Isma Latifah

Belum menuliskan informasi profilenya.

Selengkapnya
Navigasi Web

Waktu dan Tempat Disilakan

Tantangan Hari Ke-357, #TantanganGurusiana

.

Tadi pagi, saya mengikuti kajian Subuh di masjid dekat rumah saya. Pembawa acara memimpin acara sebelum akhirnya menyerahkannya kepada ustaz yang bertindak sebagai narasumber sekaligus pengisi kajian. Dasar saya, sedikit kesalahan berbahasa yang diucapkan oleh pembawa acara terdengar ngilu di telinga saya—padahal saya yakin bahwa saya sendiri juga sering melakukannya. Kesalahan seperti apakah itu?

Sebenarnya, kesalahan berbahasa kali ini sangat umum, bahkan bisa saya bilang salah kaprah. Salah yang sudah dianggap biasa, bahkan tidak dianggap salah. Pembawa acara sering mengatakan “Waktu dan tempat disilakan”. Nah, di mana letak kesalahannya?

Apakah waktu dan tempat bisa dipersilakan? Kan harusnya waktu dan tempat disediakan. Nah, inilah salah satu bentuk kesalahan berbahasa yang sering diucapkan para pembawa acara. Ada baiknya, pembawa acara langsung menyebutkan saja nama narasumber yang akan mengisi acara, seperti “Yang kami hormati Bapak X, kami persilakan”. Kalimat tersebut lebih logis daripada “Waktu dan tempat disilakan”.

Ah, ada satu hal lagi. Bentuk bakunya silakan, ya, Saudara, bukan silahkan. Kata ini berasal dari kata dasar sila yang artinya ‘sudilah kiranya (kata perintah yang halus)’. Jadi, jangan salah lagi, ya, Saudara! 😊

DISCLAIMER
Konten pada website ini merupakan konten yang di tulis oleh user. Tanggung jawab isi adalah sepenuhnya oleh user/penulis. Pihak pengelola web tidak memiliki tanggung jawab apapun atas hal hal yang dapat ditimbulkan dari penerbitan artikel di website ini, namun setiap orang bisa mengirimkan surat aduan yang akan ditindak lanjuti oleh pengelola sebaik mungkin. Pengelola website berhak untuk membatalkan penayangan artikel, penghapusan artikel hingga penonaktifan akun penulis bila terdapat konten yang tidak seharusnya ditayangkan di web ini.

Laporkan Penyalahgunaan

Komentar




search

New Post