Tantangan Hari Ke-349, #TantanganGurusiana

.

Beberapa saat kemudian, Pak Kondektur mendatangi lagi gerbong kami. Beliau mendatangi lagi kursi di depanku.

“Bagaimana, Bu? Sudah ketemu tiketnya?” tanya Pak Kondektur.

Si ibu terdiam, tak ada jawaban apapun.

“Mohon maaf, Bu, silakan mengemasi barang-barang bawaan Ibu. Dengan terpaksa, Ibu akan kami turunkan pada stasiun terdekat.”

Aku tercekat mendengar ucapan Pak Kondektur. Serba salah juga sih, antara kasihan kepada si Ibu dan mendukung tugas Pak Kondektur.

Setelah pengumuman bahwa kereta akan berhenti si sebuah stasiun, Pak Kondektur menggiring si ibu dan kedua anaknya untuk turun dari kereta api. Beberpa penumpang di sebelahku masih kasak-kusuk membahas peristiwa itu. Sungguh jarang ada kejadian seperti ini.

Tak berapa lama, Pak Kondektur datang ke gerbong kami, lagi. Ia berhenti tepat di hadapanku. Dengan mata nanar dan suara terbata, ia berbicara kepada kami semua.

“Pak, Bu, mohon maaf atas ketidaknyamanan yang terjadi, ya. Percayalah, saya pun merasa kasihan kepada ibu dan kedua anak tadi. Namun, peraturan tetaplah peraturan. Ibu tadi sebenarnya memang memiliki tiket. Namun, tiketnya itu hanya sampai 3 stasiun yang sudah terlewat. Beliau sepertinya kehabisan tiket untuk menuju tempat tujuannya,” jelas Pak Kondektur.

“Lalu bagaimana dampaknya, Pak?” tanya seorang bapak berumur di sebelah kiriku.

“Akibatnya, penumpang yang memiliki tiket dengan nomor kursi tersebut tidak bisa duduk di tempatnya. Coba ibu tadi jujur ke saya, saya pasti akan membantu beliau. Sekali lagi, mohon maaf atas ketidaknyamananya, ya, Pak, Bu. Saya harap Bapak dan Ibu sekalian tidak memandang kami sebagai orang jahat.”

Setelah mendengar jawaban dari penumpang di gerbongku, Pak Kondektur tersebut tersenyum dan undur diri menuju posisi awalnya lagi. ***