Entah harus menghitung mundur atau hitungan maju, setiap detik yg aku lalui masih sama saja tidak mau berubah dan sepertinya memang ingin tetap dan tak merubah. Mata dengan tatapan tajam dan tercengang selalu saja sama, menatap dalam kertas kotak berisi 1 kata yang aku pun tak tahu aku siap menghadapinya atau bahkan menolaknya dengan berbagai cara akan tetapi juga tidak bisa menolak.

sore selalu begitu-begitu saja, malam pun bahkan pagi atau siangnya. Bertemu dengan banyak orang yang berbeda tetapi tetap sama, bagiku mereka hanya berbeda topeng sja akan tetap sama dalam kelakuannya. Seperti halnya daun hijau waktu melukisnya menjadi menguning, kecokelatan, kering dan berserakan tak ternilai.

Beberapa orang merasa berlebihan. Ketakutan berlebihan, gelisah berlebihan, bersikap dan bertingkah laku berlebihan juga. Demikian diriku, nyaris aku tak mengenalinya kelompok-kelompok yang bagaimana harus dilalui dengan sedamai-damainya.

Terkadang detik jam, tak tik tuk beruntun selalu dan selalu menyiksa diriku atau banyak orang nyaris semua. Aku sudah lelah untuk berteriak, tersedu-sedu, menangisi dikarenakan akupun terpengaruh akankah aku, bisakah aku.

Bergulirnya waktu memang memaksaku untuk menjadi dewasa mengekangku menjadi tua memberikan kebebasan mengukir wajahku beragam kenangan dan aku tdk tahu kenangan itu manis untukku dan sadis bagiku.

Fase-fase itu bukan hanya aku yang mengalaminya bukan hanya aku yang ketakutan karena terjadi pada beberapa kehidupan lainnya merasakan waktu menjadi dewasa itu menyakitkan, menyedihkan bahkan tidak hanya aku yang hingga saat ini masih merasakan seperti dan bagaimana sosok dewasa.

Sebagian juga merasa selalu menolak untuk menjadi tua.