Irwansyah Saragih

Belum menuliskan informasi profilenya.

Selengkapnya
Navigasi Web
BEKASI ZAMAN DULU DAN BEKASI ZAMAN NOW
Penulis Bersama Kepala SMPIT Annur dan Siswa Di Pulau Beting

BEKASI ZAMAN DULU DAN BEKASI ZAMAN NOW

BEKASI ZAMAN DULU DAN BEKASI ZAMAN NOW

Oleh: Irwansyah Saragih, S.S

Siapa yang tidak mengetahui puisi Karawang Bekasi? Puisi perjuangan yang ditulis oleh Chairil Anwar pada tahun 1949 itu memilki ruh semangat yang sangat dahsyat. Sehingga tidak heran, siapa saja yang membaca atau mendengar puisi tersebut, maka dia akan larut ke dalam susunan kata-kata indah yang mampu membangkitkan semangat. Ya, semangat melanjutkan perjuangan, meskipun saat ini kita tidak perang dan angkat senjata lagi. Namun, kita harus melanjutkan perjuangan ini untuk menjaga keutuhan Negara Kesatuan Republik Indonesia (NKRI). Menjaga generasi muda Indonesia dari zaman modernisasi. Menjadikan warga Bekasi menjadi tuan di rumahnya sendiri.

Puisi Karawang Bekasi memang memilki tempat di hati masyarakat Indonesia. Puisi ini sangat populer di seluruh penjuru negri. Penulis sendiri mendengar puisi ini pertama kali dibacakan tiga puluh tahun yang lalu. Puisi ini dibacakan di saat peresmian gedung Sekolah Dasar Negri di Pematang Siantar, Sumatra Utara. Sungguh, saat itu penulis masih duduk di bangku kelas 1 Sekolah Dasar. Namun penulis merinding saat mendengarkan puisi itu. Walaupun belum sepenuhnya mengerti akan makna kata-kata dari tiap-tiap bait puisi itu. Namun, penulis terpesona akan semangat perjuangan dari orang yang membacakan puisi tersebut. Dalam hati kecil penulis saat itu, “Ahh, semoga suatu hari nanti aku dapat menginjakkan kaki di tanah perjuangan itu.”

Waktu terus berlalu, sejak tahun 2009, Alhamdulilah penulis menginjakkan kaki di Cikarang, Kabupaten Bekasi. Hingga hari ini penulis beserta keluarga telah terdaftar sebagai penduduk Kabupaten Bekasi. Hampir sepuluh tahun lamanya tinggal di tanah perjuangan ini. Banyak orang yang sudah ditemui, banyak tempat yang juga sudah disinggahi. Dan, dua anak-anak penulis pun akhirnya lahir di Kabupaten Bekasi. Kami pun bangga menjadi warga kabupaten Bekasi dan siap membangun kemajuan negri ini.

Bekasi Zaman Dulu

Ketika berbicara tentang Bekasi zaman dulu, yang terbesit pertama kali di benak penulis adalah semangat perjuangan. Ya, melalui puisi Karawang Bekasi, penulis mencoba memahami bahwa warga Bekasi memilki semangat juang yang sangat tinggi. Perjuangan ini semakin dikuatkan setelah, K.H Noer Alie diberikan gelar sebagai Pahlawan Nasional pada tahun 2006 lalu. Pejuang yang juga sekaligus ulama ini bahkan mendapat julukan “Singa Karawang Bekasi.”

Selanjutnya, di tahun 2009 ketika pertama kali penulis hijrah ke Bekasi. Mata ini terbelalak ketika melihat betapa banyaknya perusahaan-perusahaan di daerah ini. Ya, Bekasi memang menjadi kawasan industri terbesar di Asia Tenggara. Banyak industri manufaktur yang terdapat di Bekasi, diantaranya di kawasan Industri Jababeka, Greenland International Industrial Center (GIIC), Kota Deltamas, EJIP, Delta Silicon, MM210 dan lain-lain.

Kemudian, penulis mencoba menjelajah ke beberapa wilayah di Kabupaten Bekasi, seperti ke Pebayuran yang saat itu masih banyak ditemukan persawahan. Seru rasanya melihat warga setempat yang memilki rumah hunian di tengah-tengah sawah. Walaupun pada musim penghujan, tak jarang mereka mendapat musibah banjir. Namun, sepertinya warga di sekitar daerah tersebut sangat bahagia tinggal di daerah itu.

Tidak hanya pertanian, penulis juga menemukan banyak sekali tempat pembuatan bata merah. Tak jarang bekas penggalian membuat bata merah berubah menjadi danau buatan. Ya, Bekasi juga terkenal dengan prduk bata merahnya. Banyak dia antara penduduk Bekasi yang bekerja membuat Bata Merah. Bata ini tidak hanya dijual di Bekasi tapi di jual juga hingga Jakarta, Bandung, dan beberapa daerah di wilayah Jawa Barat.

Ketika melakukan perjalanan ke Muara Gembong. Penulis juga menemukan suatu pulau yang sangat indah, yaitu Pulau Beting. Pulau yang terdapat di Pantai Bahagia ini dapat dikunjungi melalui perjalanan air. Saat itu penulis menaiki perahu menuju Pulau Beting. Walaupun akses ke pulau ini belum begitu baik, namun itu menjadi tantangan sendiri bagi orang yang suka berpetualang.

Dan masih banyak lagi hal-hal yang membuat penulis semakin kagum dengan Bekasi. Seperti keramahtamahan penduduk aslinya dan kelezatan kuliner Kabupaten Bekasi seperti Gabus Pucung, Kue Rangi, Kue Biji Ketapang, Kue Akar Kelapa dan lain-lain.

Bekasi Zaman Now

Setelah sepuluh tahun bermukim di Bekasi, penulis menemukan banyak perubahan di kota industri ini. Semakin banyak dibangun gedung-gedung bertingkat, hotel-hotel mewah, restoran cepat saji, jalan layang dan juga perumahan-perumahan baru. Pembangunan ini tentu baik untuk kemajuan Kabupaten Bekasi. Siapa yang tidak senang di wilayahnya dibangun sarana dan prasarana seperti itu. Namun pertanyaannya, apakah pembangunan tersebut memberi pengaruh positif kepada penduduk Bekasi atau malah sebaliknya.

Pembangunan pada suatu wilayah sejatinya bertujuan untuk mengembangkan daerah tersebut. Memberi kemudahan kepada banyak orang dalam menjalankan aktivitas sehari-hari. Jalan layang di Tegal Danas misalnya, setiap orang yang melintasi jalan itu kini dapat merasa lega. Karena pembangunan jalan layangnya telah selesai, sehingga orang yang melintasi jalan tersebut tidak perlu lagi menghabiskan banyak waktu bermacet-macet di jalan. Bersyukurnya, warga yang tanahnya terkena pembangunan jalan, mendapat uang pengganti dari pengembang. Uang yang diperoleh pun digunakan digunakan untuk membangun rumah kontrakan. Sehingga tak jarang banyak kita temukan penduduk asli Bekasi yang beralih profesi menjadi juragan kontrakan

Stadion Wibawa Mukti, stadion kebanggan warga Bekasi itu terletak di Desa Sertajaya, Cikarang Timur, Kabupaten Bekasi. Stadion yang mampu menampung 30.000 orang dengan dengan bangku single seat. Stadion ini juga memilki akses trasnportasi yang sangat baik, salah satunya dekat dengan jalan tol Cibatu KM 34.77 Jakarta-Cikampek. Sejak selesai dibangun pada tahun 2016, stadion ini telah beberapa kali digunakan untuk acara-acara besar. Salah satunya adalah saat pelaksanaan Asian Games 2018. Dengan kehadiran Stadion Wibawa Mukti di Kabupaen Bekasi, geliat sepak bola pun di daerah ini terlihat semakin bangkit. Semoga suatu saat nanti, PSSI Kabupaten Bekasi mampu menjadi club sepak bola papan atas di negri ini.

Lalu bagaimana dengan manfaat pembangunan-pembangunan lainnya? Sebenanrnya sama saja, semuanya untuk kebaikan. Misalkan saja pembangunan hotel. Hotel dapat digunakan oleh para tamu-tamu yang berkunjung ke Bekasi. Karena Bekasi merupakan kota Industri tentu sering sekali tamu-tamu luar berkunjung ke Bekasi. Selain itu fasilitas di hotel seperti Hall dapat digunakan untuk acara-acara besar, seperti wisuda kelulusan siswa, rapat kantor, seminar ketenagakerjaan, dan lain-lain. Ini juga dapat membuka sektor lapangan kerja bagi penduduk Bekasi.

Selanjutnya pembangunan perumahan-perumahan baru. Tidak dapat dipungkiri bahwa Bekasi merupakan salah satu daerah yang dijadikan orang dari segala penjuru negri untuk mencari rezeki. Sehingga banyak sekali ragam suku, bahasa dan budaya yang kita temukan di Bekasi. Ya, karena Bekasi merupakan kota industri, membuat orang ingin mengadu nasib di daerah ini. Bekasi memang merupakan surga dunia bagi perantau. Kenapa, karena banyak peluang pekerjaan yang kita temukan di sini. Oleh sebab itulah semakin hari semakin banyak pembangunan perumahan-perumahan di Kabupaten Bekasi. Hal ini tentu dapat membawa dampak positif dan dampak negatif. Dampak positifnya, orang-orang pendatang memperoleh hunian yang layak dan nyaman. Dampak negatifnya, semakin berkurang wilayah persawahan di Kabupaten Bekasi. Jika lahan persawahan semakin berkurang, maka pendapatan petani pun semakin berkurang. Ini tentu berpengaruh terhadap perekonomian penduduk asli Kabupaten Bekasi.

Sinergi Antara Pemerintah, Pengembang Dan Penduduk Lokal

Jika pembangunan-pembangunan yang dilakukan di Bekasi dapat disinergikan dengan penduduk lokal. Maka kemajuan di Bekasi akan dapat berjalan dengan seimbang dan merata. Pemerintah sebagai pemegang kebijakan tentunya dapat membuat kesepakatan dengan pengembang, agar dalam pembangunan-pembanguan, dapat mengoptimalkan penggunaan produk sumber daya alam dari penduduk lokal. Misalnya saja saat membangun perumahan-perumahan. Pemerintah dapat melobby pengembang agar menggunakan bata merah milik penduduk lokal. Sehingga penduduk lokal yang berprofesi pembuat bata merah dapat mempertahankan perekonomian mereka. Karena, kalau dilihat belakangan ini, para pengusaha-pengusaha tradisional bata merah semakin sedikit. Jika pemerintah tidak concern dengan hal ini, maka lambat laun para pembuat bata merah di Bekasi akan menghilang.

Akhirnya, kita tentu sepakat bahwa modrenisasi tidak dapat dicegah. Bekasi yang dulunya ditemukan banyak hamparan sawah, kini berubah dengan pembangunan gedung-gedung mewah. Anak-anak yang dulunya terlihat setiap sore mengaji di musholla-musholla kini berpindah tempat ke restoran cepat saji atau cafe yang ada dipingggir jalan. Penduduk yang dulu terbiasa berjuang, kini sudah duduk santai menjadi juragan kontrakan. Ahh..di mana Bekasi yang aku ingat dulu?

DISCLAIMER
Konten pada website ini merupakan konten yang di tulis oleh user. Tanggung jawab isi adalah sepenuhnya oleh user/penulis. Pihak pengelola web tidak memiliki tanggung jawab apapun atas hal hal yang dapat ditimbulkan dari penerbitan artikel di website ini, namun setiap orang bisa mengirimkan surat aduan yang akan ditindak lanjuti oleh pengelola sebaik mungkin. Pengelola website berhak untuk membatalkan penayangan artikel, penghapusan artikel hingga penonaktifan akun penulis bila terdapat konten yang tidak seharusnya ditayangkan di web ini.

Laporkan Penyalahgunaan

Komentar

Menunggu Chairil Anwar baru. Ok

31 Jul
Balas

Semoga hadir dari Kabupaten Bekasi

31 Jul

Subhanallah, paparan yang mantaps tentang Bekasi. Aku malu sebagai putera daerah belum mampu ungkapkan tentang Bekasi. Sukses selalu dan barakallah fiik

30 Jul
Balas

Terimakasih Bu. Sukses juga untuk Ibu Siti

30 Jul



search

New Post