Irma Suryani Lubis SPdI

Guru Indonesia untuk Anak Pekerja Migran Indonesia di Malaysia yang dipanggil dengan Community Learning Centre (CLC)...

Selengkapnya
Navigasi Web

CINTA VIRTUAL TANPA BALAS

 

 

#Tantangangurusiana

hari ke 3

 

CINTA VIRTUAL TANPA BALAS

 

Aku bersandar di tempat tidur padahal mentari sudah menyapa dengan ramah pagi ini. Kakiku malas sekali beranjak dari kamar . Aku masih ingin melelapkan tidurku. Setelah semalaman aku melayani Ari yang minta di ajarkan materi Structure mata kuliah pak Amdani yang garang. Hari ini adalah tugas presentasi pertama Ari di ruang maya zoom. Aplikasi zoom ini adalah pilihan terbaik menurut pak dosen yang menjadi mahasiswa terbaik di zamannya tahun 1999. Kampus kami sama. Universitas Keren Sekali di Jakarta. Kampus rindang nan megah di tengah kota.

“haaaaahhh” mulutku masih saja menguap

Tiba-tiba gawaiku memberi tanda warna biru tanda pesan masuk di whatsapp grup ,mahasiswa teladan ,Sarah memberi tahu kalau kelas akan dimulai satu jam lagi. 

“gubrakkk” aku langsung melompat dari tempat tidur menuju kamar mandi. Mandi secepat kilat. Berpakaian dan aku lupa untuk sarapan. Aku bergegas menghidupkan motor menuju rumah Ari di dekat kampus. Kalau hanya dirumah tentu aku tidak bisa ikut kelas dengan tenang akibat signal yang selalu naik turun. Bikin naik tensi. 

Ari sudah siap saja di depan laptopnya saat aku masuk kedalam rumahnya. Biasa mbok Ratih selalu tahu kalalu aku yang datang. Rumah ari besarnya lima kali dari rumahku. Tingkat dua. Aku bisa betah sekali dengan segala fasilitas yang disediakan orang tuanya. Pengusaha butik terkenal.

“heiii Ri ,kamu sudah siap presentasi hari ini?

“siap dong Bob” 

Kelasnya sudah mulai. Teman-teman mulai menampakkan wajah semangat sepertinya. Pak Amdani juga sudah siap. Begitu kelas dimulai. Semua mahasiswa harus mengaktifkan video. Pakai pakaian rapi. Tidak minum atau makan saat pelajaran dimulai. Pelajaran structure hari ini diisi oleh Ari dan disambung dengan diskusi. Dipertengahan pelajaran satu demi satu mahasiswa mulai menampakkan ulah. Ada yang kedapatan menguap selebar lebarnya dan beragam gaya.

Dalam seriusnya kuliah pagi ini. Sarah menjadi fokus tatapanku. Ia tampak indah sekali. Wajah mungil dan hidung mancungnya menusuk jantungku. Sungguh ciptaan Tuhan sempurna. Aku melayangkan pesan di whatsapp nya, menegurnya santun . Aku minta ia mengajariku materi berikutnya. Tanpa menunggu lama ia menjawab dengan baik. Aku tidak sangka rona wajahku yang lagi senyum-senyum sendiri di screenshoot oleh Ari.

“Wahhh kamu ngerjai aku ya”

“hahahahaha.kenapa kamu senyum sendiri tanpa ada yang lucu”

Aku cuek saja. Aku lihat waktu belajar sudah habis. Aku kembali kerumah. Masuk kamar dan membuka gawaiku lagi. Aku membawa mataku pada pesan dari Sarah. 

“Kamu sudah sampai rumah?”

“sudah” aku langsung menjawab

Kami bercerita hangat ,canda tawa virtual ini menggelikan sekali. Tiba-tiba saja rasa yang tidak biasa menyapa jiwa. Sarah terlihat bahagia tampak dari goresan kalimat yang ia sampaikan padaku. Kami sudah lama berteman namun barukali ini aku memperhatikannya serius. Rasa yang timbul saat berjauhan begini pula yang mengoyak-ngoyak fikiranku di semester akhir. 

Setiap belajar di ruang maya zoom ,mataku tidak lepas menuju wanita pemalu itu. Kerudung pink ciri khasnya membuatnya semakin manis setiap harinya. Hingga angan-anganku melambung jauh yang ingin semakin menyelami hatinya.

Hari ini tanggal 20 Nopember 2019 tepat pertemuan terakhir kami ,setelah itu kami sibuk dengan praktek lapangan. Pertemuan terakhir ini menutup kesempatanku menatap  Sarah. Tidak ada lagi kelucuan teman yang patut ditertawakan saat zoom . Praktek lapangan nanti akan menghabiskan waktu dua bulan. Aku menentukan tempat di desa Mekar sari 12 jam perjalanan dari rumahku. Sarah memililh tempat diluar kota tempat pamannya.

Waktu berlalu dengan cepat. Kami berangkat dengan misi kami masing-masing. Aku memberi salam perpisahan pada wanita pujaanku itu,karena tempatku bakalan tidak ada signal. Ia pun begitu. Tidak ada komunikasi berarti selama berhari-hari. Aku sesekali kebingungan. Mencoba menelpon namun tidak pernah diangkat. Hatiku resah tanpa henti. 

“pos…pos..pos..” 

Suara tukang pos kuat sekali di depan rumah pak Yanto tempatku tinggal. Pak kepala desa dikampung Mekar sari. 

“Ini pak ada pos untuk mas Bobi”

“terima kasih” 

Aku heran kenapa ada pos pula untukku. Aku fikir ibuku. Ternyata surat biru bertinta hitam ini dari Sarah. Deretan kalimat panjang itu hanya meninggalkan kekecewaan ,ada terselip kalimat yang merusak moodku hari ini. Tidak ada kata rindu ,hanya ucapan terima kasih untuk pertemanan kami selama ini. Ia memintaku supaya jangan menyapanya dengan whatsapp atau facebook dan media sosial lainnya. 

 

DISCLAIMER
Konten pada website ini merupakan konten yang di tulis oleh user. Tanggung jawab isi adalah sepenuhnya oleh user/penulis. Pihak pengelola web tidak memiliki tanggung jawab apapun atas hal hal yang dapat ditimbulkan dari penerbitan artikel di website ini, namun setiap orang bisa mengirimkan surat aduan yang akan ditindak lanjuti oleh pengelola sebaik mungkin. Pengelola website berhak untuk membatalkan penayangan artikel, penghapusan artikel hingga penonaktifan akun penulis bila terdapat konten yang tidak seharusnya ditayangkan di web ini.

Laporkan Penyalahgunaan

Komentar

Kenapa begitu ya ? Kok sarah berubahTetap semangat ya bukMantap

04 Dec
Balas



search

New Post