isnan adi

Saya bekerja sebagai pengajar di SMA Negeri 1 Bukateja, Purbalingga, Jawa Tengah. Selain bermusik, kegiatan yang saya sukai adalah membaca dan menulis....

Selengkapnya
Navigasi Web
Culik

Culik

Culik

Desa Pucung tampak senyap malam ini, hanya suara codhot dan jangkrik yang mengerik silih berganti tak kenal harmoni. Kadang juga diselingi suara dedaunan yang serempak tersapu angin malam. Pos ronda pun sepi, tak ada pemuda desa berkumpul menjaga malam. Mungkin mereka kecapean, seharian tadi mengurus acara pemilihan kepala desa.

Agak merinding ketika Kang Slamet melewati daerah Rawa Tomo. Bulu kuduknya begidik, dia pun mempercepat langkahnya. Malam ini benar-benar sepi tidak seperti biasanya. Setelah melewati beberapa rawa, akhirnya Kang Slamet sampai di rumahnya tepat pukul 12 malam.

Kang Slamet adalah ketua RT desa Pucung. Sehabis Isya tadi dia pergi untuk menghadiri rapat di balai desa. Tak lama setelah Kang Slamet masuk rumah, tiba-tiba ada seseorang mengetuk pintu rumahnya.

“Kang Slamet..Assalamualaikum..Kang buka pintunya Kang!!!”

Walaikumsalam...siapa ya?”

“Ini Samin Kang..cepat buka pintunya Kang!”

“Samin siapa?”

“Samin Kang, yang rumahnya belakang kuburan, cepat buka pintunya Kang!!!” sambil terus mengetuk pintu.

“Oh..Iya tunggu sebentar, Min..” jawab Kang slamet sambil berjalan mendekat ke pintu.

Kang Slamet membuka pintu. Belum bicara sempat bicara apapun, Samin sudah nyelonong masuk ke dalam rumah dengan raut muka yang ketakutan.

“ Kamu ini kenapa Min seperti habis melihat setan?”

“I-i-iya Kang aku habis melihat culik.”

“Culik apa, Min??”

“Culik itu Kang yang nyulik orang”

“Bagaimana kamu tahu itu culik?”

“Pasti culik Kang, mereka membawa karung dan gaman.

“Ah Ngawur,,maling mungkin, kamu melihatnya di mana Min?”

“ Dekat pintu masuk kuburan Kang. Tadi Aku mau pulang sehabis ngopi di warung Yu Sarti, Aku langsung lari saja Kang ketika melihat mereka. Waktu lari tadi, kebetulan Aku melihat lampu rumah Kang Slamet masih menyala. Aku langsung saja ke sini Kang, soalnya di luar sepi banget.”

“Bukan culik. mungkin maling Min, akhir-akhir ini memang sedang banyak maling, Rumah pak Ahmad kemarin sore kemalingan, pitik sama entog hilang di bawa maling.”

“Bukan Kang, Aku yakin mereka culik.”

Keesokan harinya, berita tentang culik menyebar kemana-mana sampai ke desa sebelah. Kang Slamet sampai bingung sendiri karena banyak warga yang menanyakan kebenaran berita itu kepadanya. Sebenarnya dia meragukan kebenaran cerita Samin tentang culik di desanya. Kang Slamet pun selalu menyarankan warga untuk berhati-hati dan tidak mudah percaya begitu saja dengan kabar itu, karena sampai saat ini belum ada yang menjadi korban penculikan. Mesikupun demikian masih saja ada warga yang percaya kabar itu.

Kelurahan Winangun baru saja melakukan pemilihan lurah. Ada dua calon yang maju pada pemilihan tersebut. Pak Joyo dari Desa Suko sari dan Pak Marno dari desa Pucung. Lurah terpilih adalah Pak Marno yang memperoleh hampir 70% suara. Sebelumnya, Pak Joyo sudah menjadi lurah selama dua periode. Kemenangan Pak Marno pun disambut meriah oleh warga desa Pucung. Warga gembira karena baru kali ini lurah terpilih berasal dari desa mereka.

Satu minggu berselang dari kejadian Samin yang katanya melihat culik di dekat kuburan, ada kabar yang menggegerkan warga. Samin hilang, sudah tiga hari tidak kelihatan batang hidungnya. Mendengar kabar itu, Kang slamet mencari informasi ke rumah Yu Kamsiah yang rumahnya berdekatan dengan rumah Samin. Samin memang hidup sebatang kara. Kedua orang tuanya meninggal dunia dua tahun yang lalu.

“Yu..Apa benar Si Samin hilang?” tanya Kang Slamet kepada Yu Kamsiah,

“Sepertinya iya Kang, terahir kali Aku melihat dia sedang mencari kayu bakar Kang. Biasanya dia setiap hari ke sini untuk menjual kayu bakar.”

“Tidak ada pesan apapun dari Samin?”

“Tidak Kang, apa mungkin Samin di culik ?!”

“Jangan berpikir yang tidak-tidak Yu, lagian untuk apa menculik Si Samin, tidak ada untungnya.”

“Iya juga sih Kang, Samin kan bukan anak orang kaya. Untuk makan sehari-hari saja susah. “Ehhh,,Kang tapi bisa saja Samin di culik untuk di jual organ tubuhnya kaya yang di TV itu lho.”

“Hussss ngawur! Kita berdoa saja semoga Samin cepat pulang. Jangan berpikir yang tidak-tidak. Ya sudah aku pamit dulu sudah sore, semoga cepat ada kabar dari Samin.” Kang Slamet pun pulang ke rumah. Dia berencana melaporkan soal hilangnya Samin kepada yang berwajib esok hari.

Kabar hilangnya Samin karena diculik membuat warga resah dan takut jika menjadi korban penculikan selanjutnya. Keadaan desa pun menjadi semakin mencekam menjelang malam hari. Warga sering mendapat teror, hampir setiap tengah malam ada yang mengetuk pintu rumah warga tapi tidak pernah diketahui siapa yang melakukannya. Banyak sekali rumor yang beredar, katanya jika keluar sehabis di ketuk pintu rumahnya pasti akan di bawa culik, ada juga yang bilang culik hanya membawa anak-anak dan katanya mereka hanya keluar pada malam hari. Untuk menjaga suasana tetap kondusif, Kang Slamet menghimbau warga untuk bergiliran ronda.

Malam ini adalah giliran Kang Slamet bersama Udin, Dirin dan Mahrun yang mendapat giliran ronda. Sebetulnya malam ini ada enam orang yang mendapat giliran tapi tiga orang tidak berangkat. Mereka pun mulai ronda berkeliling dari rumah ke rumah memastikan keadaan desa aman.

“Kang istirahat dulu, kita duduk di samping Masjid. “Sepertinya antusias warga untuk melakukan ronda sangat kurang, malam ini Kang Ratno, Kang Sulis dan Kang Darman tidak berangkat bahkan kemarin tidak ada yang ronda, padahal ini kan demi keamanan bersama, betul ga kang Slamet?” Kata Udin mengeluh.

“Iya sudah tidak apa, yang penting kita ikhlas saja Din.”

“Iya, betul..” kata Dirin dan Mahrun yang terlihat sehati.

“Aku si ikhlas kang tapi seharusnya mereka sadar kalau ini semua kan masalah bersama jadi tidak seharusnya mereka angkat tangan.”

“Kalau ikhlas jangan mengeluh Din..” sahut Mahrun,

“Halah..Kamu juga sering mengeluh kok Run.” Kata Dirin meledek.

“Sudah..sudah ayo kita mulai keliling lagi, masalah itu biar aku yang mengurusnya, besok aku kumpulkan warga.” kata Kang Slamet sambil beranjak dari tempat duduk.

Masalah teror dan isu culik yang sedang terjadi di desa Pucung bukan masalah biasa. Peristiwa tersebut baru pernah terjadi. Kang Slamet menduga ada motif di balik semua ini. Tapi dia belum berani menyimpulkan takut di kira fitnah. Sebagai ketua RT, Kang Slamet merasa bertanggung jawab atas keamanan dan kenyamanan warganya. Sore hari dia bertamu kerumah Pak Marno, kepala desa yang baru saja terpilih. Dia melaporkan kejadian yang membuat geger warganya dan berbincang mencari solusi dari masalah yang sedang terjadi.

“Pak menurut njenengan apa yang yang harus kita lakukan untuk menyikapi masalah yang sedang terjadi di desa kita? Sudah dua minggu warga di buat resah oleh orang yang tidak bertanggung jawab.” tanya kang Slamet kepada pak lurah.

“Yang jelas keamanan warga itu nomor satu. Terus perketat keamanan desa. Selain itu, warga harus diberi pengarahan agar tidak terlalu berlebihan menyikapi permasalahan ini.” jawab pak lurah serius.

“Iya pak itu sudah saya lakukan.” kata Kang Slamet.

“Saya siap membantu njenengan, cepat atau lambat semuanya akan terpecahkan.” kata pak lurah optimis.

Sudah tiga minggu Samin menghilang. Sampai saat ini, hilangnya Samin masih menjadi misteri. Kemana dia pergi, apa benar Samin di culik, tak ada yang tahu pasti. Kang Slamet mencari informasi tentang Samin sampai desa tetangga. Dia mendapat informasi yang sempat membuat heran dan curiga. Ternyata desa Suko Sari satu-satunya desa yang tidak mendapat teror, sedangkan teror hanya terjadi di enam desa di wilayah kelurahan Winangun. Kang Slamet merasa ada yang aneh. Setelah itu, dia bergegas kerumah pak lurah untuk menyampaikan informasi yang telah dia dapat.

. Sementara itu, kondisi desa masih mencekam, teror masih terjadi setiap malam pasti ada saja rumah warga yang diketok pintunya. Anehnya, meskipun setiap malam di lakukan ronda tapi belum pernah sekalipun ada yang melihat pelaku peneroran yang semakin hari semakin menjadi. Sempat beredar kabar kalau yang melakukan peneroran adalah bukan manusia alias jin dan sejenisnya yang diperintah oleh majikannya. Mendengar kabar itu. Kang Slamet menyuruh warga untuk tidak berpikir yang macam-macam dan tetap tenang.

Kang slamet seperti biasa menunaikan sholat subuh berjamaah di Mushola. Suasana masih cukup gelap ketika itu. Dalam perjalanan pulang tiba-tiba ada yang memanggil. Suara panggilan itu menghentikan langkah Kang Slamet.

“Kang tunggu..bisa bicara sebentar, aku punya informasi penting?”katanya sambil menghentikan langkah Kang Slamet,

:”Informasi apa kang?” jawab Kang Slamet sedikit kaget dengan kemunculan orang itu dari semak-semak.

“Tentang siapa orang yang telah membuat geger desa ini, aku tahu biangnya.” kata orang itu dengan suara pelan.

“Siapa Kang?”

“Sebenarnya Kang Slamet pasti sudah tau”

“Apa yang membuat kamu berpikir kalau aku sudah tau siapa yang menjadi dalang dari semua masalah ini?” Tanya kang slamet,

“Saya tau Kang Slamet itu pintar. Kecurigaan Kang Slamet itu benar.” Kata orang itu sambil menepuk pundak Kang Slamet.

“Apakah Pak joyo?” Sahut Kang Slamet,

“Benar Kang semuanya adalah ulah Pak Joyo. Dia tidak bisa menerima kemenangan Pak Marno yang menggantikannya menjadi lurah baru. Dia membayar orang untuk meneror warga. Soal Samin, dia tidak di culik Kang. Dia dibayar Pak Joyo untuk menyebarkan isu ke warga desa. Sekarang dia bersembunyi di rumah Pak joyo.

“Ternyata memang benar dugaanku, Pak Joyo. Yang aku tau dia adalah orang yang sangat ambisius dan licik. Apapun dia lakukan agar keinginannya bisa terpenuhi. Tahun lalu, dia pernah memintaku untuk membantunya dalam pemilihan kepala desa tapi aku menolak.” Cerita kang Slamet kepada orang itu.

“ Sekarang semuanya sudah jelas. Tapi tolong Kang jangan beritahu siapapun kalau aku yang memberitahu rahasia ini. Aku tidak ingin seseorang pun tahu selain Kang Slamet sendiri.” Pesan terakhir orang itu kepada Kang slamet sebelum dia pergi.

Kejahatan Pak Joyo pun terbongkar. Isu tentang culik lama-kelamaan mulaimenghilang, tidak ada lagi teror yang meresahkan. Warga bergembira hingga lupa kalau Samin sampai saat ini belum kembali.

*Peserta SaGuSaBu Purbalingga 30-31 Oktober 2017

DISCLAIMER
Konten pada website ini merupakan konten yang di tulis oleh user. Tanggung jawab isi adalah sepenuhnya oleh user/penulis. Pihak pengelola web tidak memiliki tanggung jawab apapun atas hal hal yang dapat ditimbulkan dari penerbitan artikel di website ini, namun setiap orang bisa mengirimkan surat aduan yang akan ditindak lanjuti oleh pengelola sebaik mungkin. Pengelola website berhak untuk membatalkan penayangan artikel, penghapusan artikel hingga penonaktifan akun penulis bila terdapat konten yang tidak seharusnya ditayangkan di web ini.

Laporkan Penyalahgunaan

Komentar

iya Saminnya jng2 diculik.???zzzzzzz...jd takut!!!...jng2...!!! Hhe...sip bgs lanjutkan pak. Sampai Samin ktmu, happy ending lah...melas si samin. Apa si Samin lg ngendong gone yu Etik, yang rumahnya di seberang kuburan? katanya masih saudara dengan Samin...hahahhah..ngakak

02 Nov
Balas

Lagi ikut pelatihan kayaknya bu si samin hehehe

02 Nov

saminnya kemana pak.....jadi penasaran....

30 Oct
Balas

"Lagi sama njenengan bu." Kata bu nurjanah. Hehe

02 Nov



search

New Post