya aku kenal. Sayangnya aku yakin tak seorangpun dari mereka memgenalku.

Turun pertama adalah Via, sang ketua osis, disusul mbak Almu santriwati senior dan abdi dalem, kemudian Titin yang sering diceritakan Almarhum Romdhon, dan elha adik Romdhon sendiri.

Elha yang tahu truk kami akan segera berangkat dan tahu persis betapa lamanya menungu antara satu truk dengan truk lainnya bergegas lari ke mendekati kami seraya teriak menyeru" kang, kita ikut."

Bak truk sayur itu cukup tinggi, sehingga membuat keempatnya kebingungan saat mau naik.

Kang Rosid dengan tanggap mengulurkan tangannya yang kokoh untuk jadi pegangan mereka. Satu persatu merekapun naik dengan susah payah.

Di atas truk mereka berempat merapat ke depan berhadapan dengan kami yang merapat di pintu nelakang bak truk. Sebuah papan selebar setengah meter yang melintang jadi semacam kanopi yang memayungi mereka. Adapun kami yang berdiri di belakang tanpa pemghalang apa apa. Kami bebas memandangi panorama alam paguyangan juga wajah wajah santri putri yang baru aku kenal

Sesekali tubuh kami bergoyang hebat jika truk tak sanggup menghindari lobang besar. Semakin jaih truk bergerak, Keindahan alam sepanjang jalan menuju rumah duka Romdhon semakin nampak . Bukit Kebun teh dan ladang sayuran warga dengan gradasi warna hijau yang fantastis tampak semakin jauh di bawah sana. Angin semilir terasa semakin sejuk bahkan semakin lama kian terasa dingin. Beruntung kami anak anak mualimin memakai jaket semua.

Sayangnya, baru separuh jalan, gerimis yang tak kami harapkan mulai merinai menimpai wajah dan kulit kami. Secara spontan kami melepas jaket yang melindungi kami dari hawa dingin. Kami lemparkan ke arah santri putri yang terlihat menggigil.

Jaket parka warna merah marunku diterima Via lalu segera dipakainya. Ada rasa bangga dan bahagia saat ia tampak nyaman dengan jaketku. Ia malu malu menatapku dan mengucapkan sesuatu yang tak kudengar. Sepertinya ia memgucapkan terima kasih kepadaku. Binar matanya dan kulum senyumnya begitu mempesona. Akupun mengangguk memberinya kode bahwa aku menerima ucapan terimakasihnya.

Gerimis yang ritmis berganti hujan deras yang membuat kami semua berbasah basah. BERUNtung bagi santri putri yang sedikit tertutup kanopi di atas mereka. Jaket kami juga sedikit banyak menolong mereka dari hawa dingin tentunya.

Jarak paguyangan gronggongan yang cukup jauh terasa begitu singkat olehku. Hujan bukan penghalang untuk membuat sesorang merasa senang. Biarlah aku kehujanan asal jangan gadis gadis santri itu. Dalam batin, Aku justru menikmati dan mensyukuru hujan. Aku bahkan merindu hujan agar kembali datang Ada apa denganku?.

"Hey...sudah sampai kita. Ayo turun". Seru Rosid mengagetkanku.

Alhamdulillah, Kami datang di waktu yang tepat. Kami masih sempat ikut menyalati dan mengiring jenazah Romdhon ke pembaringan terakhirnya. Lalu kami berdoa bersama di atas gundukan tanah merah yang telah menutupi kubur sahabat kami itu.

Orang orang kembali ke rumah pasca prosesi pemakaman selesai. Sedangkan kami, Entah berapa lama kami tetapa mematung di sana. Mata kami terpejam, wajah kami menunduk dalam dalam, tangan kami menengadah memohon penuh pengharapan, sementara bibir dan hati kami bergetar memohon yang terbaik untuk Romdhon.

Kubuka kembali mataku. Kulihat panorama luar biasa indah di sekitarku lokasi. Hamparan rumput hijau di tanah perbukitan we o we, yang jika sebuah bola aku lempar ke depan pasti akan terus bergerak menggelinding mengokuti kontur tanah bukit yang miring hingga ke bawah sana.

Kabut putih yang bergayut di Pepohonan pinus yang tegar. Kulirik via yang masih mengenakan jaket parkaku. Ia masih khusyu dalan doa. Warna merah marun jaketku sanagt serasi dengan pipi chubbinya yang merona merah. Ia tampak cantik anggun dan keibuan. Ingin rasanya aku menjadi pinus tempatnya bergayut manja.

"Duh Gusti. Perasaan apa ini". Batinku berkalli kali. Di sela-sela kesedihanku ditinggal sahabat baikku Romdhon, senyum dan binar mata via benar benar membuat hatiku terbang rupa balon oksigen, melayang layang liàr.

Sebelum gelap mulai menyergap kami bergerak kembali ke rumah Romdhon. Ini berarti kami harus kembali melewati jalan setapak, menuruni bukit bukit sampai ke rumah setengah temboknya.

Bunga maribang warna merah, bunga ikruk warna kuning, dan aneka bunga bunga liar yang bermekaran di sepanjang jalan seolah sengaja diciptakan Tuhan untuk menyambut kegembiraan hati kami.

"Apa? Kami?" protesku dalam hati.

Aku sadar senyum dan tatapan Via masih misteri belum menunnjukan tanda apapun selain ucapan terima kasih. Tapi aku merasa yakin bahwa Via adalah satu satunya santri yang tepat untuk mengetahui apa yang sedang hatiku rasakan.

" hati-hati, vi?" Spontanku saat via hampir terjatuh di jalan yang licin.

" Cie, cie cie. Perhatian nih ye". Seru teman-teman cowokku.

"Iya dong, kalau tuan putri jatuh, nanti repot semuanya". Jawabku kalem

"Jiah, tuan putri via dijaga raja faisal". Kali ini suara rosid menngomporiku. Anehnya aku senang senang saja dikompori. Via juga tambak senyum senyum sendir.

suara radio dari rumah warga sayup sayup terdengar mendendangkan lagu bukit berbunga, sebuah tembang lawas yang seolah sengaja dinyanyikan khusus untukku sore itu.

" Di bukit indah berbunga

Kau mengajak Aku ke sana

Memandang alam sekitarnya

Karena senja tlah tiba

...

Kitapun turun bersama

Melewati jalan setapak

Tanganmu kau peluk di pundak

Mengajak aku melangkah

Tak lupa kau petik

Bunga warna ungu

Lalu kau selipkan di rambutku

Reff

Bukit berbunga...

Bukit yang indah...

....

DISCLAIMER
Konten pada website ini merupakan konten yang di tulis oleh user. Tanggung jawab isi adalah sepenuhnya oleh user/penulis. Pihak pengelola web tidak memiliki tanggung jawab apapun atas hal hal yang dapat ditimbulkan dari penerbitan artikel di website ini, namun setiap orang bisa mengirimkan surat aduan yang akan ditindak lanjuti oleh pengelola sebaik mungkin. Pengelola website berhak untuk membatalkan penayangan artikel, penghapusan artikel hingga penonaktifan akun penulis bila terdapat konten yang tidak seharusnya ditayangkan di web ini.

Laporkan Penyalahgunaan

Komentar




search

New Post