Tawar Gatra
Tawar Gatra
Semesta pasti tau, kekerabatan kita begitu dekat. Saking dekatnya, apapun yang menjadi tanggunganmu adalah bebanku, dan apapun yang menajadi masalahmu, juga menjadi masalahku. Orang-orang pun tidak akan mau menjelek-jelekan namamu di depanku. Pastinya, tentang aku, pun begitu. Betulkan?
Tidak hanya secara silsilah, dari segi rasa pun, hubungan ini terasa sangat erat. Saking eratnya, aku selalu memunajatkan doa pada yang kuasa, agar hubungan ini tetap terjaga, dan baik-baik saja. Bahkan, namamu pun fasih di lidahku. Hingga tak satupun ada kata yang tak baik, tersematkan untuk hubungan kita.
Namun seiring berputarnya waktu, aku melihat ada yang tak seperti dulu. Tidak tau kenapa dan apa, aku mulai dibawa perasaan, saat kau mengkaji asal usul dan pertalian. Sampai-sampai, aku dibanding-bandingkan.
Dulu kau hadir membawa keluh kesah dan membagikan segala bentuk keceriaan. Tapi kali ini, kau datang seperti orang yang sedang bertandang. Berdiri di depan pintu, memastikan ada aku yang bersedia menerima kehadiranmu.
“Datanglah! Kehadiranmu kami tunggu,” katamu menyampaikan maksud, mengundangku hadir, pada resepsi perkawinan salah seorang kerabatmu, yang pastinya, juga kerabatku.
Seketika, kuhilangkan rasa janggal dan kupahami sebagai pendewasaan. Aku pun bertekad akan datang lebih awal, karena memang seharusnya, begitukan? Di pesta kerabat kita, aku dan kamu menjadi tuan rumah.
Tapi apa yang kudapatkan?
Hanya salamku yang kau balas, selanjutnya sedikitpun kau tak acuhkan aku. Yang lebih menyakitkan, tidak ada keseragaman untukku layaknya orang yang menyambut tamu. Kehadiranku seperti tidak kau harapkan. Bahkan pada sesi perkenalan, namaku pun tak pernah kau sebut, begitu juga pada pengabadian.
Dari pada aku makin merasa tidak berarti, aku memilih pergi. Aku pergi membawa perasaan tak menentu. Tapi kau tenang saja, aku tidak akan mempermasalahkannya. Selagi aku bisa bersabar, aku akan sabar. Selagi aku bisa pendam, aku akan memendam. Tapi bila aku sudah mulai tak peduli, jangan pernah kau salahkan aku. Semua berawal dari apa yang kau mau.
Kau sudah jelas-jelas menampakkan keegoaanmu. Ketidak sempurnaanku, kau jadikan alasan, untuk menjauh dan mengingkari pertalian.
Kini aku pergi. Aku pergi untuk menemukan ketenangan.. Bukankah begitu sebaiknya?
Kita hidup, mencari ketenangan. Bukan lakon dalam sandiwara pentas yang kau mainkan. Bukan tentang perkara rumit yang tak jelas.
Cukuplahyang sederhana saja. Tanpa harus berpura-pura, seperti suguhanmu berupa tawar gatra untukku.
Pariaman, 16 Maret 2023
Tawar Gatra: Menawari sesuatu dengan tujuan berbasa-basi saja
Konten pada website ini merupakan konten yang di tulis oleh user. Tanggung jawab isi adalah sepenuhnya oleh user/penulis. Pihak pengelola web tidak memiliki tanggung jawab apapun atas hal hal yang dapat ditimbulkan dari penerbitan artikel di website ini, namun setiap orang bisa mengirimkan surat aduan yang akan ditindak lanjuti oleh pengelola sebaik mungkin. Pengelola website berhak untuk membatalkan penayangan artikel, penghapusan artikel hingga penonaktifan akun penulis bila terdapat konten yang tidak seharusnya ditayangkan di web ini.
Laporkan Penyalahgunaan
Komentar