PERLUNYA ANAK-ANAK PUNYA LAGUNYA SENDIRI

Tak pelak dipungkiri saat ini banyak atau bahkan hampir semua anak di lingkungan kita menyanyikan lagu-lagu dewasa. Lagu-lagu yang jelas bukan untuknya. Tontonan televise hampir tiap jam semua televise menyuguhkan hidangan hiburan music dewasa. Tanpa disadari anak-anak kita menonton dan betah berjam-jam. Tak sedikit ikut menyanyikan meskipun dengan vocal yang masih cadel. Memang lucu anak-anak menyanyi sambil menari lenggak lenggok mengelitik dan menggemaskan. Tak sedikit para orang dewasa disekitarnya merasa bangga sampai sampai akan meminta sang anak untuk lagi, lagi dan lagi menyanyi dan menari. Tanpa malu dan sungkan si anak akan melakukannya dengan senang hati. Anak menyanyi tanpa mengerti arti dan maknanya. Menyedihkan. Anak lebih hafal dengan lagu Nidji, Afgan, Inul Daratista atau penyanyi yang lagi ngetop saat ini, dari pada lagu anak-anak. Sedikitnya industry atau keengganan industry rekaman tidak mau merekam lagu anak yang jelas dianggap tidak komersiil.

Ketidaksediakannya lagu-lagu anak, bahkan sampai saat ini hanya ada beberapa lagu anak yang dianggap baru, itupun perlu perjuangan untuk mengenalkan kepada anak-anak. Lagu Desaku, Naik-Naik Ke Puncak Gunung, Burung Kakatua dan sebagainya, dianggap kurang menarik dan jadul.

Masalah ini adalah ladang bagi kita para Guru PAUD untuk menciptakan lagu anak dengan irama yang menarik seperti lagu pop dewasa. Dengan kreativitas guru mengarang lagu tentu saja akan menambah koleksi lagu anak, dan menyediakan lagu untuk anak. Anak akan menyanyi dengan lagunya sendiri, dengan bahasa sendiri dan lenggokan anak-anak yang lucu. Membanggakan. Siapkah kita Guru PAUD one day one song ? hehe..

===penulis adalah peserta Bimtek Literasi Batam, tahun 2017===