Irwanto

Nama jawa, yang punya orang minang. Mengajar matematika, setiap hari mengarang. Irwanto, guru matematika asal Pariaman Sumatera Barat. Bagi saya masalah i...

Selengkapnya
Navigasi Web
Aku Pamit, Ya!
Tagur hari ke-1142

Aku Pamit, Ya!

Aku Pamit, Ya!

“Aku pergi!

Apakah kau akan menghalangi?”

Mana mungkin?

Kau tak akan mungkin mau mencegah kepergianku. Buktinya, saat langkahku menjauh, kau hanya diam terpaku. Kau hanya mengiringi kepergianku dengan bola matamu yang redup, sampai kau yakin bahwa aku benar-benar hilang dari pandangan.

“Apakah ini yang kau harapkan?” tanyaku membatin.

Diam-diam, aku memperhatikan raut wajahmu yang lagi-lagi tak bisa aku tafsirkan. Apa memang kamu setuju dengan pilihanku untuk menjauh darimu, atau memang hatimu sedang gundah seperti perasaanku yang tak menentu?

Mungkin juga kau menganggap biasa-biasa saja, karena hal ini bukan untuk pertama kalinya. Seperti saat dulu aku pernah memilih pergi.

Tapi aku pergi bukan karena benci. Malah sebaliknya, aku lakukan karena aku teramat sangat mencintai.

Cintaku kepadamu begitu tulus, sehingga aku tidak ingin kau tersakiti oleh keadaan ini. Biarlah aku menghindar, untuk bisa memahami perubahan sikapmu yang terkadang begitu perhatian dan kadang-kadang juga seperti tak mempedulikan.

Aku menghilang dari hidupmu, bukan karena aku sudah kehilangan rasa. Tetapi karena aku ingin mencoba. Mencoba memahami sikapmu yang sudah terbiasa membuat aku terluka.

Mungkin kau mengira aku pergi untuk sementara dan kembali membuka pintu maaf untukmu selebar-lebarnya. Tapi tidak kali ini.

Kali ini, sangatlah beda. Aku tak akan memberi ruang untukmu lagi dan lagi, karena cukup sudah berulang-ulang engkau sakiti hati ini.

Seharusnya, sedari awal aku memilih untuk pergi. Karena semakin lama pertemuan ini, akan semakin melukai.

Kini, aku akan pergi untuk waktu yang tak bisa kupastikan. Mungkin setahun, dua tahun, atau mungkin juga aku tak akan kembali. Karena kini aku sadar, tak akan mungkin untukku berharap dan terus berharap, sementara kamu tidak bisa tegas memberikan pandangan.

Mungkin dengan kepergianku dalam waktu yang cukup lama, akan membantumu menata. Menata hidup yang kamu ingin dan sesuai dengan yang kau angankan.. Cukuplah bagiku hanya sebatas ingatan tentangmu dan membiarkan kontak batin ini kan selalu terjaga, walaupn kita tidak saling memilikinya.

Aku pamit, ya!

Izinkan akan menutup kisah tentang kita. Kisah yang mulanya kukira akan berisi bahagia. Nyatanya, di lembaran terakhir, berasil kau torehkan satu kata, yaitu luka

Tapi tak apa-apa. Luka ini tak akan menganga selamanya. Pasti aku akan menemukan obatnya.

Tenang sajalah! Tetaplah diam karena tidak semua hal harus diceritakan.

Aku pergi, ya!

Maaf, aku tak akan bisa lagi menemanimu. Tapi kamu jangan kuatir, karena aku akan selalu memohon kepada Tuhanku dan menitipkan kamu.

Aku akan minta pada Tuhan, untuk menjagamu dari rasa sedih dan kecewa, menemani setiap langkahmu, dan tak akan membiarkan kamu sendiri dalam menghadapi hidup ini.

Pariaman, 14 Maret 2023

DISCLAIMER
Konten pada website ini merupakan konten yang di tulis oleh user. Tanggung jawab isi adalah sepenuhnya oleh user/penulis. Pihak pengelola web tidak memiliki tanggung jawab apapun atas hal hal yang dapat ditimbulkan dari penerbitan artikel di website ini, namun setiap orang bisa mengirimkan surat aduan yang akan ditindak lanjuti oleh pengelola sebaik mungkin. Pengelola website berhak untuk membatalkan penayangan artikel, penghapusan artikel hingga penonaktifan akun penulis bila terdapat konten yang tidak seharusnya ditayangkan di web ini.

Laporkan Penyalahgunaan

Komentar




search

New Post