Antara Literasi, Empati, dan Peduli - 2
Di setiap gerbong CommuterLine selalu tersedia "tempat duduk prioritas" yang berada di bagian ujung, berhadapan/berseberangan sisi kiri dan kanan. Informasi dan petunjuk pengguna kursi tertera jelas di dinding sebelahnya. Namun, sering diabaikan oleh sebagian penumpang yang tidak masuk kategori prioritas dan saya yakin mereka tidak buta huruf, tidak bisa baca tulisan.
Tempat duduk tersebut diprioritaskan untuk: ibu hamil, lansia, penyandang disabilitas, dan ibu membawa anak. Bisa jadi pemahaman setiap orang tidak selalu sama terhadap penumpang yang diprioritaskan. Daya empati dan kepedulian seseorang memengaruhi "keputusan" masuk tidaknya ia dalam kriteria prioritas.
Kriteria untuk ibu hamil sudah jelas dari penampilan fisiknya. Namun, terkadang ada wanita hamil 5-6 bulan belum terlihat membuncit perutnya. Seorang teman (wanita) pernah bercerita pengalamannya naik KRL Tanah Abang - Rangkasbitung ketika sedang hamil. Dia sempat "berdebat" dengan seorang penumpang lelaki (bapak-bapak) yang menempati kursi prioritas. Lelaki tersebut malah mengeluarkan KTP ketika teman saya memohon tempat duduk untuknya.
Apakah tindakan lelaki tersebut perlu dijawab dengan menyingkapkan pakaian untuk menunjukkan perutnya sebagai bukti sedang hamil? Karena merasa waras teman saya tidak mau mendebat. Dia pilih mengalah dan tetap berdiri. Sampai akhirnya ada penumpang wanita (kira-kira sebaya dengan lelaki tadi) memberikan tempat duduknya (tidak jauh dari posisi berdiri, bukan tempat fuduk prioritas) kepada teman saya. Kena mental nggak ya, bapak-bapak tersebut?
Graha Pasir Ona, 27072024.
Konten pada website ini merupakan konten yang di tulis oleh user. Tanggung jawab isi adalah sepenuhnya oleh user/penulis. Pihak pengelola web tidak memiliki tanggung jawab apapun atas hal hal yang dapat ditimbulkan dari penerbitan artikel di website ini, namun setiap orang bisa mengirimkan surat aduan yang akan ditindak lanjuti oleh pengelola sebaik mungkin. Pengelola website berhak untuk membatalkan penayangan artikel, penghapusan artikel hingga penonaktifan akun penulis bila terdapat konten yang tidak seharusnya ditayangkan di web ini.
Laporkan Penyalahgunaan
Komentar
Luar biasa pak Isak penuh inspirasi dan mencerahkan
Seorang lelaki yang tidak punya empati karena terlalu memanjakan sifat egoisnya. Mungkin dia tidak malu, malah merasa menang.
Mungkin juga lelaki itu jomblo sejati, tidak punya istri dan empati. Trims, Pak Rochadi telah skss.
Bagus sekali tulisan nya pak Isak, lugas dan kreatif. Salam pak
Mantap ceritanya, Pak Isak. Salam sukses selalu!