Isna Indriati

Isna Indriati, ingin terus belajar menulis agar bisa tinggalkan sedikit kenangan bagi yang tak mengenalnya....

Selengkapnya
Navigasi Web

TRAGEDI CAT

Tantangan Menulis di Gurusiana Hari ke 3

"Bu, bisa tolong kami gantungkan ban ini? Kami mau cat ulang sisi sebelahnya." Seorang siswa, Rima dari kelas 7.1, meminta bantuan guru prakaryanya, Bu Lia, untuk menggantungkan ban mobil bekas untuk di cat. Bukan karena mereka tidak kuat mengangkat ban, tetapi Rima dan temannya perlu bantuan seseorang untuk memasukkan kawat pada lobang ban yang sengaja sudah dibuat untuk merajut tali. Ban bekas itu rencananya akan disulap menjadi tempat duduk. Salah satu program sekolah yang melibatkan guru dan siswa untuk kreatif. Hasil kreativitas ini kelak menjadikan lingkungan sekolah nyaman. Setidaknya dengan melihat hasil karya mereka sendiri mereka belajar menghargai jerih payah usaha mereka dengan menjaganya dengan baik.

"Kalian mau tanggung jawab bila baju seragam ibu kena cat? Kalian sanggup mengganti seharga baju ibu ini?" Tak disangka, jawaban yang diberikan gurunya membuat mulut mereka terkatup rapat. Setelah Bu Lia meninggalkan mereka dan membiarkan mereka melanjutkan karya mereka, akhirnya mereka memutuskan untuk mendirikan ban.

"Kita cat sebagian dulu. Bila sudah kering baru kita lanjut sisi yang lain," Rima berucap tegas memberi instruksi. Dia salah satu anggota kelompok yang hanya terdiri dari tiga perempuan, kecil lagi badannya. Maka, untuk hal angkat ban mobil, pastilah dia akan meminta bantuan. Kedua temannya mengangguk dan melanjutkan menyiapkan cat untuk motif ban yang sudah direncanakan.

Tak ada keluhan, yang berlalu biarlah berlalu. Ketiga perempuan itu dengan tekun berusaha menyelesaikan tugasnya. Teman teman dari kelompok lain juga sama, mereka berusaha merampungkan sebelum azan duhur tiba Tandanya waktu mereka habis dan saat istirahat tiba. Finishing akan dilanjutkan esok hari sepulang sekolah. Hingga adzan tiba, si ibu guru tak kunjung menampakkan batang hidungnya untuk mengecek pekerjaan siswanya. Rima dan teman kelompoknya merapikan bahan cat dan menutupnya rapat. Hanya satu botol thinner yang sudah terbuka dan berkurang separoh isinya yang tak bisa dia tutup. Bukankah kebanyakan kaleng thinner memiliki satu lingkaran kecil yang tertutup dari bahan karet? Ya, bagian itulah yang Rima bingungkan cara menutupnya. Alih alih menutup lobang bekas tusukan gunting, teman Rima, Tita, langsung mengangkat cat dan thinner lalu meletakkan di dalam lingkaran mobil. "Ini yang aman. Gitu aja kok repot. Hahahaha..." Ucap Tita sembari tertawa senang.

Prookk..prookkk...

"Ayooo yang laki laki segera ambil wudu." Suara Pak Sir terdengar nyaring mengingatkan karena masih ada beberapa teman Rima yang masih berkutat di ban mereka. Padahal, siswa laki laki harus bergegas. Mereka sholat dhuhur pada kloter pertama. Sementara siswa perempuan masih punya sedikit waktu.

"Lho, kalian masih di sini?" bu Lia tiba tiba muncul di belakang Amel, teman Rima dari kelompok lain. "Jam pelajaran ibu sudah habis ya. Saya ga tanggung jawab bila ada guru lain yang marah. Jangan bikin alasan karena ibu lah.." Bu Lia menekankan suaranya. Judesnya semakin terlihat jelas. Amel dan temannya yang absen salat karena datang bulan pun mengiyakan, sambil menunjukkan pin haid dari UKS yang dipasang di krudung mereka.

Pada jam terakhir, Bu Lia mengajak siswa kelas 7.5 melanjutkan kegiatan mengecat. Kegiatan yang sama dengan kelas 7 lainnya. Seperti biasa, Bu Lia hanya mendampingi sesekali. Entah kemana hilangnya , tiba tiba beliau tak bersama siswa lagi.

"Nia, Bu Lia kemana ya? Aku perlu cat lagi nih. Boleh ijin keluar sekolah ga ya, mau beli tambahan. Tanggung nih kalau berhenti. Pas cuaca panas lagi, kan cepat kering," Luthfia terlihat semangat meski ada kekawatiran. "Aku ijin guru piket aja ya. Kamu lanjutkan pola yang ada."

"Fi, kita minta teman lain aja. Kita beli pulang sekolah nanti ja. Nanti kalo Bu Lia tahu, ngomel lagi. Yang lain kena semprot lagi." Nia menyarankan. Luthfia pun menyetujui.

"AKHHHHH....YA AMPUUUNNNN...Siapa yang taruh cat sembarangan ini? Kelompok siapa ini? Lihat rok ibu kena cat. Hayoo bilang cat siapa ini..!!!" Tiba tiba Bu Lia datang dan teriak histeris. Semua siswa kelas 7.5 yang sedang konsentrasi mewarnai ban seketika terdiam dengan mata terbelalak. Tak ada yang berani buka suara. "Ayo bilang, kelompok siapa ini?"

"Bukan kelas kami, Bu. itu cat dasarnya krem, kami kan putih." Luthfia akhirnya mencoba membela. yang lain masih terdiam. Beberapa mengangguk. "Itu bukan barisan kami, Bu. Ini batas kelas kami." Luthfia kemudan bergeser sambil menunjukkan plester hitam yang sengaja dibuat untuk membatasi tempat. Bu Lia juga yang meminta, katanya agar bertanggung jawab dengan kebersihan wilayah masing masing. Muka cemberut dan sorot wajah marah pun nampak di wajah Bu Lia.

"Berarti ini kelas 7.1? Panggil ketua kelasnya." Perintahnya lantang. Nino, ketua kelas 7.5 pun segera berlari. Yang lain belum beranjak dari keterkejutannya. Beberapa mengulurkan thinner kepada Bu Lia, tapi dia menolaknya.

"Kamu lagi. Rima kan? Jadi ini catmu? Ceroboh sekali kamu." Bu Lia memberondong Rima dengan banyak pertanyaan, tepatnya tuduhan. "Kamu ketua kelasnya? Bagaimana kelasnya baik jika ketuanya aja ceroboh."

"Maaf, Bu. Zaki, ketua kelas kami ga masuk, sakit. Bu Mita yang di kelas tadi menyuruh salah satu dari kami kesini."

"Yang pasti ini tanggung jawabmu. Baju ibu kena cat. Ibu mau minta ganti, sanggup?"

"Maaf, Bu. Tapi kelompok kami sudah menutup cat dengan rapat. Kami simpan di dalam ban sini." Rima berjalan menuju ban kelompoknya dan menunjukkan bagaimana ide cemerlang Tita. "Ibu cek sendiri, ini ada tulisan kelompok kami. Ini semua catnya tertutup rapat. Hanya thinnernya saja yang terbuka." Bu Lia melongokkan kepalanya memeriksa saat Luthfia membantu Rima memiringkan ban untuk memperlihatkan dimana kaleng catnya bersembunyi. Bu Lia masih terdiam. "Ini, Bu. Pakai thinner dulu untuk membersihkannya. Kan ibu bilang bisa untuk membersihkan, baunya juga tidak menyengat seperti bensin. Tanpa menunggu persetujuannya, Rima langsung mendekat dan menuangkan thinner di rok Bu Lia yang terkena cat. Nino mengangkat ban bekas yang bersih yang belum dicat untuk duduk Bu Lia. Habis thinner yang dimiliki kelompok Rima, Luthfia sudah menyodorkan tambahan dari kelompoknya. Luthfia memberi kode teman sekelasnya untuk melanjutkan kreasi mereka.

DISCLAIMER
Konten pada website ini merupakan konten yang di tulis oleh user. Tanggung jawab isi adalah sepenuhnya oleh user/penulis. Pihak pengelola web tidak memiliki tanggung jawab apapun atas hal hal yang dapat ditimbulkan dari penerbitan artikel di website ini, namun setiap orang bisa mengirimkan surat aduan yang akan ditindak lanjuti oleh pengelola sebaik mungkin. Pengelola website berhak untuk membatalkan penayangan artikel, penghapusan artikel hingga penonaktifan akun penulis bila terdapat konten yang tidak seharusnya ditayangkan di web ini.

Laporkan Penyalahgunaan

Komentar




search

New Post