"al khidmat-u 'ain-u al manfa'ati". Sebuah ungkapan dalam bahasa Arab yang artinya kurang lebih, " pengabdian ( kepada kyai/guru) adalah sumber (syarat) efektifitas ilmu. Ungkapan populer di atas mengindikasikan bahwa kesuksesan seorang siswa/santri bergantung bukan hanya pada keseriussannya mengaji (belajar) namun juga sangat terkait dengan sejauh mana ia tulus dalam mengabdi (berkhidmah ) pada kyai.

Penulis ingin berbagi kisah tentang seorang santri dari Purbalingga, namanya Mohammad Syafii. Ia adalah santri "abdi dalem" yakni santri yang tinggalnya di ndalem (kediaman) kyai untuk mengurusi banyak hal.

Mohammad Syafii adalah santri terampil yang serba bisa. Ia bisa memasak aneka lauk pauk santri dan ia juga bisa nyopir mobil pak kyai, dari mobil praktek STM yang sudah rongsokan hingga kijang kapsul terbaru waktu itu. Dan, mungkin saja, ia telah mengerjakan banyak pengabdian lainnya yang penulis tak ketahui.

Karena kesibukannya yang luar biasa sebagai abdi dalem kyai itulah akibatnya ia sering tidak masuk kelas. Iapun tertinggal secara akademik. Padahal sejauh pengamatan penulis ia termasuk siswa cerdas. Ia juga ahli organisasi. ia pernah menjadi ketua OSIS. Ia juga ahli ceramah dengan style yang sama persis menyerupai kyai kyai idolanya. Saat ganti jam pelajaran ia beberapa kali mendemonstrasikan bakatnya itu di depan penulis. Dan penulis suka sekali mendengarkan ia berceramah gratis.

Sayangnya seiring kesibukannya jadi abdi dalem akhirnya entah bagaimana istikhorohnya (eh maksudnya ceritanya) ia memilih keluar dari sekolah dan fokus jadi abdi dalem. Seingat penulis ia tidak sampai ikut wisuda kelulusan angkatan kami di tahun 2002. Suatu hal yang sangat penulis sayangkan ketika itu.

Alhamdulillah, lewat facebook di awal 2015, kami dipertemukan lagi. Silaturahim kami nyambung kembali. Setahun berselang sekitar awal april 2016 penulis berkesempatan silaturahim ke kediamannya di Desa Bojong Sari- Bobot Sari - Purbalingga Jawa Tengah. Awalnya ia memosting gambar dukuh di kebunnya yang siap panen di wall fb nya. Lalu lewat sms penulis kabarkan padanya kalau penulis sedang menuju rumahnya. Dengan antusias ia membalas dan siap menjemput penulis di pertigaan Owabong (Objek Wisata Air Bojongsari) .

Saat penulis turun dari bis AKAP di keremangan fajar, ia turun dari Pajero Sport warna hitam dan menyambut penulis tanpa sungkan. Alhamdulillah setelah berpisah hampir 14 tahun akhirnya kami bisa bertemu lagi. (Terima kasih Mas Mark Zuckerberg atas jasanya mempertemukan kami).

Kami puas-puaskan ngobrol ke sana ke mari. Ternyata ia sudah sepuluh tahun berkiprah hebat di kampung halamannya tersebut.

Bagaimana tidak, ia sudah berhasil merintis dan mengembangkan sebuah Yayasan pendidikan Islam di tanah kelahirannya sendiri dwngan nama Yayasan Pensidikan Islam Nurul Barokah atau YINUBA yang menanungi beberapa lembaga pendidikan dari TPA, MI, MTs, hingga SMK. Belum lagi keterlibatannya dalam jamaah ahli tariqah atau JAT dan ormas NU. Ia sukses membangun jaringan silaturahim dengn banyak tokoh besar baik di level lokal hingga nasional. Yang terbaru ia sedang merintis pendirian Sekolah Tinggi Agama Islam (PTAI) di Purbalingga.

Sungguh penulis ikut bangga dan bahagia dengan kiprahnya sejauh ini. Penulis mengakui bahwa dalil " al khidmatu 'ainu al manfa'ati " itu memang terbukti benar adanya. Semoga sahabat penulis yang sekarang sudah bertransformasi menjadi seorang tokoh bernama KH. Mohammad Syaafii S.Pd tersebut selalu diberi kesehatan, keberkahan serta keberuntungan dalam perjuangannya di medan dakwah Islam.

Amin.