Ismiati Irzain

Belum menuliskan informasi profilenya.

Selengkapnya
Navigasi Web

Cerpen Suka Duka Menjadi Guru

SUKA DUKA MENJADI GURU

Ismiati Irzain

Aku salah seorang guru PNS di sekolah swasta semenjak tahun 2005 sampai 2020. Awal juli 2020 aku baru dipindahkan ke sekolah negeri. Banyak sekali suka duka yang kulalui. Saat covid 19 melanda semenjak awal tahun 2020 Madrasah tempatku mengajar pun terkena dampaknya. Tanggal 26 dibulan maret tahun 2020 kami mulai lockdown. Dengan melalui instruksi pemerintah yang diperpanjang setiap bulannya membuat sistem Pendidikan jauh berubah. Terakhir lulusan SD karena korona bulan juli 2020 betul-betul jauh dari mendapatkan ilmu yang ideal. Sekarang mereka sudah duduk dikelas VIII tingkat SLTP/MTS. Saat menghadapi ujian dengan sistem abo mereka sama sekali tidak paham dengan prinsip-prinsip dalam membulatkan isian kertas abo yang disediakan. Mereka bertanya bagaimana membulatkan supaya sesuai nama dengan yang dibulatkan.

Sungguh ironis sekali mereka banyak ketinggalan keterampilan, meski solusi cerdas zaman sekarang bukan zamannya sistem abo. Tapi zamannya email, gmail dan yahoo. Untuk itulah saya tertarik untuk menulis menceritakan tentang madrasahku ditahun 2020.

Disini di daerah tempat saya mengajar terdapat beberapa kendala untuk belajar online. Salah satunya masalah ekonomi. Tidak semuanya memiliki hp android. Kalaupun ada tidak semuanya sanggup membeli paket data. Kalau dibandingkan dengan seluruh siswa yang sanggup online mungkin 1/10. Bukan ingin lari dari tanggung jawab, atau bisa santai saat Covid 19 melanda, bukan. Tapi situasi kondisi yang tidak memungkinkan. Bagi siswa yang memiliki fasilitas sudah saya kondisikan dalam wa group. Bagaimana cara melaporkan agenda harian jika saya tidak bisa berkomunikasi dengan semua siswa?

Jika dibandingkan dengan anak-anak di SD IT yang rata-rata ekonomi nya menengah keatas. Madrasah ku berbanding terbalik memiliki ekonomi menengah kebawah. Rata-rata anak broken home, hidup sederhana dan anak yatim. Kalaupun ada yang mampu secara ekonomi, itu adalah anak-anak yang pindah dari sekolah lain karena tidak sanggup membinanya lagi. Anak-anak yang dinaikkan ke kelas yang lebih tinggi dengan syarat harus pindah. Itulah madrasah tempat ku mengajar sebuah sekolah swasta yang terletak di pedalaman dengan kondisi anak beragam.

Tingkahnya mulai dari yang sangat sopan sampai yang luar biasa tingkahnya. Semua kami bina dan didik dengan penuh perhatian, karena jumlahnya memang hanya sekitar 80 orang. Satu lokal untuk setiap tingkat. Alhamdulillah lokal penuh yang diterima simpatika yaitu 32 orang. Karena kondisi juga masih ada yang mau Mendaftar terpaksa di tolak. Karena kekurangan lokal.

Jujur guru-gurunya juga super sabar dengan sedikit mengindahkan idealis. Karena kalau bersikap ideal mungkin sepertiga siswanya sudah harus dibinasakan. Alias disuruh pindah atau berhenti sekolah. Ada yang datang selalu terlambat dengan alasan ketiduran. Ada yang sering tidak masuk. Ada yang sering cabut. Ada yang selalu usil kepada teman bahkan ada yang tidur jam belajar karena semalaman menjaga rental komputer karena tidak ada biaya sekolah. Yang lebih pedihnya, ada yang minta izin pulang karena membantu orang tua untuk panen padi. Karena anak yatim tidak ada yang membantu orang tuanya ke sawah. Kalau musim kesawah datang dia sering Minta izin. Dengan alasan tidak ada yang membantu orang tua. Ibunya juga membenarkan sehingga tidak bisa kami melarangnya. Semua kami lalui dengan berbagi pendekatan. Menjenguk kerumah, memberikan bantuan bahkan memberikan toleransi untuk anak-anak tertentu supaya tetap bisa sekolah. Mereka diberi tugas tambahan, ujian susulan bahkan ada yang disuruh datang ke rumah guru untuk menyelesaikan tugas-tugasnya.

Yang lebih indahnya anak-anak yang datang ke madrasah ini bisa tamat mendapatkan ijazah tingkat SLTP dengan baik. Sehingga menjadi bekal bagi mereka ke jenjang berikutnya. Berbeda dengan anak-anakku di rumah. Pagi sudah masuk pesan ke wa group untuk tugas anak hari ini. Kalau sudah siap tinggal di foto di kirim ke ustad dan Ustadzah nya. Terserah jam berapa mau dikirim lagi yang penting menjelang jam 00 setiap hari nya.

Bercerita tentang madrasahku rasanya sesuatu yang membuat semangatku kembali hidup. Banyak suka dan dukanya. Saat musim panen datang beras dan buah-buahan pun membuat bapak dan ibu guru ikut menikmatinya. Anak-anak yang biasa bermasalah dan nakal jika bertemu di jalan atau pasar paling rajin menyapa. Meski ada juga yang tidak melanjutkan pendidikan. Wanita Ada yang menikah setelah tamat madrasah karena alasan ekonomi dan membantu orang tua. Karena adik banyak yang masih kecil-kecil. Bisa menikah karena umurnya sudah 20 tahun. Terlambat tamat karena sekolah pernah menganggur saat ada biaya sekolah lagi. Ada juga yang sekolah menumpang dengan teman yang sekolah di sekolah lain. Kalau temannya sudah pulang dia langsung cabut karena tidak ada tumpangan untuk pulang. Ada juga yang berjalan ke sekolah sekitar 5 km. Kalau ada tumpangan gratis bisa tepat waktu karena tidak ada uang untuk ongkos ojek, jika tidak selalu terlambat ke sekolah.

Siapa yang menjemput siswanya ke tempat dia menjaga rental pas UN? itu sekolah kami. Hari sudah menunjukkan pukul 07.15 pagi, ujian dilaksanakan pukul 07.30. Pengawas dari sekolah lain semua sudah datang. Teman-temannya semua juga sudah datang. Kami menemuinya masih tertidur. Dengan terburu -buru akhirnya dia bisa ikut ujian dengan meminta toleransi kepada pengawas meski tanpa perpanjangan waktu ujian. Untuk ujian esoknya kami terpaksa lebih pagi menjemputnya.

Kasus yang menantang bapak guru untuk berkelahi juga di madrasah kami. Bermula dari seorang anak bidan yang pindah dari sekolah lain. Anak tunggal tampang gagah, bawa motor rx king ke sekolah. Sering cabut dan menggangu teman. Salah seorang guru laki-laki sudah mengingatkan berkali-kali. Orang tua pun sudah sering dipanggil. Saking seringnya sang ibu pun mengakui sudah kewalahan menghadapinya. Bahkan Ibunya menjadi akrab dengan bapak dan ibu guru disekolah. Pada suatu hari karena kehabisan siasat sang bapak terpancing emosi beradu mulut dengan siswa. Karena takut sang anak lari menuju motor sang guru kemudian mendorong motor sampai jatuh. Sambil berkacak pinggang, dia menantang pak guru untuk berkelahi. Tentu saja semua menjadi panik, ada yang menahan bapak guru ada juga yang menenangkan sang anak. Dia hidupkan motornya dan langsung pulang. Pihak sekolah melayangkan surat kepada orang tuanya untuk datang bersama anaknya. Berhari -hari dia tidak datang akhirnya datang bersama sang ibu. Sebagai sangsi di skor dan diberi waktu untuk berfikir atau pindah. Setelah habis masa skornya dia kembali datang dan kami kembali membinanya tanpa dendam ataupun mengaitkan kepada nilainya.

Bahasa bersedekah nilai, menyelamatkan anak bangsa. Merupakan bahasa majelis guru untuk terus memperjuangkan siswanya untuk terus bisa dibina di madrasah Ini. Ada juga beberapa orang guru yang baru tamat yang bersifat idealis. Akhirnya menyesuaikan diri dengan kondisi. Semua anak tetap diberikan nilai sesuai kkm. Tapi diberi tambahan tugas.

Bagaimana mungkin kami mengeluarkan anak yang semenjak lahir tidak bertemu ayahnya. Diasuh oleh kakek dan neneknya. Ibunya tinggal ditempat lain bersama suaminya yang baru. Kurang perhatian kurang kasih sayang. Disekolah malas belajar karena pengaruh teman. Sering mengantuk jam belajar karena semenjak subuh sudah memasak, membersihkan rumah, dll. Pengakuannya dia tetap dimarahi bahkan jarang dikasih belanja. Selalu dimarahi dituduh pembawa sial. Menuding ayahnya tidak bertanggung jawab. Dengan berurai air mata dia bercerita dia boleh dimarahi, boleh dihina asal jangan menyalahkan ayahnya. Ayah yang tidak pernah dia lihat bahkan satu cita-cita terbesarnya adalah bertemu dengan ayahnya. Tapi sungguh dia anak yang berbakat dibidang seni. Meski dia mengaku malas belajar mata pelajaran tertentu. Dia memiliki suara yang bagus menyanyi islami maupun membaca Al qur'an.

Suatu ketika dengan wajah sedihnya dia juga bercerita tentang kakinya yang di pasang pen karena kecelakaan. Waktu untuk mengeluarkan pen sudah lewat batas. Sehingga kakinya sudah nyeri jika diinjakkan. Saat hari hujan dan ada petir rasa nyeripun mengalir didalam nadinya. Karena pen dari besi dan menjadi pengantar arus listrik yang baik. Sedangkan biaya tidak ada untuk mengeluarkan. Ketika ditanya pas pemasangan dulu bagaimana biayanya dia bercerita menggunakan bpjs. Kini bpjs sudah menunggak sehingga tidak bisa mengeluarkan. Karena sudah bernanah akhirnya dia menggunakan bpjs saudara sepupunya. Untuk perawatan pun kami dari sekolah berusaha untuk membantu nya.

Namanya Dara, anaknya cantik suaranya indah. Hobynya membaca novel/cerita. Terakhir saya pinjamkan novel Tere liye supaya menjadi inspirasi baginya untuk kuat menjalani kenyataan hidup. Dia juga hoby menulis/mengarang cerita. Pernah saya minta hasil karya tulisnya. Sempat saya baca sekilas ceritanya tentang seorang anak yang memiliki kemampuan supranatural. Agak sulit juga saya memahami, Mungkin juga terinspirasi dari novel yg dibaca sebelumnya atau film yang ditonton nya. Saya bilang bagus dan Memotifasinya utk berkarya bisa juga dimulai dengan menulis buku diary.

Alasan dia pindah akhir desember tahun 2019 yang lalu karena kakeknya mengaku tidak sanggup untuk membinanya. Dia dipindahkan ke sekolah swasta didaerah lain. Mengikuti saudara ibunya. Karena sudah akhir semester guru-guru disana tidak bisa memberikan nilai. Karena tidak ada nilai sebelumnya. Awal januari tahun 2020 dia datang lagi bersama kakeknya. Kami tidak bisa menerimanya karena sudah dikeluarkan dari simpatika juga sudah ada siswa baru yang mendaftar sehingga kelas 8 sudah berjumlah 32 orang. Sekarang saya tidak tau apakah dia menganggur atau sudah dipekerjakan oleh keluarganya untuk mencari nafkah.

Dara menjadi prioritas saya, karena malas belajar dan sering mengantuk saya pernah memanggilnya dan menanyakan permasalahannya. Dari situlah saya tau banyak tentang dia. Ayahnya orang banten menurutnya pergi meninggalkan Ibunya ketika dia masih dalam kandungan. kemudian dirawat oleh kakeknya Karena Ibunya menikah lagi.

Semenjak kecil, tuntutan pekerjaan yang banyak, semua yang dilakukan disalahkan. Menjawab pertanyaan kakek/ neneknya dituduh membangkang. Kena hukuman lidi ataupun sangsi tidak diberi belanja sudah biasa. Menonton tidak boleh, pergi ke rumah teman dilarang. Sang kakek mencari nafkah dengan menjadi sopir ojek. Yang membuatnya berurai air mata sambil bercerita adalah ketika dia di tuduh sebagai anak pembawa sial. Ayahnya tidak bertanggung jawab. Batinnya tidak bisa terima, jika ayahnya disalahkan. Dengan geram dia menyatakan dia boleh dihina. Tapi jangan ayahnya. Karena boleh jadi dia tidak terima karena Ibunya juga sudah Punya 2 suami Setelah ayahnya. Melihat ibunya yang kurang memperhatikannya. Yang menyentuh hati ketika dia menyanyikan lagu ayah, ketika pengembangan bakat, kami ikut terharu melihat air mata mengalir dipipinya.

Suka duka mengajar di madrasah tempatku mengajar menyadarkanku. Zaman semakin canggih. Anak didik membutuhkan seorang guru yang bisa dijadikan teladan, sebagai panutan nyata ditengah banyaknya hal negative ditengah masyarakat. Meskipun ilmu ada dimanapun, bisa dibaca dan kuasai, tapi sosok seorang guru penting bagi penanaman nilai-nilai akhlak dan karakter. Sesuai dengan nasehat Ki Hajar Dewantara prinsip dalam kehidupan adalah ing ngarso sung tulodo jika menjadi pemimpin harus mampu memberikan suri tauladan. Ing madyo mbangun karso yang berarti jika di tengah harus mampu menggugah semangat dan Tut Wuri Handayani yang berarti pendidik yang baik itu adalah yang bisa mempengaruhi dari belakang. Mengarahkan anak didik dari belakang jangan berusaha menarik dari depan yang bersifat memaksakan kehendak.

Guru merupakan ujung tombak Pendidikan, untuk melahirkan generasi penerus bangsa yang berkualitas. Perlu persiapan dan strategi supaya generasi kedepannya mampu mengikuti perkembangan zaman. Bukan hanya sebagai penonton atau cenderung konsumtif bahkan menjadi korban teknologi. Tapi menjadi generasi yang mampu memberikan kontribusi dan inofasi dalam peradaban manusia.

SUKA DUKA MENJADI GURU

Ismiati Irzain

Aku salah seorang guru PNS di sekolah swasta semenjak tahun 2005 sampai 2020. Awal juli 2020 aku baru dipindahkan ke sekolah negeri. Banyak sekali suka duka yang kulalui. Saat covid 19 melanda semenjak awal tahun 2020 Madrasah tempatku mengajar pun terkena dampaknya. Tanggal 26 dibulan maret tahun 2020 kami mulai lockdown. Dengan melalui instruksi pemerintah yang diperpanjang setiap bulannya membuat sistem Pendidikan jauh berubah. Terakhir lulusan SD karena korona bulan juli 2020 betul-betul jauh dari mendapatkan ilmu yang ideal. Sekarang mereka sudah duduk dikelas VIII tingkat SLTP/MTS. Saat menghadapi ujian dengan sistem abo mereka sama sekali tidak paham dengan prinsip-prinsip dalam membulatkan isian kertas abo yang disediakan. Mereka bertanya bagaimana membulatkan supaya sesuai nama dengan yang dibulatkan.

Sungguh ironis sekali mereka banyak ketinggalan keterampilan, meski solusi cerdas zaman sekarang bukan zamannya sistem abo. Tapi zamannya email, gmail dan yahoo. Untuk itulah saya tertarik untuk menulis menceritakan tentang madrasahku ditahun 2020.

Disini di daerah tempat saya mengajar terdapat beberapa kendala untuk belajar online. Salah satunya masalah ekonomi. Tidak semuanya memiliki hp android. Kalaupun ada tidak semuanya sanggup membeli paket data. Kalau dibandingkan dengan seluruh siswa yang sanggup online mungkin 1/10. Bukan ingin lari dari tanggung jawab, atau bisa santai saat Covid 19 melanda, bukan. Tapi situasi kondisi yang tidak memungkinkan. Bagi siswa yang memiliki fasilitas sudah saya kondisikan dalam wa group. Bagaimana cara melaporkan agenda harian jika saya tidak bisa berkomunikasi dengan semua siswa?

Jika dibandingkan dengan anak-anak di SD IT yang rata-rata ekonomi nya menengah keatas. Madrasah ku berbanding terbalik memiliki ekonomi menengah kebawah. Rata-rata anak broken home, hidup sederhana dan anak yatim. Kalaupun ada yang mampu secara ekonomi, itu adalah anak-anak yang pindah dari sekolah lain karena tidak sanggup membinanya lagi. Anak-anak yang dinaikkan ke kelas yang lebih tinggi dengan syarat harus pindah. Itulah madrasah tempat ku mengajar sebuah sekolah swasta yang terletak di pedalaman dengan kondisi anak beragam.

Tingkahnya mulai dari yang sangat sopan sampai yang luar biasa tingkahnya. Semua kami bina dan didik dengan penuh perhatian, karena jumlahnya memang hanya sekitar 80 orang. Satu lokal untuk setiap tingkat. Alhamdulillah lokal penuh yang diterima simpatika yaitu 32 orang. Karena kondisi juga masih ada yang mau Mendaftar terpaksa di tolak. Karena kekurangan lokal.

Jujur guru-gurunya juga super sabar dengan sedikit mengindahkan idealis. Karena kalau bersikap ideal mungkin sepertiga siswanya sudah harus dibinasakan. Alias disuruh pindah atau berhenti sekolah. Ada yang datang selalu terlambat dengan alasan ketiduran. Ada yang sering tidak masuk. Ada yang sering cabut. Ada yang selalu usil kepada teman bahkan ada yang tidur jam belajar karena semalaman menjaga rental komputer karena tidak ada biaya sekolah. Yang lebih pedihnya, ada yang minta izin pulang karena membantu orang tua untuk panen padi. Karena anak yatim tidak ada yang membantu orang tuanya ke sawah. Kalau musim kesawah datang dia sering Minta izin. Dengan alasan tidak ada yang membantu orang tua. Ibunya juga membenarkan sehingga tidak bisa kami melarangnya. Semua kami lalui dengan berbagi pendekatan. Menjenguk kerumah, memberikan bantuan bahkan memberikan toleransi untuk anak-anak tertentu supaya tetap bisa sekolah. Mereka diberi tugas tambahan, ujian susulan bahkan ada yang disuruh datang ke rumah guru untuk menyelesaikan tugas-tugasnya.

Yang lebih indahnya anak-anak yang datang ke madrasah ini bisa tamat mendapatkan ijazah tingkat SLTP dengan baik. Sehingga menjadi bekal bagi mereka ke jenjang berikutnya. Berbeda dengan anak-anakku di rumah. Pagi sudah masuk pesan ke wa group untuk tugas anak hari ini. Kalau sudah siap tinggal di foto di kirim ke ustad dan Ustadzah nya. Terserah jam berapa mau dikirim lagi yang penting menjelang jam 00 setiap hari nya.

Bercerita tentang madrasahku rasanya sesuatu yang membuat semangatku kembali hidup. Banyak suka dan dukanya. Saat musim panen datang beras dan buah-buahan pun membuat bapak dan ibu guru ikut menikmatinya. Anak-anak yang biasa bermasalah dan nakal jika bertemu di jalan atau pasar paling rajin menyapa. Meski ada juga yang tidak melanjutkan pendidikan. Wanita Ada yang menikah setelah tamat madrasah karena alasan ekonomi dan membantu orang tua. Karena adik banyak yang masih kecil-kecil. Bisa menikah karena umurnya sudah 20 tahun. Terlambat tamat karena sekolah pernah menganggur saat ada biaya sekolah lagi. Ada juga yang sekolah menumpang dengan teman yang sekolah di sekolah lain. Kalau temannya sudah pulang dia langsung cabut karena tidak ada tumpangan untuk pulang. Ada juga yang berjalan ke sekolah sekitar 5 km. Kalau ada tumpangan gratis bisa tepat waktu karena tidak ada uang untuk ongkos ojek, jika tidak selalu terlambat ke sekolah.

Siapa yang menjemput siswanya ke tempat dia menjaga rental pas UN? itu sekolah kami. Hari sudah menunjukkan pukul 07.15 pagi, ujian dilaksanakan pukul 07.30. Pengawas dari sekolah lain semua sudah datang. Teman-temannya semua juga sudah datang. Kami menemuinya masih tertidur. Dengan terburu -buru akhirnya dia bisa ikut ujian dengan meminta toleransi kepada pengawas meski tanpa perpanjangan waktu ujian. Untuk ujian esoknya kami terpaksa lebih pagi menjemputnya.

Kasus yang menantang bapak guru untuk berkelahi juga di madrasah kami. Bermula dari seorang anak bidan yang pindah dari sekolah lain. Anak tunggal tampang gagah, bawa motor rx king ke sekolah. Sering cabut dan menggangu teman. Salah seorang guru laki-laki sudah mengingatkan berkali-kali. Orang tua pun sudah sering dipanggil. Saking seringnya sang ibu pun mengakui sudah kewalahan menghadapinya. Bahkan Ibunya menjadi akrab dengan bapak dan ibu guru disekolah. Pada suatu hari karena kehabisan siasat sang bapak terpancing emosi beradu mulut dengan siswa. Karena takut sang anak lari menuju motor sang guru kemudian mendorong motor sampai jatuh. Sambil berkacak pinggang, dia menantang pak guru untuk berkelahi. Tentu saja semua menjadi panik, ada yang menahan bapak guru ada juga yang menenangkan sang anak. Dia hidupkan motornya dan langsung pulang. Pihak sekolah melayangkan surat kepada orang tuanya untuk datang bersama anaknya. Berhari -hari dia tidak datang akhirnya datang bersama sang ibu. Sebagai sangsi di skor dan diberi waktu untuk berfikir atau pindah. Setelah habis masa skornya dia kembali datang dan kami kembali membinanya tanpa dendam ataupun mengaitkan kepada nilainya.

Bahasa bersedekah nilai, menyelamatkan anak bangsa. Merupakan bahasa majelis guru untuk terus memperjuangkan siswanya untuk terus bisa dibina di madrasah Ini. Ada juga beberapa orang guru yang baru tamat yang bersifat idealis. Akhirnya menyesuaikan diri dengan kondisi. Semua anak tetap diberikan nilai sesuai kkm. Tapi diberi tambahan tugas.

Bagaimana mungkin kami mengeluarkan anak yang semenjak lahir tidak bertemu ayahnya. Diasuh oleh kakek dan neneknya. Ibunya tinggal ditempat lain bersama suaminya yang baru. Kurang perhatian kurang kasih sayang. Disekolah malas belajar karena pengaruh teman. Sering mengantuk jam belajar karena semenjak subuh sudah memasak, membersihkan rumah, dll. Pengakuannya dia tetap dimarahi bahkan jarang dikasih belanja. Selalu dimarahi dituduh pembawa sial. Menuding ayahnya tidak bertanggung jawab. Dengan berurai air mata dia bercerita dia boleh dimarahi, boleh dihina asal jangan menyalahkan ayahnya. Ayah yang tidak pernah dia lihat bahkan satu cita-cita terbesarnya adalah bertemu dengan ayahnya. Tapi sungguh dia anak yang berbakat dibidang seni. Meski dia mengaku malas belajar mata pelajaran tertentu. Dia memiliki suara yang bagus menyanyi islami maupun membaca Al qur'an.

Suatu ketika dengan wajah sedihnya dia juga bercerita tentang kakinya yang di pasang pen karena kecelakaan. Waktu untuk mengeluarkan pen sudah lewat batas. Sehingga kakinya sudah nyeri jika diinjakkan. Saat hari hujan dan ada petir rasa nyeripun mengalir didalam nadinya. Karena pen dari besi dan menjadi pengantar arus listrik yang baik. Sedangkan biaya tidak ada untuk mengeluarkan. Ketika ditanya pas pemasangan dulu bagaimana biayanya dia bercerita menggunakan bpjs. Kini bpjs sudah menunggak sehingga tidak bisa mengeluarkan. Karena sudah bernanah akhirnya dia menggunakan bpjs saudara sepupunya. Untuk perawatan pun kami dari sekolah berusaha untuk membantu nya.

Namanya Dara, anaknya cantik suaranya indah. Hobynya membaca novel/cerita. Terakhir saya pinjamkan novel Tere liye supaya menjadi inspirasi baginya untuk kuat menjalani kenyataan hidup. Dia juga hoby menulis/mengarang cerita. Pernah saya minta hasil karya tulisnya. Sempat saya baca sekilas ceritanya tentang seorang anak yang memiliki kemampuan supranatural. Agak sulit juga saya memahami, Mungkin juga terinspirasi dari novel yg dibaca sebelumnya atau film yang ditonton nya. Saya bilang bagus dan Memotifasinya utk berkarya bisa juga dimulai dengan menulis buku diary.

Alasan dia pindah akhir desember tahun 2019 yang lalu karena kakeknya mengaku tidak sanggup untuk membinanya. Dia dipindahkan ke sekolah swasta didaerah lain. Mengikuti saudara ibunya. Karena sudah akhir semester guru-guru disana tidak bisa memberikan nilai. Karena tidak ada nilai sebelumnya. Awal januari tahun 2020 dia datang lagi bersama kakeknya. Kami tidak bisa menerimanya karena sudah dikeluarkan dari simpatika juga sudah ada siswa baru yang mendaftar sehingga kelas 8 sudah berjumlah 32 orang. Sekarang saya tidak tau apakah dia menganggur atau sudah dipekerjakan oleh keluarganya untuk mencari nafkah.

Dara menjadi prioritas saya, karena malas belajar dan sering mengantuk saya pernah memanggilnya dan menanyakan permasalahannya. Dari situlah saya tau banyak tentang dia. Ayahnya orang banten menurutnya pergi meninggalkan Ibunya ketika dia masih dalam kandungan. kemudian dirawat oleh kakeknya Karena Ibunya menikah lagi.

Semenjak kecil, tuntutan pekerjaan yang banyak, semua yang dilakukan disalahkan. Menjawab pertanyaan kakek/ neneknya dituduh membangkang. Kena hukuman lidi ataupun sangsi tidak diberi belanja sudah biasa. Menonton tidak boleh, pergi ke rumah teman dilarang. Sang kakek mencari nafkah dengan menjadi sopir ojek. Yang membuatnya berurai air mata sambil bercerita adalah ketika dia di tuduh sebagai anak pembawa sial. Ayahnya tidak bertanggung jawab. Batinnya tidak bisa terima, jika ayahnya disalahkan. Dengan geram dia menyatakan dia boleh dihina. Tapi jangan ayahnya. Karena boleh jadi dia tidak terima karena Ibunya juga sudah Punya 2 suami Setelah ayahnya. Melihat ibunya yang kurang memperhatikannya. Yang menyentuh hati ketika dia menyanyikan lagu ayah, ketika pengembangan bakat, kami ikut terharu melihat air mata mengalir dipipinya.

Suka duka mengajar di madrasah tempatku mengajar menyadarkanku. Zaman semakin canggih. Anak didik membutuhkan seorang guru yang bisa dijadikan teladan, sebagai panutan nyata ditengah banyaknya hal negative ditengah masyarakat. Meskipun ilmu ada dimanapun, bisa dibaca dan kuasai, tapi sosok seorang guru penting bagi penanaman nilai-nilai akhlak dan karakter. Sesuai dengan nasehat Ki Hajar Dewantara prinsip dalam kehidupan adalah ing ngarso sung tulodo jika menjadi pemimpin harus mampu memberikan suri tauladan. Ing madyo mbangun karso yang berarti jika di tengah harus mampu menggugah semangat dan Tut Wuri Handayani yang berarti pendidik yang baik itu adalah yang bisa mempengaruhi dari belakang. Mengarahkan anak didik dari belakang jangan berusaha menarik dari depan yang bersifat memaksakan kehendak.

Guru merupakan ujung tombak Pendidikan, untuk melahirkan generasi penerus bangsa yang berkualitas. Perlu persiapan dan strategi supaya generasi kedepannya mampu mengikuti perkembangan zaman. Bukan hanya sebagai penonton atau cenderung konsumtif bahkan menjadi korban teknologi. Tapi menjadi generasi yang mampu memberikan kontribusi dan inofasi dalam peradaban manusia.

Ismiati Irzain, lahir di kabupaten Sijunjung 28 oktober 1979, sumatera barat. Sijunjung terkenal dengan julukan kota “lansek manih”. Berangkat dari hobi suka membaca, menulis buku diary dan mempelajari hal-hal yang baru. Wanita ini selalu bersemangat untuk terus belajar, termasuk dibidang menulis. Meski sudah berusia 41 tahun penulis juga terus berusaha mencoba dan berbenah untuk menjadi lebih baik dari sebelumnya.

Ismiati Irzain, lahir di kabupaten Sijunjung 28 oktober 1979, sumatera barat. Sijunjung terkenal dengan julukan kota “lansek manih”. Berangkat dari hobi suka membaca, menulis buku diary dan mempelajari hal-hal yang baru. Wanita ini selalu bersemangat untuk terus belajar, termasuk dibidang menulis. Meski sudah berusia 41 tahun penulis juga terus berusaha mencoba dan berbenah untuk menjadi lebih baik dari sebelumnya.

DISCLAIMER
Konten pada website ini merupakan konten yang di tulis oleh user. Tanggung jawab isi adalah sepenuhnya oleh user/penulis. Pihak pengelola web tidak memiliki tanggung jawab apapun atas hal hal yang dapat ditimbulkan dari penerbitan artikel di website ini, namun setiap orang bisa mengirimkan surat aduan yang akan ditindak lanjuti oleh pengelola sebaik mungkin. Pengelola website berhak untuk membatalkan penayangan artikel, penghapusan artikel hingga penonaktifan akun penulis bila terdapat konten yang tidak seharusnya ditayangkan di web ini.

Laporkan Penyalahgunaan

Komentar




search

New Post