Irwanto

Nama jawa, yang punya orang minang. Mengajar matematika, setiap hari mengarang. Irwanto, guru matematika asal Pariaman Sumatera Barat. Bagi saya masalah i...

Selengkapnya
Navigasi Web
Remah Kenangan
Tagur hari ke-1224

Remah Kenangan

Karena penasaran, langkah kaki menuntunku ke tempat hiruk pikuknya suasana pasar malam.. Aku mengikuti orang-orang yang menyaksikan tontonan berbayar. Sebagian dari mereka, ada yang menonton membawa pasangan. Tontonan Tong Setan memancing kecemasan.

Saat mataku terpana melihat kemesraan mereka, aku jadi teringat akan dirimu. Aku mengingatmu yang dulu menggigil ketakutan karena berdiri di atas tong setan. Sementara tiga motor saling geber dengan kenalpotnya yang hampir pecah terus kau pandang. Kau gemetaran dan sontak membenamkan mukamu ke dadaku. Tanpa sengaja sebelah tanganku ikut merangkulmu.

Aku tersenyum dan sekaligus merasa bahagia. Kamu tau kenapa? Karena waktu itu aku merasa, bahwa dadakulah tempat ternyaman bagimu dalam mengusir rasa takut.

Aku tahu, mengingatmu adalah hal yang terbodoh yang pernah kulakukan. Namun aku juga tidak mengerti, kenapa pertunjukan tong setan di pasar malam bisa mempengaruhi pemikiran. Sampai-sampai piringan hitam dikepalaku memutar lagi masa-masa indah bersamamu. Termasuk keseruan yang pernah tercitpa, saat harus lari tunggang langgang dari kejaran orang-orang.

Orang-orang itu salah paham pada kita. Mereka berfikir kita berbuat yang macam-macam. Padahal, kita hanya berteduh di pondok tua, menghindari hujan yang tidak kenal dengan kata-kata kesepakatan.

Hujan telah memaksa kita berdua berlama-lama di pondok itu sampai malam tiba. Wajar saja mereka curiga. Untungnya, mereka tidak berhasil mengejar kita. Apakah kamu mengingatnya?

Ah, aku jadi sedih membayangkan, seandainya kamu melupakan. Seperti ada yang tanggal dari katup jantungku dan membuat liang besar. Pada liang itu, berhembus angin lara, mengandung kegetiran hingga pahit terasa. Sampai-sampai, aku merasa kesulitan mengatur perjalaan tanpa pegangan tangan, melangkah tanpa daya, dan melihat tanpa mata.

Sepanjang jalan melewati pasar malam, ingatanku akan hal lain semakin menggila.Terlalu banyak kebahagiaan yang tercipta bersamamu, walaupun pada akhirnya semua berlalu.

Sampai detik ini aku masih ingin menatapmu. Tapi aku tidak tahu, kaarah mana pandangan ini akan kutuju. Aku hanya bisa berharap, mungkin di pasar malam ini, atau pasar malam yang lain, yang bisa mengobati rasa rindu yang purba bersama remah kenangan yang tersisa.

Pariaman, 25 Mei 2023

DISCLAIMER
Konten pada website ini merupakan konten yang di tulis oleh user. Tanggung jawab isi adalah sepenuhnya oleh user/penulis. Pihak pengelola web tidak memiliki tanggung jawab apapun atas hal hal yang dapat ditimbulkan dari penerbitan artikel di website ini, namun setiap orang bisa mengirimkan surat aduan yang akan ditindak lanjuti oleh pengelola sebaik mungkin. Pengelola website berhak untuk membatalkan penayangan artikel, penghapusan artikel hingga penonaktifan akun penulis bila terdapat konten yang tidak seharusnya ditayangkan di web ini.

Laporkan Penyalahgunaan

Komentar




search

New Post