Irwansyah Ismail

Saya guru yang sekarang aktif mengajar di SMA Negeri 1 Kota Pangkalpinang, Provinsi Kepulauan Bangka Belitung. Meskipun senang membaca, tetapi soal tulis ...

Selengkapnya
Navigasi Web
MIMPI BURUK MATEMATIKA

MIMPI BURUK MATEMATIKA

#TantanganGurusiana hari ke-133

Sejak bersekolah di SMP, pengalaman belajar matematikaku selalu buruk. Hal ini sangat berbeda dan bertolak dengan belajar matematika sebelumnya. Sewaktu SD, belajar matematika menjadi salah satu pelajaran yang cukup menantang. Bagiku, matematika selalu penuh misteri. Misteri yang harus dicari jawabannya melalui serangkaian alur penyelesaian logis yang akan menghasilkan fakta logis sebagai jawaban dari alur penyelesaian tadi. Kepuasan belajar matematika antara lain pada saat kita mampu menjawab dengan tepat setiap soal yang diberikan. Alur proses yang dilewati hingga menghasilkan jawaban yang dikehendaki menjadi kepuasan diri seolah telah mampu memecahkan sesuatu yang dipandang rahasia.

Entah mengapa, sewaktu di SMP, belajar matematika terasa begitu menegangkan. Selalu ada perasaan ketakutan atau kecemasan apabila salah menjawab soal-soal yang diberikan. Jawaban yang salah, sekonyong-komnyong dapat mengubah volume suara guru menjadi menggelegar. Kecemasan seperti ini makin menjadi-jadi saat melihat guru selalu siap dengan mistar kayu di genggaman tangan. Mistar itu berukuran tiga puluh sentimeter. Bagian ujungnya berkali-kali mendarat di bagian tubuh kami apabila gagal menunjukkan kemampuan dalam menjawab soal-soal yang diberikan. Matematika benar-benar menjadi horor baru dalam hidup persekolahanku. Cerita tentang sulitnya belajar matematika semakin mendapat pembenaran melalui apa yang aku alami di kelas. Pokoknya kami tak boleh bodoh dalam pelajaran ini.

Ibarat api dalam sekam, ketakutan belajar matematika menjalar ke mana-mana. Kecemasan pun muncul apabila hari belajar matematika tiba. Kekhawatiran pun tumbuh saat mendengar suara sang guru. Juga menjadi kecemasan baru saat menanti kedatangan sang guru masuk ke dalam kelas. Parahnya, kecemasan merayap ke dalam telinga saat mendengar suara sepatu guru matematika yang memang berbunyi sangat has itu. Ketakutan belajar matematika menjadi horor baru yang merontokkan semangatku untuk pergi dan belajar di sekolah. Yang kupikirkan hanyalah harapan agar semuanya akan berakhir.

Aku tidak lupa peristiwa hari itu. Bel berbunyi tanda mulai masuk jam pertama. Pelajaran pertama dimulai dengan belajar matematika. Bunyi sepatu yang khas menghapiri kelas kami dan segera meredupkan suara obrolan yang sebelumnya masih ramai. Selesai membuka pelajaran, guru meminta kami membuka buka pekerjaan rumah yang diberikan beberapa hari yang lalu. Buku jawaban soal harus dibuka dan diletakkan di atas meja. Kelas menjadi hening. Aku menunduk, berharap tidak menjadi siswa pertama yang akan menjawab soal itu di depan kelas.

“Soal pertama, dijawab di depan!” kepala kuangkat. Sepasang mata yang mengerikan memandang ke arahku.

“Kamu maju!” telunjuknya mengarah kepadaku.

Tak ada alasan untuk mengelak. Semua kemampuan kukerahkan untuk menulis jawaban soal yang telah kubuat dan tak yakin akan kebenarannya. Coretan jawabanku selesai. Aku segera duduk. Saat melewati guru tersebut, tiba-tiba ujung mistar kayu mendarat di atas kepalaku diikuti suara keras, “Goblok!”

Aku terus berjalan dan menghempaskan pantatku di kursi.

DISCLAIMER
Konten pada website ini merupakan konten yang di tulis oleh user. Tanggung jawab isi adalah sepenuhnya oleh user/penulis. Pihak pengelola web tidak memiliki tanggung jawab apapun atas hal hal yang dapat ditimbulkan dari penerbitan artikel di website ini, namun setiap orang bisa mengirimkan surat aduan yang akan ditindak lanjuti oleh pengelola sebaik mungkin. Pengelola website berhak untuk membatalkan penayangan artikel, penghapusan artikel hingga penonaktifan akun penulis bila terdapat konten yang tidak seharusnya ditayangkan di web ini.

Laporkan Penyalahgunaan

Komentar




search

New Post