Isna Indriati

Isna Indriati, ingin terus belajar menulis agar bisa tinggalkan sedikit kenangan bagi yang tak mengenalnya....

Selengkapnya
Navigasi Web

Antara RIYA dan CERCA

Setelah media sosial diramaikan dengan nominal 80juta, bermacam reaksi muncul. Positif dan negatif saling serang antara beberapa gelintir orang yang pro dan kontra.

Bahkan saya sendiri tidak tahu berita yang sebenarnya. Bukankah seringkali bumbu dalam berita itu sengaja ditambahkan agar sedap dinikmati? Sementara yang menikmati hanya sekedar menilai dari rasa, bukan proses membuatnya bahkan dari pembelian bahan dan kebersihannya.

Berita yang berseliweran di medsos sering menjadi bumerang pengguna medsos sendiri. Bagaimana bisa? Mari kita lihat contoh kecilnya dalam kehidupan sehari-hari.

Si A mengunggah foto dan menuliskan status sedang berada di Panti Asuhan AB, berniat berbagi dengan anak yatim. Terlihat dalam foto yang diunggahnya beberapa kotak makan siang, beberapa kardus mie, beberapa karung beras. Si A bermaksud bersyukur kepada Tuhan bahwa nikmat berlebih yang dia dapatkan dia bagi dengan yang sedang kekurangan. Apakah semua pembaca akan memiliki respon yang sama? Respon positif? Belum tentu. Diantara pembaca yang membubuhkan "like" pada postingan tersebut bisa jadi menganggapnya "riya". Kenapa saya bisa menyatakan seperti itu? Beberapa sumber yang sebenarnya adalah kawan sejawat menjadi bahan tulisan ini, saat mereka setengah berbisik memberikan komentar negatof tentang unggahan teman yang kebetulan mirip kasus si A.

Pada akhirnya niat baik untuk berbagi dan mengajak kebaikan teman melalui medsos belum tentu mendapat tanggapan positif. Respon negatif berbanding lurus dengan respon positif.

Si B senang sekali mengunggah bermacam kegiatan bersama teman dan anak-anak di akun Fbnya. Hingga suatu hari si B memperlihatkan kegiatannya bersama kepala dinas dan walikota. Apa si B pamer? Belum tentu. Jika kita berpikir positif, si B menyemangati kita untuk ikut jejaknya berkegiatan positif tidak hanya di lingkungan kerja, keluarga, tetapi juga di masyarakat. Jalinan hubungan dengan para pejabat dan kedekatannya dengan banyak orang sebenarnya harus menjadi cermin bahwa semua orang punya kedudukan yang sama. Tinggal bagaimana kita bersikap dengan bermacam karakter mereka.

Niat mengajak kebaikan yang ditebar si B juga bisa menjadi racun iri dengki jika yang melihat selalu berpikir negatif. Omongan di belakang yang sering kali mencari celah keburukan dari si B ditambah dengan bumbu manis lainnya akan semakin membuat si pendengar yang tak tahu dan kenal si B sesungguhnya bahkan akan menilai buruk.

Kesimpulannya, sebaik-baik pembaca adalah mengkonfirmasi kebenaran berita. Jika memungkinkan menghubungi subjek secara langsung. Pembiasaan untuk selalu merespon positif juga harus dikembangkan mulai dari diri sendiri. Saat kita selalu mengedepankan pisitive thinking maka penyakit hati akan menjauh dari diri kita.

Selalu belajar bijak bermedsos.

DISCLAIMER
Konten pada website ini merupakan konten yang di tulis oleh user. Tanggung jawab isi adalah sepenuhnya oleh user/penulis. Pihak pengelola web tidak memiliki tanggung jawab apapun atas hal hal yang dapat ditimbulkan dari penerbitan artikel di website ini, namun setiap orang bisa mengirimkan surat aduan yang akan ditindak lanjuti oleh pengelola sebaik mungkin. Pengelola website berhak untuk membatalkan penayangan artikel, penghapusan artikel hingga penonaktifan akun penulis bila terdapat konten yang tidak seharusnya ditayangkan di web ini.

Laporkan Penyalahgunaan

Komentar

Yupz ...setuju bijak dlm bermedsos .....

08 Jan
Balas

Sukses selalu Bun

10 Jan



search

New Post