Isna Indriati

Isna Indriati, ingin terus belajar menulis agar bisa tinggalkan sedikit kenangan bagi yang tak mengenalnya....

Selengkapnya
Navigasi Web

HUJAN dan BANJIR

Tantangan gurusiana hari ke-3

Sedari sebelum subuh, rintik hujan yang jatuh ke genteng mengusik tidur semua orang. Mereka yang tinggal di rumah dengan atap seng atau asbes, bahkan genteng, tanpa adanya plafon suara air jatuh itu terdengar lebih jelas. Beberapa yang sudah tak bisa tidur tentu langsung bangun dan bersiap ke masjid. Ada pula yang segera bergegas ke dapur untuk mempersiapkan sarapan. Beragam macam manusia dengan aktivitas dan profesi mereka memiliki tanggung jawab dengan jadwal masing-masing. Akan tetapi, perbedaan itu akan terliht sama saat mereka semua memiliki anak yag sudah sekolah. Hampir semua sekolah memiliki jadwal yang hampir sama, masuk sekitar pukul 6 hingga 7. Ini menuntut orang tua yang ada di rumah mengawasi anak-anak untuk segera bersiap diri. Minimal orang tua, khususnya ibu, akan menyiapkan sarapan pagi. Bila tidak berupa nasi, roti dengan secangkir teh atau kopi pun jadi. Yang tak suka makanan jenis ini, rebusan pala kependem, kata orang Jawa untuk jenis umbi-umbian, pun menjadi pilihan. Kesibukan yang sudah membudaya dari ujung pedesaan hingga tengah kota.

Beberapa hari lalu, sebuah media mengabarkan bahwa BMKG memperingatkan kita agar selalu waspada. Hujan lebat bakal mengguyur seluruh wilayah Indonesia hingga bulan Maret. Pancaroba. Perubahan musim yang tidak bisa diperkirakan sebelumnya. Namun dengan informasi yang diberikan oleh BMKG ini, kita semua warga Indonesia, dapat bersiap diri untuk segala kemungkinan terburuk. Banjir, angin ribut, longsor, atau bahkan gempa dan banjir rob adalah beberapa contoh bencana musiman di wilayah tropis. Gagal panen karena sawah banjir, hilangnya ternak karena terbawa arus, bahkan rusaknya harta benda yang sangat disayangi karena terendam air lumpur menjadi kabar tahunan. Seperti berita beberapa bulan lalu banyak mobil mewah dengan harga fantastis tak mampu menahan derasnya arus, sehingga pasrah dan hanyut terbawa arus. Kemungkinan terburuk seperti ini sudah menjadi perhatian berbagai pihak dengan bermacam tindakan perbaikan lingkungan dan pemukiman.

Akan tetapi, apakah dengan perbaikan drainase, dengan penanaman pohon bisa menanggulangi bencana seperti ini? Upaya yang dilakukan hanya dalam waktu beberapa bulan atau satu tahun belum tentu dapat mengakomodasi masalah besar akibat curah hujan tinggi. Faktanya, untuk tumbuh besar dan mampu menyerap air hujan di dalam tanah, sebuah pohon memerlukan beberapa tahun untuk tumbuh dan memiliki akar banyak dan kuat sehingga kemampuan menyerap air pun tinggi. Jumlah pohon pun menentukan kuantitas air yang biasa meluap memenuhi pemukiman.

Bencana yang rutin menimpa warga memiliki dampak positif yaitu kesadaran warga semakin meningkat. Buktinya, beberapa instansi sudah menggalakkan program penghijauan dengan melibatkan siswa dari berbagai tingkatan sekolah dan warga sekitar. Memulai sedini mungkin upaya pencegahan bencana pun menjadi pembelajaran bagi anak-anak calon generasi penerus bangsa. Pemahaman yang ditanmkan sejak dini diharapkan dapat terlihat dampak besarnya beberapa tahun kemudian. Artinya, seluruh warga yang biasa terkena dampak banjir diharapkan selalu bersabar untuk sekarang ini. Harapan terbesarnya, kehidupan anak cucu di masa yang akan datang akan lebih baik dimana bumi telah kembali hijau. Semoga.

DISCLAIMER
Konten pada website ini merupakan konten yang di tulis oleh user. Tanggung jawab isi adalah sepenuhnya oleh user/penulis. Pihak pengelola web tidak memiliki tanggung jawab apapun atas hal hal yang dapat ditimbulkan dari penerbitan artikel di website ini, namun setiap orang bisa mengirimkan surat aduan yang akan ditindak lanjuti oleh pengelola sebaik mungkin. Pengelola website berhak untuk membatalkan penayangan artikel, penghapusan artikel hingga penonaktifan akun penulis bila terdapat konten yang tidak seharusnya ditayangkan di web ini.

Laporkan Penyalahgunaan

Komentar




search

New Post