Teng…. Tengg… Tenggg…..

Suara lonceng di pagi hari memecah kesunyian di sekolah kaki bukit.

Siswa-siswi yang baru saja mengikuti apel pagi mulai berjalan menuju kelas masing-masing.

Segera kupersiapkan bahan dan peralatan paraktikum . Kubuka pintu gudang kemudian mengambil beberapa peralatan praktikum yang akan digunakan. Selanjutnya saya berjalan menuju kelas 8. Sesaat setelah tiba di dalam kelas 8, ketua kelas memberikan aba-aba sebagai penghormatan. ”Bersedia siappp… berdiri, beri salam,” sontak anak-anak berdiri dan kompak mengucapkan,” selamat pagi pak". ”Selamat pagi”, jawabku dengan menebar senyum ke arah mereka. “Duduk”, kembali ketua kelas memberikan aba-aba. Anak-anak kembali duduk dengan rapi di bangku masing-masing.

Sudah jadi rutinitas setiap masuk kelas, saya meminta dua orang siswa untuk mengambil buku pelajaran di perpustakaan. Selanjutnya mengecek kehadiran siswa. “Dengarkan namanya ya”, pintaku agar para siswa fokus mendegarkan. Satu persatu mereka menjawab, “hadir pak” sambil mengacungkan tangannya. Hari itu ada dua orang siswa yang tidak masuk dengan alasan sakit.

Setelah menjelaskan tujuan dan teknis pembelajaran, saya meminta mereka untuk duduk berkelompok. Mulai saya jelaskan materi dan mendemokan tahapan-tahapan percobaan. Tampak mereka sangat antusias memperhatikan. Hingga keluar celetukan dari salah satu siswa, ”pak guru jago main sulap-sulap eee”. “Ia to...”, jawabku sambil tersenyum ke arahnya. Saya menyadari mereka baru kali ini belajar melakukan praktikum. Meskipun hanya praktikum sederhana, mereka tampak terkesima melihatnya.

Tiba saatnya saya meminta masing-masing kelompok untuk melakukan praktikum. Masing-masing kelompok tampak bersemangat walau harus menunggu giliran, karena jumlah alatnya yang terbatas. Setelah semua kelompok selesai melakukan praktikum, kupersilahkan mereka untuk bertanya. Cukup lama saya menunggu, tapi belum juga ada pertanyaan dari siswa. “Karena tidak ada pertanyaan, berarti sudah paham semua ya? Kembali tidak ada jawaban dari mereka. "Kalau begitu giliran pak guru yang bertanya pada kalian. Siapa yang bisa menjawab akan dapat hadiah dari pak guru”, ucapku dengan mengeluarkan hadiah dari dalam tas. “Ada yang bisa menyimpulkan hasil praktikum kita hari ini?”, tanyaku kepada para siswa. Suasana kelas tetap hening. Karena tidak ada yang menjawab, kuputuskan untuk menunjuk langsung salah satu siswa yang saya anggap bisa menjawab, hanya saja terlihat ragu dan malu untuk tampil ke depan.

“Bobi, ayo simpulkan hasil praktikum hari ini”, ucapku seraya memberikan semangat bahwa dia bisa menjawab. Akhirnya Bobi bisa menyimpulkan dengan baik, meskipun dengan sedikit terbata-bata. Hadiah dua buah pena pun menjadi milik Bobi. “Anak-anak, berikan tepuk tangan untuk Bobi”. Seketika susasana kelas berubah menjadi ramai karena suara tepukan tangan.

Sebelum menutup kegiatan pembelajaran, saya meminta para siswa untuk aktif bertanya dan berani untuk tampil mengemukaan pendapat. Saya juga berharap para siswa bisa lebih giat belajar IPA. “Ada banyak fenomena alam dalam kehidupan sehari-hari yang berkaitan dengan pelajaran IPA. Jadi kalau kalian ingin memahami rahasia sulap, berarti kalian harus menguasai pelajaran IPA”, ucapku menutup pembelajaaran pada hari itu.