Tantangan Hari ke 5

“saya juga datang mewakili SMKN2 Batam untuk ngomongin peran Guru melayu di Medan ” kita bisa reuni euy. Sumiati kan juga di Medan.”“kita suruh dia jadi guide ke danau Toba seperti yang ada di buku di kelas enam dulu.”Aku tersenyum. Pikiranku langsung terbang jauh ke masa pelatihan bulan lalu. Masa yang sangat kuat terpatri dalam hatiku.Keputusan Setengah Hati Aku tegak di atas panggung ruang meeting lantai 8 Hotel Tara Jogjakarta. Sambil mengguncang-guncang telapak tanganku, Pak Rikson, Kepala Sekolahku memberi selamat karena nilai ujianku termasuk sepuluh yang tertinggi di Kabupaten Pasaman.Tepuk tangan murid, orang tua dan guru riuh mengepung aula. Muka dan kupingku bersemu merah tapi jantungku melonjak-lonjak girang. Aku tersenyum malu-malu ketika Pak Rikson menyorongkan mik ke mukaku. Dia menunggu.Sambil menunduk aku paksakan bicara. Yang keluar dari kerongkonganku cuma bisikan lirih yang bergetar karena gugup, “Emmm… terima kasih banyak Pak… Itu saja…”Suaraku layu tercekat. Tanganku dingin. Nilaiku adalah tiket untuk mendaftar ke SMK terbaik diLubuk sikaping. Tiga tahun aku ikuti perintah Umak belajar diSMK Negeri Lubuk Sikaping, sekarang waktunya aku menjadi seperti orang umumnya, masuk jalur agama—STAI. Aku bahkan sudah berjanji dengan Rudi, kawan dekatku di SMK, untuk sama-sama pergi mendaftar ke STAI. Alangkah bangganya kalau bisa bilang, saya anak STAI IBNU SINA.