Isna Indriati

Isna Indriati, ingin terus belajar menulis agar bisa tinggalkan sedikit kenangan bagi yang tak mengenalnya....

Selengkapnya
Navigasi Web

GAMBYONG

Tantangan Menulis di Gurusiana hari ke 4

Cukup! Hentikan tarianmu. Tak berguna pula.

Kenapa kau selalu datang menggangguku? Biarkan aku menari hingga selesai. Hanya ini yang bisa menghibur hatiku di kala sedih.

Sedih? Tidak cukupkah kebahagiaan yang kamu peroleh sekarang ini? Pekerjaan tetap, gaji cukup untuk hidup, bahkan lebih. Kenyataannya kamu bisa hidup mewah, rumah megah, mobil bagus, perhiasan gemerlap, bahkan rekreasi ke berbagai daerah bonus studi banding atau kunjungan kerja. Senggigi, Bunaken, bahkan Raja Ampat.

Kamu tak mengerti, harta benda tak bisa menggantikan perasaanku. Uang yang banyak tak bisa membeli kebahagiaan. Jalan jalan malah membuatku tersiksa dengan kebohongan. Lihatlah mereka yang berjas rapi dan berdasi llu masuk ruangan berAC, apakah mereka benar-benar bekerja atau hanya pindah tidur? Tak tahukah kamu kalau mereka digaji untuk memajukan negeri? Aku tak tahan duduk dengan mereka yang tak bisa memahamiku. Apalah artinya 1 suara yang selalu kalah dengan berpuluh-puluh penentang lainnya.

Sudahlah, jangan berpura pura. Jangan mengkambinghitamkan orang lain. Sesungguhnya dalam kebohongan itulah letak kebahagiaan

Cukup…Pergilah… Beri kesempatan aku untuk menari yang terakhir kali, bila besok aku mati jiwaku tak kan penasaran mencari siapapun yang telah melarangku menari.

Plakk...

2

Di mana kau? Mengapa suasananya lain dari biasanya? Apakah aku masih di bumi?

Siapa kalian? Malaikat? Kalian mau mencabut nyawaku? Atau kalian sengaja menemputku untuk pengadilan terakhir?

Beri aku sedikit waktu untuk berbicara. Kalian boeh mencatatnya jika memang itu masih bisa berpengaruh pada timbangan amalku.

Aku ingat, terakhir kali aku sedang menari Gambyong. Ya, Gambyong.

Itu sebuah nama. Coba kalian tebak, itu nama apa? Memang aneh di telinga. Oiya, kalian pasti tahu. Tapi mereka banyak yang tidak tahu. Itu nama seorang perempuan. Dia seorang penari yang terkenal. Maka ketika kalian mendengar nama itu kalian akan berubah pikiran. Kalian akan membayangkan seperti apa wajahnya. Cantik? Pasti. Pintar? Tentunya. Perempuan ini terkenal bukan hanya karena kecantikannya, tetapi juga kepiawaiannya.

Kalian mau dengar kisahnya?

Gambyong menampilkan tariannya di jalanan. Tanah basah yang dingin, kering dan panas terik, Gambyong tak bosan mengolah idenya, menyajikan gerakan gemulai nan indah. Saat musim tanam dia rajin menuju sawah. Jalan setapak yang dapat dia lalui menjadi satu satunya tempat yang tepat untuk memulai aksinya.

Untuk apa dia bersusah payah turun ke tanah berlumpur kalau hanya sekedar menari?

Bukankah penari itu jaga gengsi?

Kalian harus tahu, Gambyong bukan perempuan lemah.

Dia memberi semangat petani. Dia menjadi sahabat petani. Dia menghibur para pejuang lumbung padi. Dia mengajak mereka tak putus harapan pada Dewi Sri. Ya, Dewi Padi yang akan memberikan berkah melalui bulir bulir emas di sawah. Dia yang memberi kekuatan petani agar terus bekerja agar hasil panen berlimpah.

Gambyong tak mengajak mereka berarak di jalanan lalu teriak seperti orang kesetanan dan meminta bantuan pupuk. Gambyong tak mendorong mereka untuk mogok lalu seenaknya ngorok di rumah dan membiarkan sawahnya dihuni oleh kodok. Kwung kwong…

Jujurlah. Kalian senang kan jika dihibur oleh penyanyi cantik dan energik? Apalagi saat tubuh kalian lelah? Sama dengan para petani itu. Bahkan sebelum mereka menuju sawah berlumpur, mereka sudah disuguhi tarian dari perempuan cantik nan gemulai. Rasakan, berempatilah. Semangatnya tentu semakin membara.

Konon, setelah beberapa lama tarian jalanan ini pun terdengar oleh Raja. Bagaimana rasanya rakyat biasa dapat kesempatan bertemu dengan raja?

Pikirkan dengan sederhana saja. Jika kalian berprestasi, lalu dipanggil kepala sekolah, atau kepala dinas, senang bukan? Bisa berjabat tangan lalu foto bersama, bahkan masuk berita di koran. Viral. Bukan sesuatu yang kamu harapkan tapi datang dengan sendirinya, itulah anugrah.

Aku sempat membayangkan jika suatu saat aku bisa punya prestasi lalu bertemu mas menteri, ya, menteri pendidikan yang masih muda dan energik, pasti semangatku akan kuperbarui. Ibarat lilin yang mati tertiup angin, maka akan kunyalakan kembali dian itu agar tak padam.

Gambyong pun tak kalah senangnya. Menari di istana adalah sebuah keberuntungan. Kesempatan yang sangat istimewa, apalagi menari di depan keluarga raja.

Kalian belum memaksaku pergi, bukan?

3

Gerakan Gambyong unik. Sangat berbeda jauh dari Tayub. Gerakannya memikat para penghuni istana. Kenapa raja dan keluarga mau menobatkannya menjadi tari istana? semua karena Gambyong mampu mengadaptasikan gerakan yang indah nan santun yang sesuai dengan kalangan yang menikmati tariannya.

“Ayo mendhak…lagi…sedikit lagi.” Nenek cerewet berambut putih selalu mulai bersuara nyaring ketika kami mulai lelah dan lupa pakem tarian. Dia salah satu guru tersayangku kala itu di sebuah sanggar di luar kabupatenku. Duduk di angkutan umum yang kadang harus berhenti agak lama karena harus menunggu penumpang. Terkadang aku terpaksa turun di pertigaan lalu berjalan sekitar 500 meter atau panggil becak. Tak enaknya jika hujan turun, terpaksa tukang becak menutup kami dengan plastik. Pandangan tak bisa leluasa melihat depan.

Betulkan ulat-ulat nya. Beliau selalu mengagetkanku. Bahkan sentilan di tanganku masih terasa hingga kini.

Apakah aku bisa bertemu nenek cerewet tapi baik hati itu? Apakah dia di sini? Semoga kebaikannya mengajarkanku menari menjadi pemberat timbangan amalnya. (diam, duduk dan berdoa)

“Berapa kalau nanggap kamu nari di pernikahan kakakku di Kediri? Seratus cukup? Malam sebelum hari H kita berangkat sama sama.”

Seratus ribu, kala itu senilai uang sakuku selama 3 sampai 4 bulan. Kalau kalian jadi aku, apa akan menolak? Bukankah kesempatan itu tak datang berkali kali?

Sekarang, kau berbeda. Uang kau dewakan. Bahkan dengan tarian, kau bisa jual mahal. Sewa kostum, make up, transportasi, konsumsi, dan tetek bengek lainnya kau sertakan agar orang bisa memberimu uang banyak. Padahal tempat acara tak jauh, padahal kamu masih bisa menginap di satu rumah bersama penari lainnya, cukup satu kamar. Tapi kamu memilih satu kamar untuk satu penari.

“Ini cek seratus juta. Buat dia mabok lalu ambil datanya. Setelah itu kamu boleh pergi.”

Begitu katamu. Serendah itukah kau perlakukan aku? Aku perempuan baik baik yang menari untuk kebahagiaan batinku. Aku bukan alat untuk usaha korupsimu. Aku ini manusia. Aku ini punya hati. Aku ini merdeka.

Hei..kalian para penari. Penari tradisional, penari modern, penari pena, bahkan penari yang lainnya entah tarian apa yang kamu mainkan, kamu sandiwarakan. Jangan peralat tarian sebagai topeng kejahatanmu. Jangan peralat kami penari sebagai jalan kebohonganmu.

Seratus ribu, bahkan seratus rupiah itu tak sedikit, untuk yang menghargai nilai. Tetapi, Seratus juta itu kecil, sedikit, tak berarti bagimu, yang tak punya hati. Seratus juta itu hanya coretan sedikit penamu untuk menarik lembaran sebagian dari depositomu. Seperti seratus juta yang ini, Pelicin janji, upeti, Demi penghargaan dan penghormatan yang tak abadi

Raib lembar rupiah pasti terganti, Luka gratifikasi tak kan terobati, Lebih hati dan harga diri yang tergadai.

Pergilah...kalian tak bisa merayuku lagi. Alam kita sudah berbeda.

Kalian benar kan, malaikat yang menjemputku? Kalau boleh meminta, ijinkan aku menari untuk yang terakhir kali. Bukankah dengan menari ini aku menghargai leluhurku?

DISCLAIMER
Konten pada website ini merupakan konten yang di tulis oleh user. Tanggung jawab isi adalah sepenuhnya oleh user/penulis. Pihak pengelola web tidak memiliki tanggung jawab apapun atas hal hal yang dapat ditimbulkan dari penerbitan artikel di website ini, namun setiap orang bisa mengirimkan surat aduan yang akan ditindak lanjuti oleh pengelola sebaik mungkin. Pengelola website berhak untuk membatalkan penayangan artikel, penghapusan artikel hingga penonaktifan akun penulis bila terdapat konten yang tidak seharusnya ditayangkan di web ini.

Laporkan Penyalahgunaan

Komentar




search

New Post