Tagur 365-124

Pamitan

Beberapa hari sering bertemu, ngobrol, dan saling bercerita. Namun, ga tahu siapa namanya. Aneh, rumah juga dah saling tanya seakan dah akrab satu sama lain. Nama kok ya terlupa 😁😁😁

Hari ini mereka pamit kepadaku bersamaan hujan yang makin deras mengguyur semesta. Sebelum dia pamit, dia menyerahkan takjil jatah yang diberikan kepadanya untukku. Mungkin baginya aku lebih membutuhkan saat ini.

"Mbak, ini es dan gorengannya untuk Mbak saja," ucapnya sambil menaruh sepiring gorengan dan satu gelas plastik puding yang sudah ga dingin lagi.

"Makasih, Mbak," jawabku sembari menaruhnya di kursi.

Si ibu dan dua anak beserta satu cucu itupun menyalamiku ketika pamit. Kini sepi yang kurasakan setelah mereka pergi. Hening dan sunyi menyelimuti ruangan putih berpintu dua ini.

Aku pun menutup korden warna cokelat itu agar tak bisa memandang luar sana yang masih menyisakan gerimis.

Aku kembali mendengar suara murotal dari gawaiku. Sedikit tenang begitu alunan merdu terdengar, seolah aku tak sendirian.

Ketika otak sedang berpikir, buka hari ini mau makan apa, tiba-tiba layar gawai bergetar. Ada pesan masih lewat aplikasi hijau.

[Dik, mau dibawakan apa?] Tanyanya di aplikasi hijau.

[Untuk buka saja, Kak.] jawabku lewat aplikasi yang sama.

[Ok.]

Alhamdulillah, aku langsung berucap syukur. Ada di lingkungan orang-orang baik. Semoga Allah membalas kebaikan mereka dengan pahala yang berlipat.

Makasih menu buka dan saur hari ini Kakak 🥰