Isna Indriati

Isna Indriati, ingin terus belajar menulis agar bisa tinggalkan sedikit kenangan bagi yang tak mengenalnya....

Selengkapnya
Navigasi Web

IKHLAS ITU HARUS DIPAKSA

Tantangan Menulis Gurusiana Hari ke 4

A: "Biaya kegiatan sudah habis."

D: "Alhamdulillah semua lomba sudah terlaksana. Cukup kan untuk hadiah?"

A: "Ya, press."

D: "Sebenarnya kalo masih ada belikan snack yang bisa dimakan bareng. Beng beng atau wafer gitu."

A: "Habis sudah uangnya."

D: "Ya sudah, nanti kubelikan."

A: "Yo ga bisa. Masa keluar uang sendiri."

D: "Gampang. Inshaallah bila tunjangan keluar kan terganti. Malah lebih dari cukup."

A: "Ya wis lah. Terserah."

Percakapan seperti ini sering terjadi di banyak tempat dan berbeda suasana. Yang berbicara pun tentunya memiliki perbedaan karakter. Namun, dari isinya dapat kita lihat bahwa ada beberapa orang yang kepeduliannya terbatas untuk hal-hal tertentu yang disuka dan memberi timbal balik ke dirinya di kemudian hari.

Bu Ani senang mengelola arisan dasa wisma di kompleknya. Ibarat grup Wa, peran Bu Ani di sini adalah sebagai admin. Beliau yang aktif mengingatkan tanggal arisan, kegiatan untuk mengisi arisan, juga doorprise yang bisa dibagikan ke semua yang hadir. Bu Ani memang tak terkalahkan untuk urusan seperti itu. Bila ada tetangga yang tertimpa musibah, beliau rela keliling blok untuk meminta sumbangan, kemudian lapor pak RT bahwa ibu-ibu di komplek bersedia memberikan bantuan sukarela. Namun, tatkala ada kegiatan perayaan Maulid Nabi di masjid di kampung, dekat dengan komplek perumahan itu, Bu Ani menolak untuk di dapuk di bagian sekretariat. Alasan tak bisa mengetik dan semacamnya beliau kemukakan agar bisa dialihkan ke ibu lainnya. Di akhir rapat diputuskan Bu Ani membantu dalam persiapan konsumsi. Betapa mengagetkan saat beliau menolak kembali saat alokasi dana untuk konsumsi di bawah standar yang biasa beliau gunakan saat arisan.

Bu Mahda, penasehat sekaligus pengurus yasinan, yang merupakan tetua di masjid perumahan merupakan orang yang bijaksana. "Siapa yang mau bantu, silakan ke rumah saya. Nanti saya jelaskan cara kerjanya." Mbak Sri yang memang langganan menyiapkan makanan di masjid setiap buka puasa pun segera berdiri menyusul Bu Mahda yang tertatih berjalan ke dapur. Kebetulan hari itu rembugan acara Maulid diadakan di rumah beliau. "Mbak, ini sudah ada beras sekarung, isinya mungkin sekitar delapan belas kilo. Gula dan agar-agar di kotak itu kukira cukup. Besok jadwal anakku, Linda mengantar stok telur, bisa untuk bahan buat bolu kan? Jangan lupa, catat anggota yang memberi sumbangan kue. Setidaknya sudah mengurangi biaya belanja kita. Gas nanti beli di toko Mama Mira, nanti akan dibantu."

Mbak Sri mencatat kebutuhan untuk menyiapkan konsumsi dua ratus undangan dengan menu soto ayam, ditambah puding dan sarang semut. Kekurangan bahan adalah beras dua kilo 30.000, ayam limabelas kilo 570.000, bawang merah dan bawang putih masing-masing satu kilo165.000, empon-empon 10.000, minyak goreng 60.000, kerupuk 68.000 dan gas 85.000. Total keperluan belanja adalah 988.000. Seperti biasa, biaya gas itu akan nihil karena Mama Mira lebih suka menyumbang barang, bukan tenaga, sejak anak gadisnya kuliah ke Jogja. Bila Bu Ani meminta dana limabelas ribu per porsi belum termsuk kue, berapa banyak biaya yang akan dikeluarkan hanya untuk konsumsi? Bukankah esensi kegiatan peringatan Maulid adalah mengenang kelahiran nabi. Hikmahnya, kita bisa meneladani akhlak Rasulullah, yaitu shiddiq, amanah, tabligh, dan fathonah.

Lalu, apa kesimpulannya?

Setiap individu memiliki keunikan masing-masing. Perbedaan itulah yang membuat dunia berwarna. Bahkan dalam hal kepedulian dan keikhlasan. Apapun alasannya, untuk memulai kedua hal tersebut pemaksaan diri kadang sangat diperlukan. Terlebih jika tujuannya positif. Bu Nia memang tidak memaksakan dirinya untuk mengelola dasa wisma, namun suatu waktu dia perlu dipaksa secara halus untuk membantu kegiatan peringatan hari besar Islam di masjid. Sebuah kebiasaan baik tidak selalu dimulai dari kesadaran diri. Pemicu dari luar pun diperlukan. Tatkala sesorang sudah terbiasa dipaksa untuk melakukan kebaikan, lalu didukung oleh yang lain, maka ketika orang tersebut melewatkan satu kegiatan baik dimana dia tak dilibatkan maka akan terasa dampaknya.

Satu hal terpenting yang patut diingat dalam konteks ini adalah pemaksaan itu rasional. Adanya paparan terbuka bahwa 1) ikhlas itu baik, 2) ikhlas itu sulit, 3) ikhlas itu perlu latihan, 4) ikhlas itu amalan, 5) ikhlas itu akan dikembalikan, akan membantu seseorang memahami dengan baik setiap perbuatan yang telah dan akan dilakukan.

Selamat memaksa diri

DISCLAIMER
Konten pada website ini merupakan konten yang di tulis oleh user. Tanggung jawab isi adalah sepenuhnya oleh user/penulis. Pihak pengelola web tidak memiliki tanggung jawab apapun atas hal hal yang dapat ditimbulkan dari penerbitan artikel di website ini, namun setiap orang bisa mengirimkan surat aduan yang akan ditindak lanjuti oleh pengelola sebaik mungkin. Pengelola website berhak untuk membatalkan penayangan artikel, penghapusan artikel hingga penonaktifan akun penulis bila terdapat konten yang tidak seharusnya ditayangkan di web ini.

Laporkan Penyalahgunaan

Komentar




search

New Post