Sebuah Pemandangan di Kota
Sebuah Pemandangan Kota
Irwanto
Ditengah lebatnya hujan yang turun mengguyur Kota yang barus saja aku singgahi, aku melihat seorang wanita paruh baya berjalan menggiring sepeda motornya. Dibelakangnya, ada seorang perempuan kecil yang kemungkinan besar itu adalah anaknya. Mereka berdua berjalan di tengah hingar bingarnya laju kendaraan.
“Kenapa dengan Ibu itu?” tanyaku membatin.
“Mungkin mesin motornya rusak, sehingga motornya tidak mau dijalankan. Atau roda ban motornya kempes? Mungkin juga bahan bakarnya habis,” pikirku lagi dan menaruh rasa ibu melihat mereka berdua hujan-hujanan menggiring motornya.
“Berhenti dulu, Bu!” kataku setengah berteriak di sela hujan yang bunyinya bisa saja mengalahkan suara baritoku.
Entah merasa malu atau bisa jadi wanita itu tidak mendengar suaraku, ia hanya menoleh sebentar, lalu melanjutkan perjalanannya. Namun satu yang aku tangkap dari ekspresi wajahnya, bahwa ia sedang marah. Mungkin saja ia sedang memarahi putrinya karena sepanjang jalan ia seperti membentak-bentak, sesekali tangan kasarnya tiba pada bahu putrinya sehingga putrinya terdorong.
“Kasihan…” kataku menaruh iba pada anak kecil itu dan sedikit dongkol melihat kelakuan ibu itu pada anaknya. Tapi aku hanya sebatas memandang dan seoalah baru saja menyaksikan sebuat pertunjukan di tengah derasnya hujan.
Sementaara itu, aku sendiri sedang duduk memangkas sejumlah rencana karena tidak bisa terealisasi karena derasnya hujan padatnya kendaraan.
“Sudahlah, mungkin hanya sebagian rencana yang bisa kita laksanakan. Sisanya kita hanya bisa berkabar,” bujukku pada diriku sendiri dan keluarga yang mengiringi serta perjalananku.
“Yang pasti, aku datang ke kota ini niatnya baik. Mau bersilahturahmi dengan saudara. Tapi ndak salah kita juga kan, kalau kita tidak bisa mengunjungi semuannya?”
Dari minimal 8 kunjungan ke rumah saudara, hanya 3 yang bisa terlaksana. Ditambah lagi ada niatan dari diriku ingin bersemuka dengan kawan-kawan yang kenalnnya di dunia maya.
“[Maaf! Saya tak bisa singgah!]” salah satu pesanku lewat gawai pada orang-orang yang batak untuk kukunjungi.
Alhamdulillah mereka membalas chatku.
Mungkin mereka paham sekali dengan banyaknya agenda dalam jeda waktu yang tak lama. Ditambah lagi cuaca dan ramainya lalu lintas oleh orang-orang yang mempunyai irisan kepentingan dan tujuan yang sama.
Dari sisa waktu untukku bertolak ke pulang, kusempatkan singgah di mall. Lumayan bisa belanja membeli barang label kota yang dikunjungi. Tapi betapa terkejutnya aku dengan penglihatanku. Gadis kecil yang tadi berjalan bersama seorang ibunya, berjalan ke arahku yang akan menghidupkan mesin mobil mau pulang.
“Minta sedekahnya, Pak! Bu!” Katanya gadis itu menadahkan tangan.
“Kasihan,” ucapku sambil menurunkan kaca mobil dan memberinya selembar uang yang nilainya cukup untuk ia makan bersama ibunya. Namun sepeninggal gadis kecil itu pergi, aku bertanya-tanya. Kemena ibunya? Bukankah tadi ia membawa motor dan ibunya marah-marah? Seketika aku tersungging, ah inilah salah satu pemendangan kota yang hanya bisa kutonton saja.
Pariaman, 2 Februari 2023
Konten pada website ini merupakan konten yang di tulis oleh user. Tanggung jawab isi adalah sepenuhnya oleh user/penulis. Pihak pengelola web tidak memiliki tanggung jawab apapun atas hal hal yang dapat ditimbulkan dari penerbitan artikel di website ini, namun setiap orang bisa mengirimkan surat aduan yang akan ditindak lanjuti oleh pengelola sebaik mungkin. Pengelola website berhak untuk membatalkan penayangan artikel, penghapusan artikel hingga penonaktifan akun penulis bila terdapat konten yang tidak seharusnya ditayangkan di web ini.
Laporkan Penyalahgunaan
Komentar