Irlidiya

Belum menuliskan informasi profilenya.

Selengkapnya
Navigasi Web
Tetesan Air Mata Bahagia
Dokumentasi Pribadi

Tetesan Air Mata Bahagia

Hasrat untuk menjadi orang yang dulu dijuluki sebagai pahlawan tanpa tanda jasa dan kini berganti menjadi pembangun insan cendekia, sudah mulai tumbuh sejak aku duduk di bangku SMP. Semua berawal dari ketertarikanku pada cara mengajar salah seorang guru Bahasa Indonesia, bu Namawaty. Kemampuannya menciptakan atmosfir pembelajaran di kelas membuatku senang dengan pelajarannya yang diampunya. Strategi memahamkan materi pelajaran sungguh membuatku kagum. Mulai dari membuka, memberikan appersepsi hingga mengakhiri pelajaran. Beliau memulai pembelajaran dengan mengajukan pertanyaan-pertanyaan terkait materi pelajaran yang telah dipelajari sebelumnya. Atau materi-materi lain semisal peribahasa, pantun, untuk sekadar menguji daya ingat dan wawasan kebahasaan peserta didiknya. Teknik bertanya dilakukan dengan bervariasi. Terkadang begitu muncul di depan pintu kelas, beliau mulai melontarkan pertanyaan. Pada kesempatan lain, langsung menunjuk atau menyebut nama berdasarkan daftar hadir. Pada kondisi demikian, membekali diri dengan amunisi merupakan cara untuk tetap berada di zona aman. Seingatku tak satupun pertanyaan yang dilontarkan kubiarkan berlalu. Jika semua teman sudah diberi kesempatan, dengan sigap kutadah pertanyaan itu dengan jawaban yang telah kusiapkan. Tak pelak lagi, pujian dari beliau pun menghujaniku. Hal itu membuatku semakin bersemangat. Sejak saat itu, setiap ucapannya kurekam dalam bentuk tulisan. Jika tanganku kananku terasa lelah, kuganti dengan tangan kiriku untuk mengejar setiap untaian kalimat yang keluar dari bibir beliau. Sepulang sekolah barulah kemudian kupindahkan tulisan itu dengan rapi di buku album panjang sembari mendengar sandiwara radio yang top seantero "Tutur Tinular". Jika keesokan harinya ada pelajaran Bahasa Indonesia, di malam hari kubaca pelajaran itu berulang-ulang sebagai bekal menjawab pertanyaan beliau. Nilai untuk mata pelajaran Bahasa Indonesia pun sudah bisa ditebak. Simpatiku pada beliau juga berawal dari sini. Kehadirannya di kelas selalu kunantikan. Tak sabar menunggu jadwal mengajarnya setiap minggu. Diam-diam aku mengagumi sosok beliau yang berpenampilan sederhana nan anggun. Ingin mengikuti jejaknya, menjadi guru yang dikagumi oleh muridnya. Ya, beliaulah yang telah menginspirasi diri ini untuk menjadi orang yang padanya disematkan penghargaan sebagai orang yang digugu dan ditiru . Gayung bersambut, aku diterima di SPG Negeri 1 Ujung Pandang dan melanjutkan ke Prodi D-II PGSD IKIP Ujung Pandang. Berbagai ilmu didaktik metodik menjadi bekal untuk mengabdi.

Takdir kemudian berpihak padaku. Aku mendapat amanah menyandang profesi termulia, di salah satu sekolah yang terletak di sebuah desa yang agak jauh dari keramaian. Kumulai menjalankan tugas dengan basmalah. Melakoni peran sekira sepuluh tahun di tempat itu. Namun seiring berjalannya waktu. Keinginan untuk meningkatkan kompetensi diri, mendorongku untuk mengajukan mutasi. Di tempat baru yang agak dekat dari kota kabupaten kumanfaatkan untuk melanjutkan pendidikan pada jurusan S-1 Pend. Bahasa Indonesia. Di tempat yang baru juga kumulai mengembangkan diri dengan berinovasi. Kuterapkan berbagai metode mengajar agar muridku merasa nyaman belajar. Melakukan pembelajaran tidak hanya di dalam ruangan 7x 8 m2. Sesekali mengajak peserta didik mengeksplor potensinya di luar kelas. Melakukan kunjungan dan menceritakan hasil kunjungannya ke Balitseral, ke pabrik rumpt laut, ke penjual tanaman. Secara berkelompok melakukan wawancara dengan berbagai profesi di sekitar sekolah. Mengunjungi berbagai tempat dan membuat laporan sederhana, dan banyak lagi kegiatan yang sesuai dengan kompetensi dasar yang terdapat pada kurikulum. Hal yang membuatku terharu dan meneteskan air mata bahagia, ketika membaca karangan juga puisi salah seorang peserta didikku. Rupanya dia pun ingin seperti diriku. Terinspirasi dan suka dengan metode mengajarku. Ahhh, engkau mengingatkanku akan kisahku puluhan tahun yang lalu. Kisahnya terulang kembali, menjadi sebuah klise. Pengalaman ini dulu kutulis dan dimuat di majalah Dunia Pendidikan Provinsi Sulawesi Selatan berjudul “Cerita Cinta Profesiku”

Berkah dari sebuah inovasi pula membuatku menikmati skenario dari-Nya. Di awal kepemimpinan Bupati Maros, Ir. HM. HATTA RAHMAN, MM. atas izin-Nya mengukir sejarah mengharumkan nama Maros di dunia pendidikan melalui even seleksi guru berprestasi. Meraih juara satu dari 24 kabupaten dan mewakili Prov. Sulawesi Selatan ke tingkat nasional. Ada rasa yang tak mampu terungkap ketika mendapat undangan ke istana negara dari presiden Susilo Bambang Yudhoyono. Di kancah nasional kubuat para Profesor yang bertugas sebagai tim penilai karya tulis terpukau yang dengan keindahan alam wisata Bantimurung. Kutayangkan penerapan teknik akrostik dalam pembelajaran puisi kala itu. Hasil pembelajaran tersebut melahirkan karya peserta didik yang sangat puitis tentang Bantimurung, air terjun, kupu-kupu dan semua objek yang ada di area wisata tersebut.

Sesaat setelah kegiatan di istana selesai, pada saat yang sama mendapat kesempatan mewakili guru SD dari 33 prov. mengikuti pidato presiden di gedung DPR pusat bersama para duta-duta berprestasi se-Indonesia. Juga mendapat kehormatan diundang ke kantor Kementerian Pendidikan bertemu dengan pak menteri, Muhammad Nuh. Lanjut ke kantor pusat bank Mandiri menerima penghargaan berupa tabungan.

Sepulang dari Jakarta, bupati Maros memberi penghargaan bersama para peraih prestasi di bidang lain pada pelaksanaan upacara di halaman kantor.

Sungguh banyak pengalaman membelajarjkan peserta didik dengan berinovasi menerapkan berbagai metode pembelajaran. Diantaranya pernah mempetemukan peserta didikku dengan presiden SBY ketika melakukan pembelajaran Bahasa Indonsia di transtudio. Oleh pihak manajemen meminta semua peserta didikku untuk berbaris di sepanjang trotoar sembari memegang bendera kecil merah putih dan mengibarkannya di udara. Menjemput kehadiran orang nomor satu di Indonesia yang bertepatan kedatangan beliau di Transtudio kala itu. Hal lain lagi, pernah mendapat kesempatan mengajar Bahasa Indonesia di salah satu primary school di Adelaide Australia. Pengalaman yang lainnya ada di dalam buku yang sementara diedit naskahnya.

Roda kehidupan yang terus berputar kemudian mempertemukanku kembali dengan beliau pada kegiatan Seminar yang digelar oleh Pengurus Musyawarah Guru Mata Pelajaran Bahasa Indonesia. Waktu itu panel dengan Ketua DPRD kab. Maros A. Chaidir Syam, M.IP dan Widyaiswara Prov. Dr. Mustamin. Juga Kadis Pendidikan, namun tidak sempat hadir. Pelukan hangat beliau melingkar di tubuhku disertai air mata bahagia yang jatuh di sudut matanya ketika kupersilakan tampil di hadapan peserta.

Terima kasih tak terhingga bu Nama, namamu akan selalu kuukir dalam hati dan jiwaku. Terima kasihku buat semua guruku yang mulia tanpa kecuali, yang telah mewarnai khasanah berpikirku. Padamu yang telah melukis di kanvas kehidupanku sejak awal perjalananku berpetualang di belantara ilmu kuhaturkan salam hormatku.

#BangkitkanSemangatWujudkanMerdekaBelajar

#SelamatHariGuru

#HGN2020

DISCLAIMER
Konten pada website ini merupakan konten yang di tulis oleh user. Tanggung jawab isi adalah sepenuhnya oleh user/penulis. Pihak pengelola web tidak memiliki tanggung jawab apapun atas hal hal yang dapat ditimbulkan dari penerbitan artikel di website ini, namun setiap orang bisa mengirimkan surat aduan yang akan ditindak lanjuti oleh pengelola sebaik mungkin. Pengelola website berhak untuk membatalkan penayangan artikel, penghapusan artikel hingga penonaktifan akun penulis bila terdapat konten yang tidak seharusnya ditayangkan di web ini.

Laporkan Penyalahgunaan

Komentar

Tulisan yg kreeenn..menginspirasi..Salut ladde'ka mbo sdriQ..perjuangan yg berujung bahagia....ewako..barakallah

28 Nov
Balas

Love you. Thank you so much, My Teacher.

01 Aug
Balas



search

New Post