Irwansyah Saragih

Belum menuliskan informasi profilenya.

Selengkapnya
Navigasi Web

BERPRESTASI ITU PENTING, NAMUN BERADAB ITU JAUH LEBIH PENTING

Saya sering terlibat sebagai panitia untuk acara-acara tertentu di sekolah. Jauh hari sebelum acara dilaksanakan, kami panitia sudah bekerja keras untuk mengkonsep acara. Menentukan tema kegiatan, merancang rencana anggaran kegiatan, menentukan dimana lokasi kegiatan, dan siapa tokoh yang akan diundang untuk hadir serta ikut berbicara dalam kegiatan tersebut, dll

Ketika panitia selesai mengkonsep acara, maka langkah selanjutnya yang kami lakukan adalah menuangkan seluruh konsep acara tersebut ke dalam proposal. Selanjutnya datang menghadap manajemen sekolah untuk mempresentasikan proposal yang telah dibuat. Jika ada hal yang dianggap kurang tepat, maka kami akan merevisi proposal tersebut. Jika semuanya sudah benar, maka konsep acara pun disosialisasikan kembali kepada seluruh pantia yang terlibat ( Manajemen, Guru, Komite Sekolah dan OSIS). Ketika semuanya telah dinyatakan okey, maka spanduk, baleho, dan undangan sebagai pendukung publikasi acara pun segera dipasang dan disebarkan.

Beberapa hari lalu, saya membaca berita Online. Sekolah Kanisius menggelar suatu acara dalam rangka memperingati 90 tahun berdirinya sekolah tersebut di JIExpo Kemayoran, Jakarta Pusat, Sabtu (11/11/2017). Kanisius mengundang alumni yang beberapa diantara dari mereka terpilih menerima penghargaan. Dari ribuan tamu yang datang, Gubernur DKI Jakarta, Anies Baswedan hadir pada acara tersebut.

Kemudian saya mengetahui ada seorang tamu undangan yang juga merupakan Alumnus Kanisius Walk Out di saat Pak Anies memberikan sambutan. Menurut freedictionary.com, Walk Out sendiri dapat diartikan sebagai: 1. To go on strike. 2. To leave suddenly, often as a signal of disapproval. Pak Anies sendiri di awal sambutannya menyampaikan ucapan selamat serta apresiasi terhadap eksistensi Kanisius yang sudah berusia 90 tahun. Selanjutnya, beliau memaparkan agar semua pihak ikut memberikan sumbangsih untuk memajukan pendidikan di Indonesia, khususnya Jakarta.

Saya rasa semua orang yang mendengar sambutan tersebut akan setuju dengan apa yang disampaikan Pak Anies. Lalu, apa alasan Ananda Sukarlan dan teman-temannya Walk Out pada saat sambutan itu? Kenapa dia tiba-tiba keluar ruangan, apakah ada hal yang patut dicela dari sambutan tersebut? (signal of disapproval)

Hal ini membuat saya terdorong untuk ikut menuliskan komentar. Acara sekolah yang seharusnya memberikan inspirasi untuk kemajuan pendidikan, malah dikotori dengan tindakan ketidaksukaan terhadap seseorang di depan publik. Jika memang Sukarlan merasa tidak nyaman dengan keberadaan Pak Anies, alangkah baiknya sedari awal dia tidak ada di ruangan tersebut, menunggu sampai sesi Pak Anies selesai, atau bila perlu tidak datang sama sekali. Karena seharusnya dia paham, panitia sudah susah payah mengkonsep acara tersebut, mempertimbangkan orang-orang yang akan diundang dan siapa saja yang akan memberi kata sambutan.

Setelah Pak Anies selesai memberikan sambutannya, Ananda Sukarlan dan teman-temannya kembali masuk ke dalam ruangan. Ketika Sukarlan dipanggil ke atas panggung untuk menerima penghargaan, dia pun memberikan kata sambutan. Lazimnya orang yang sedang mendapat penghargaan, tentunya perkataan yang disampaikan adalah ucapan terimakasih kepada guru-gurunya terdahulu, motivasi kepada siswa yang sedang menimba ilmu di Kanisius, atau Inspirasi kepada undangan agar terus berkarya untuk bangsa. Namun apa yang terjadi, Sukarlan menggunakan kesempatan itu untuk menyampaikan ketidaksukaannya dengan terang benderang terhadap Pak Anies. Sukarlan mengkritik panitia yang mengundang Pak Anies. Parahnya Sukarlan menyampaikan, bahwa Pak Anies menang Pilgub dengan prinsip yang tidak sesuai dengan apa yang ditanamkan disekolahnya.

Dua tindakan yang tidak beradab telah dilakuakan alumnus yang mendapat penghargaan dari sekolahnya. Pertama, Walk Out dengan alasan yang tidak jelas di saat seorang undangan (gubernur) memberikan kata sambutan. Kedua, di saat memberikan kata sambutan pada momen penerimaan penghargaan, Sukarlan mengkritik panitia di depan umum, dengan menyatakan tak perlu mengundang Pak Anies, ditambahi dengan pernyataan Pak Anies menang Pilgub dengan prinsip yang tidak sesuai dengan almamaternya. Apakah dia tidak sadar, bahwa hal yang dilakukannya telah mencederai perasaan panitia acara yang notabene adalah para guru, sesama alumni di Kanisius yang telah memberikannya banyak ilmu?

Sejatinya kita paham, tak ada satu sekolah pun yang mengajarkan prinsip tidak beradab seperti itu terhadap peserta didiknya. Ada cara yang tepat untuk memberikan kritikan. Ada waktu yang pas memberikan pernyataan. Belajar menghargai dengan sesama walaupun secara personal berbeda pendapat atau prinsip. Keberanian mengemukakan pendapat itu penting, memiliki prestasi juga sangat penting, namun menjadi manusia yang beradab itu jauh lebih penting.

Oleh : Irwansyah Saragih

Yang ingin siswa dan alumninya berani menyampaikan argumentasi, berprestasi namun tetap beradab

DISCLAIMER
Konten pada website ini merupakan konten yang di tulis oleh user. Tanggung jawab isi adalah sepenuhnya oleh user/penulis. Pihak pengelola web tidak memiliki tanggung jawab apapun atas hal hal yang dapat ditimbulkan dari penerbitan artikel di website ini, namun setiap orang bisa mengirimkan surat aduan yang akan ditindak lanjuti oleh pengelola sebaik mungkin. Pengelola website berhak untuk membatalkan penayangan artikel, penghapusan artikel hingga penonaktifan akun penulis bila terdapat konten yang tidak seharusnya ditayangkan di web ini.

Laporkan Penyalahgunaan

Komentar




search

New Post