Isti Lailati

Belum menuliskan informasi profilenya.

Selengkapnya
Navigasi Web

Trust

sepotong buah semangka yang diberikannya kepadaku sudah dengan lahapnya aku habiskan. Dia lebih suka buah beserta biji karena saat ini banyak sekali orang-orang yang lebih menyukai buah tak berbiji. Menurutnya hal itu disamakan pada sebuah kehidupan yang beragam liku dan warna. Tak layak katanya jika di dunia ini berjalan flat.

Yang aku tahu semangkanya begitu merona dan manis rasanya. Sebelumnya aku tak memperhatikan dia, aku lebih terpesona dengan manisnya semangka.

Pada gigitan yang terakhir kalinya, aku baru sadar dia lebih fokus padaku daripada buah semangka Kukira hidup lurus-lurus saja lebih aman dibandingkan dengan jalanan yang berkelok-kelok. Sesekali mencoba sesuatu atau jalanan berbelok akan membuat diri ini bisa belajar tentang beragam warna dan buah-buahan yang berbiji, kata dia.

Hhhmmm..., beragam warna? dan buah-buahan berbiji?. yah.. begitulah dia, terbiasa dengan banyak clue terkadang diri ini pun kebingungan mengartikannya bahkan hingga selalu salah memprediksikannya.

Bukannya sehari atau dua hari saja aku sudah lama dengannya, bertahun-tahun bahkan abad kalau dihitung. dan akupun belum mengenalnya. secara fasih sudah paham pada bahasa tubuh yang dia sampaikan daripada bahasa-bahasa yang super. 

terkadang saat ingin memejamkan mata menguras habis pikiran pada buah berbiji, beragam warna. Yang aku tahu secara keilmuwan saja di bangku sekolah warna memanglah beragam, banyak sekali. Pelangi saja banyak warna dan begitu indahnya tapi pelangi itu bila dikejar semakin dikejar maka akan terus menghilang dan menghilang.

Bagaimana dengan buah berbiji?, aku tidak suka dan sangat membenci sekali jika ada biji-biji yang menumpuk pada buah yang akan aku lahap. Karena sangat menganggu sekali, lebih mantap tak ada biji sekali hap.. dan kenyang. Tetapi, mengapa dia lebih suka dengan banyak biji yang bagiku sangat mengganggu sekali.

Kehidupan itu berona, karena banyaknya makhluk Tuhan yang juga ingin merasakan begitu kayanya ciptaan-Nya. Terkadang berebutan mematenkan hak milik yang notabene bukan milik mereka, mengapa harus berebutan?

haaahh.. lama tak berjumpa banyak kalimat yang harus aku telan mentah-mentah, ataukah lebih baik tidak bertemu. Bisa berjam-jam bahkan seharian dia menelepon hanya untuk berbasa-basi dengan kata-kata yang aku tidak mengerti dan harus paham dengan paksaan.

Setiap gerakan akan selalu dia nilai, contoh saja saat diri ini mulai merasa lapar. "Minum airlah seteguk dulu, jangan terburu-buru melahap nasi, jika masih panas tunggulah beberapa menit agar lebih menikmati rasa masakan itu". bagaimana jika diri ini sudah mulai kesakitan menahan lapar. Jawabnya singkat saja, "buatlah jadwal, yang harus kamu sendiri tentukan jika menyalahi aturan itu". Maksudnya .. aku menghukum diri aku sendiri. Hhhmmm .. begitu kejam sekali. Mengapa dia tidak pernah menyayangi dirinya sendiri bahkan menyiksa dirinya. 

Sesekali memang bukan kata umpatan atau nada marah jika ada sesuatu yang membuat dirinya marah padaku, atau sesuatu yang menganggu prinsipnya. Hanya tak memberi kabar, tak pernah bertemu, hilang begitu saja dan tiba-tiba datang dengan berjuta-juta kata-kata arogan menurutku yang membuat kepalaku pening dan pecah berserakan karena dipaksa untuk paham.

Rasa bosan dan jengkel mulai merasuk ke seluruh tubuh.. haaaahhh.., ternyata jenuh berdiam diri dirumah, membaca buku melakukan rutinitas yang sudah sering sekali aku lakukan.

Melakukan hal bodoh sesekali bolehlah..., hahahaha..

 

                                                  ____________

 

Untuk kesekian kalinya deringan panggilan itu tak henti-hentinya mengganggu tidurku. Hati sudah sangat berat, aku kacau sekali. Tak ingin bertemu dengan siapa pun.

Beberapa teman datang hanya untuk mengacau saja dengan beribu-ribu hinaan dalam kata-kata manis mereka. Kemunafikan yang tidak pernah sama sekali aku tahu ternyata banyak ragam bentuk dan rupa pada semua kejadian ini.

Dia yang kuharapkan kedatangannya tak kunjung datang. Lelah sekali...!!!

3 tahun sudah aku mulai bangkit dari keterpurukan yang membuat jati diri ini melakukan beberapa ritual.

Hari itu, saat aku sudah berputus asa tingkat tinggi. Ketukan pintu hanya dua kali aku dengar. Berlari tergesa-gesa aku ingin membukanya, berharap sangat besar.

Di taman ini, banyak kenangan yang bisa membuat aku belajar tentang kehidupan yang berkelok, tentang warna yang beragam dan lagi tentang buah yang berbiji.

Satu kata yang sangat menusuk sekali dihatiku, " don't trust anyone, except me".

Rindu ini begitu dalamnya,

 

 

DISCLAIMER
Konten pada website ini merupakan konten yang di tulis oleh user. Tanggung jawab isi adalah sepenuhnya oleh user/penulis. Pihak pengelola web tidak memiliki tanggung jawab apapun atas hal hal yang dapat ditimbulkan dari penerbitan artikel di website ini, namun setiap orang bisa mengirimkan surat aduan yang akan ditindak lanjuti oleh pengelola sebaik mungkin. Pengelola website berhak untuk membatalkan penayangan artikel, penghapusan artikel hingga penonaktifan akun penulis bila terdapat konten yang tidak seharusnya ditayangkan di web ini.

Laporkan Penyalahgunaan

Komentar

Mantap

02 Jan
Balas

Terimakasih

03 Jan



search

New Post