Syukuran menjadi salah satu istilah populer untuk merayakan sesuatu bersama orang lain. Kelahiran, dapat promosi, lulus ujian, menang lomba, maulid nabi, tahun baru, hari kemerdekaan hanya beberapa dari sekian banyak macam syukuran. Semua bertujuan untuk berbagi kebahagiaan. Bahkan saat berduka pun, ada yang senang mengundang saudara dan teman untuk datang membersamainya melalui ujian dengan lapang dada.

Syukuran memiliki pebedaan istilah di beberapa daerah. Selametan, kenduri, bancakan, brokohan, megengan, dan ada beberapa nama acara adat yang maknanya "bersyukur". Perbedaan istilah ini tak mengurangi esensi dari diselenggarakannya acara. Beberapa pendapat lebih mengedepankan niatnya daripada nama dan bentuknya. Memang lebih baik syukuran dilakukan tidak hanya bersama keluarga, teman dekat atau tetangga, tetapi juga orang/anak yang kurang beruntung.

Suatu hajat tercapai, atau nadzar yang tak boleh lupa, syukuran sering mnjadi respon spontan untuk berterimakasih meski hanya dengan minum kopi. Dengan segelas teh hangat dan sesisir roti pun jadi. Kehangatan berkumpul dan berbagi cerita inilah ruh sebenarnya. Energi positif yang saling ditularkan antar teman ini lah yang harus menjadi alasan dasar mengadakan syukuran.

Tentang waktu, tata cara, dan makanan kadang di suatu daerah memiliki tradisi tertentu yang berbeda dengan daerah lain. Umumnya, syukuran memgambil jam makan siang agar yang diundang bisa hadir. Jam makan malam pun bisa menjadi pilihan. Saat sarapan juga bisa terjadi, terutama saat syukuran mendirikan rumah atau tanam padi. Tata caranya ada yang sangat sederhana, kumpul lalu doa bersama dipimpin tetua kampung atau ulama yang diundang, baru membagi tumpeng yang disiapkan. Ada pula yang mengikuti rangkaian sambutan trlebih dahulu. Beberapa daerah mungkin tak lagi membuat tumpeng besar karena sudah dibagi langsung oleh tuan rumah. Ini juga dikarenakan para undangan akan bingung membagi sesuai junlah orang yang hadir. Ada pula tuan rumah yang senfaja menyiapkan hidangan khusus untuk dinikmati saat ramah tamah setelah doa bersama. Namun ada pula yang cukup menyiapkan makanan hanya untuk dibagi oleh para undangan sendiri.

Meski tumpeng kadang dilupakan, namun banyak warga yang selalu membuatnya dalam ukuran mini. Cukup menjadi simbol, namun dengan menikmatinya bersama keluarga mereka berharap syukur mereka selalu meningkat. Yang masih dan lebih trend saat ini adalah syukuran liwetan. Nasi dihidangkan di atas dan pisang yang masih utuh panjang siap bersama lauk dan sayurnya. Semua tergantung selera yang punya hajat, mengingat semua juga dipengaruhi oleh keaiapan dalam hal "budget".

Saya akan memilih yang sederhana. Bagaimana dengan Anda?