Irfan Syahrul

Guru Garis Depan Alumni Prodi Fisika Universitas Muhammadiyah Makassar ...

Selengkapnya
Navigasi Web
DIBERI HADIAH KOTORAN MANUSIA
Sapi Ikutan Bersekolah

DIBERI HADIAH KOTORAN MANUSIA

Hari berganti hari, bula berganti bulan. Tidak terasa saya sudah mulai nyaman dengan suasana sekolah kaki bukit. Aktifitas pembelajaran berjalan seperti biasa meskipun masih ada beberapa siswa yang datang terlambat dan tidak hadir ke sekolah. Meskipun begitu, kami tetap berusaha semampu kami untuk bisa mengunjunginya di rumah, tetap berusaha menjalankan misi untuk menjemput mereka agar berangkat ke sekolah. Beberapa kali kami hampir prustasi, seolah kami ini tunawisma yang datang meminta-minta agar siswa datang ke sekolah. Meskipun sudah diadakan rapat dengan berbagai kalangan di desa, tetap saja siswa tidak bisa hadir 100 % di sekolah.

Hampir setiap hari ketika apel pagi kami menghimbau anak didik untuk rajin bersekolah, memberikan pemahaman akan pentingnya bersekolah agar tidak mudah untuk dibodohi orang lain, juga agar cita-cita yang diimpikan bisa terwujud. Masih kurangnya kesadaran orang tua akan pentingnya pendidikan sampai sekarang menjadi kendala bagi kami, selain karena pergaulan siswa di luar jam sekolah yang sulit kami awasi.

Satu hal yang pasti, saya sangat bangga mengenal rekan-rekan guru yang menemani saya mengabdikan diri di sekolah kaki bukit. Meskipun mereka guru honorer dengan bayaran yang seadanya, tetapi totalitasnya tidak diragukan lagi dalam mendidik siswa-siswi sekolah kaki bukit.

Beberapa kali, pagi saya disambut oleh sapi-sapi yang berkeliaran di halaman sekolah. Kalaupun tidak ada sapi-sapi pasti kotorannya sudah tergeletak dimana-mana. Selain kotoran sapi, juga ada kotoran anjing dan kotoran kambing. Kondisi sekolah kami yang hanya memiliki pagar kayu yang sudah rapuh dimakan usia, membuat hewan ternak warga leluasa memasuki halaman sekolah. Lebih miris lagi, ada pula beberapa penduduk yang dengan sengaja mengikat ternaknya di halaman sekolah. Hal-hal seperti inilah yang membuat tanaman yang kami tanam dan rawat tidak pernah ada yang bertahan lama. Kalau bukan ternak yang memakannya, pastilah ada saja orang yang sengaja merusaknya. Seolah mereka tidak ingin melihat sekolah ini terlihat lebih asri dan indah. Meskipun banyaknya kejadian-kejadian seperti itu, kami masih bisa bersabar dan selalu berkoordinasi dengan aparat desa.

Hingga suatu ketika adanya kotoran manusia duduk manis di depan kelas 8 seolah menyapa kami. Awalnya masih bisa kami maklumi, karena menurut rekan guru dan para siswa, memang ada orang kurang waras yang sering buang air besar sembarangan. Sebelum pelajaran dimulai, kami pun lebih dulu membersihkannya, tak lupa memberi ditergen agar baunya bisa hilang. Akan tetapi kejadian ini ternyata terjadi berulang kali. Kotoran manusia ini kadang tergeletak di teras ruang kelas 7, teras ruang kelas 8 bahkan sampai ada yang tergeletak di dalam ruang kelas 9.

“Ini sudah berlebihan, sungguh tega mereka ini memperlakukan guru-guru seperti ini”, gumamku dalam hati. Kami guru-guru yang tinggalnya di desa sebelah rela jauh-jauh mengajar di desa ini bahkan rela masuk ke kampung membujuk anak-anak mereka bersekolah malah mendapatkan perlakuan yang kurang pantas. Akhirnya kembali kami bersepakat, dan meminta kepala sekolah untuk mengadakan rapat. Kami meminta siswa untuk menyampaikan pesan kepada orang tua masing-masing bahwa akan diadakannya rapat jam 8 besok pagi, juga meminta kepala sekolah sebagai warga asli desa adat wasbaka untuk berkoordinasi dengan kepala desa dan tetua adat.

Keesokan harinya, rapat berjalan yang dihadiri juga oleh ketua komite, aparat desa, tetua adat, dan para orang tua siswa. Meskipun tidak semua orang tua siswa hadir karena beberapa urusan. Tidak menunggu lama setelah dipersilahkan untuk berbicara, guru-guru secara bergantian langsung mengecam kejadian itu. Kami memberi peringatan, jika masih ada kotoran manusia di halaman sekolah bahkan sengaja ada yang buang kotoran di dalam kelas maka kami guru-guru tidak akan masuk mengajar. Biarkan sekolah ini tutup dan biarkan anak-anaknya sekolah di desa sebelah, karena warga di desa ini tidak menghargai guru sama sekali.

Tidak berlangsung lama acara selesai. Pada saat apel pulang kembali kami mengingatkan siswa agar menjaga kebersihan sekolah. Meminta mereka untuk sewaktu-waktu datang ke sekolah untuk mengecek situasi sekolah saat sore hari. Dari laporan anak didik, kami mengetahui bahwa sekolah ini memang sering dijadikan oleh pemuda-pemuda kampung sebagai tempat nongkrong. Karena letaknya yang terhalang oleh gedung sekolah dasar yang sulit diawasi oleh masyarakat.

Bersyukur setelah rapat terakhir bersama orang tua, komite sekolah, aparat desa dan tetua adat itu, tidak ada lagi kotoran manusia yang tergeletak baik di kelas, teras, atau halaman sekolah. Juga sudah tidak ada lagi warga yang mengikat ternaknya di halaman sekolah. Mungkin masyarakat sudah tergerak hatinya untuk ikut peduli dan bersama-sama menjaga sekolah untuk kemajuan pendidikan di desa adat wasbaka.

DISCLAIMER
Konten pada website ini merupakan konten yang di tulis oleh user. Tanggung jawab isi adalah sepenuhnya oleh user/penulis. Pihak pengelola web tidak memiliki tanggung jawab apapun atas hal hal yang dapat ditimbulkan dari penerbitan artikel di website ini, namun setiap orang bisa mengirimkan surat aduan yang akan ditindak lanjuti oleh pengelola sebaik mungkin. Pengelola website berhak untuk membatalkan penayangan artikel, penghapusan artikel hingga penonaktifan akun penulis bila terdapat konten yang tidak seharusnya ditayangkan di web ini.

Laporkan Penyalahgunaan

Komentar

Alhamdulillah, pada akhirnya tidak lagi disuguhi kotoran

14 May
Balas

Alhamdulillah

14 May

Semangat terus Pak

14 May
Balas

Insyaallah tetap semangat :D Terima kasih dan salam kenal Ibu

14 May

tetap semangat mengajar dipedalaman yang masyarakatnya terkadang kurang mendukung. Tantang tersendiri bisa mengubah mindset orang sana dan menjadikan anak-anak sana berani bermimpi dan mewujudkan mimpi

14 May
Balas

Insyaallah... Terima kasih atas supportnya :)

14 May
Balas



search

New Post