Ismarina Rosida

Belum menuliskan informasi profilenya.

Selengkapnya
Navigasi Web
Jurnal Refleksi Dwi Mingguan

Jurnal Refleksi Dwi Mingguan

Assalamualaikum wr. wb

Perkenalkan saya Ismarina Rosida, S.Pd, Gr. calon guru penggerak dari SDN 91/II Baru Sei Telang, Kecamatan Bathin III Ulu, Kabupaten Bungo, Propinsi Jambi.

Salam Bahagia

Disini saya akan memaparkan jurnal refleksi dwi mingguan Modul 1.1 Filosofis Pendidikan Ki Hajar Dewantara. Jurnal ini untuk melengkapi tugas saya sebagai Calon Guru Penggerak Angkatan 7 Kabupaten Bungo. Jurnal Refleksi ini adalah hasil refleksi saya setelah mempelajari Modul tentang Filosofis Pendidikan Ki Hajar Dewantara. Modul 1.1 ini dikerjakan dan diselesaikan dalam waktu 2 minggu. Itulah mengapa, jurnal refleksi ini disebut jurnal refleksi dwi mingguan.

Saya akan merefleksikan Filosofis pendidikan Ki Hajar Dewantara yang sudah saya pelajari dan saya pahami selama kurun waktu dua minggu ini. Dalam hal ini saya akan menggunakan metode 4F yaitu fact, feeling, finding, dan future. Metode ini adalah metode yang dikembangkan oleh Dr.Roger Greenway.

Pengalaman saya selama dua minggu ini dimulai dari mengikuti "Loka Orientasi" yang dilaksanakan pada tanggal 22 Oktober 2022 di SMPN 1 Muara Bungo. Kegiatan itu diikuti oleh seluruh CGP kabupaten bungo yang berjumlah 35 orang, 7 orang pengajar praktik, dan seluruh kepala sekolah para CGP atau yang mewakili (walaupun tidak semua hadir), beberapa orang pengawas sekolah, perwakilan dari Dinas Pendidikan dan Kebudayaan Kab. Bungo, dan 3 orang perwakilan dari BGP Propinsi Jambi. Loka orientasi dibuka oleh bapak MASRIL, S.SOS, M.M selaku Kepala Dinas Pendidikan dan Kebudayaan Kabupaten Bungo. Kegiatan Loka Orientasi dimulai dari pukul 09.00 samapai dengan pukul 17.00 wib. Dengan adanya Loka Orientasi, saya jadi tahu bagaimana alur Pendidikan Guru Penggerak itu, dan apa saja nantinya yang harus kami lakukan untuk 6 bulan kedepannya. Selain itu, banyak juga ilmu dan pengalaman yang saya dapatkan baik dari Kadisdik, Perwakilan BGP Propinsi, maupun ilmu-ilmu baru yang disampaikan oleh pengajar praktik.

Kemudian kami mengikuti kegiatan secara daring dengan mengisi LMS yang sudah disediakan oleh tim BGP, dimulai dari merefleksikan Filosofis Pendindidikan Ki Hajar Dewantara mulai dari diri sendiri, kemudian bertemu maya dengan teman-teman CGP juga Fasilitator di Ruang diskusi, kemudian Ruang Kolaborasi. Fasilitator kami bernama bapak Slamet Mujiharto, S.Pd. Banyak sekali ilmu-ilmu baru yang disampaikan oleh bapak Muji selama kami mengikuti ruang virtual bersama beliau. Dari diri pribadi saya mengakui bahwa saya sangat awam dengan Filosofis Ki Hajar Dewantara, kemudian Pembelajaran Merdeka seperti apa juga saya sangat minim pengetahuan tentang itu. Kemudian kami masuk dalam ruang virtual bersama dengan instruktur, bertemu maya dalam elaborasi pemahaman. Seorang perempuan minang yang cerdas dan lemah lembut, berwawasan luas yang terlihat dari cara beliau berbicara dan bagaimana beliau menyampaiakan materi dan berbagi pengalaman dengan kami para CGP.

Perasaan yang saya rasakan selama mengikuti PGP ini, yang sudah kami dijalani selama kurang lebih 2 minggu ini. Perasaan senang dan bangga, bangga berada diantara guru-guru hebat yang ada dikabupaten bungo ini. Boleh dibilang kita beruntung atau memang kita adalah pilihan. Senang, karena banyak sekali ilmu-ilmu baru yang saya dapatkan terutama tentang Filososfis Pendidikan yang disampaikan oleh Bapak Pendidikan kita yaitu KI Hajar Dewantara. Banyak sekali hal yang selama ini saya salah/kurang tepat dilakukan dalam proses pembelajaran saya dikelas. Selama ini saya merasa bahwa anak yang cerdas itu adalah anak yang mampu menguasai materi dengan baik, dengan meraih nilai tinggi. Saya lupa bahwa pada dasarnya, anak haruslah merasa bahagia dalam proses itu. Bukan dijejali dengan tugas-tugas yang mungkin bagi mereka adalah hal yang tidak mereka minati. Saya sebagai guru juga banyak menuntut mereka untuk mencapai ketuntasan yang sudah ditentukan dalam kurikulum. Selain itu, saya masih sering melakukan metode-metode konvensional dalam pembelajaran yang lebih berorientasi pada guru. Guru sebagai center dan sebagai orang yang mentransfer ilmu.

Banyak hal yang saya dapatkan dari mempelajari modul Filosofis Ki Hajar Dewantara ini. Pengalaman berharag yang saya dapatkan adalah ketika berdiksusi dengan rekan-rekan CGP, fasilitator dan juga instruktur. Selama mempelajari modul ini, kami diberikan tugas-tugas yang dimulai dari tugas kelompok yang diberikan oleh bapak Muji. Selama mengerjakan tugas dengan teman sekelompok saya, bapak Mahdi, bapak Zulia, Kak Aziza, dan Kak Mira. Banyak sekali hal yang kami dapatkan selama diskusi, kami saling berbagi pengalaman, berbagi cerita tentang budaya-budaya lokal kami. Yang memang pada saat itu, hal yang kami bahas adalah bagaimana mengimplementasikan Kebudayaan daerah dalam pembelajaran. Menariknya, pada saat presentase, ada sedikit miss dari kelompok kami, karena salah dalam memahami dan menganalisa konteks pertanyaan. Selain itu, ilmu yang saya dapatkan dari seorang ki hajar dewantara ini melalui buah pikirnya adalah tentang pendidikan itu sendiri. Selama ini saya sebagai guru lebih banyak "menuntut", tapi bagi seorang KHD pendidikan itu adalah "menuntun". Anak-anak harus bahagia dalam pembelajaran, karena kodrat mereka memang harus bahagia dan selamat baik sebagai manusia maupun sebagai anggota masyarakat. Agar mereka mencapai itu, guru harus menuntun, memberikan pendidikan budi pekerti, dan menyesuaikan pembelajaran dengan perkembangan zaman namun tidak melupakan budaya dan tradisi.

Selama melakuakn diskusi dengan rekan CGP, fasilitator, dan Instruktur, banyak hal yang kita dapatkan. Bagaimana filosofis pendidikan KHD ini bisa kita terapkan di unit kerja kita masing-masing, bagaimana anak-anak didik kita menjadi manusia yang benar-benar tumbuh sesuai kodratnya, merdeka namun bertanggung jawab.

Filosofis Pendidikan Ki Hajar Dewantara yang sudah saya pelajari selama kurang lebih 2 minggu ini, akan saya terapkan disekolah dan di ruang kelas saya. Bagaimana pembelajaran yang berpusat pada anak, memberikan kebebasan pada anak untuk meyelesaikan tugas-tugasnya sesuai dengan minat dan bakat mereka masing-masing, juga memperhatikan kondisi lingkungan, sosial budaya yang ada di daerah mereka, serta memberikan pengajaran sesuai dengan perkembangan zaman. Seperti saat ini, kita memasuki era globalisasi abad 21 yaitu era dimana perkembangan teknologi melaju dengan pesatnya. Tentunya anak juga harus dibekali dengan keterampilan-keterampilan yang sesuai dengan saat ini, yaitu lebih mengenalkan mereka pada alat-alat IT. Namun, agar mereka mampu menfilter segala budaya yang timbul akibat perkembangan IT yang tidak sesuai dengan kearifan lokal, tentunya sebagai guru saya bertanggung jawab untuk memberikan nilai-nilai budi pekerti yang akan menjadi filter bagi mereka agar tidak tergerus perkembangan zaman ini.

Demikianlah pemaparan saya dalam jurnal refleksi dwi mingguan tentang Filosofis Pendidikan KI Hawar Dewantara. Semoga apa yang saya sampaikan bermanfaat bagi kita semua.

Mari kita satukan hati, bulatkan tekad, memajukan pendidikan Indonesia.

Tergerak, Bergerak, dan Menggerakkan.

DISCLAIMER
Konten pada website ini merupakan konten yang di tulis oleh user. Tanggung jawab isi adalah sepenuhnya oleh user/penulis. Pihak pengelola web tidak memiliki tanggung jawab apapun atas hal hal yang dapat ditimbulkan dari penerbitan artikel di website ini, namun setiap orang bisa mengirimkan surat aduan yang akan ditindak lanjuti oleh pengelola sebaik mungkin. Pengelola website berhak untuk membatalkan penayangan artikel, penghapusan artikel hingga penonaktifan akun penulis bila terdapat konten yang tidak seharusnya ditayangkan di web ini.

Laporkan Penyalahgunaan

Komentar




search

New Post