Isti Lailati

Belum menuliskan informasi profilenya.

Selengkapnya
Navigasi Web
Yang terlupakan

Yang terlupakan

Sebelum melanjutkan untuk memahami apa isi atau topik bahkan tema dari tulisan ini, mari kita pahami pengertian dari 'makhluk sosial' terlebih dahulu. Banyaknya pendapat, asumsi apalagi beberapa hal yang membuat adanya perbedaan semakin merumitkan pengertian apa sebenarnya yang dimaksud dengan frasa 'makhluk sosial' tersebut. Menurut. Wikipedia arti dari makhluk sosial adalah makhluk yang berhubungan timbal balik dengan manusia lain. Sedangkan dalam ilmu sosiologi yaitu masyarakat atau struktur sosial sebagai sebuah 'organisme hidup', berfungsi mempertahankan stabilitas dan kekompakan untuk menjaga keutuhan masyarakat. Dari pengertian organisme itu sendiri adalah suatu makhluk hidup yang sudah pasti membutuhkan proses berlangsungnya kehidupan dengan adanya organisme yang lain, tetapi ini bukan tentang organisme.Tidak hanya dalam bermasyarakat saja makhluk sosial itu membutuhkan keberadaan makhluk lainnya. Di sekolah, tempat kerja, pasar, pusat perbelanjaan bahkan disetiap kita melakukan kegiatan di jalan bahkan dimana saja akan selalu membutuhkan bahkan menginginkan kehadiran makhluk lainnya karena manusia adalah makhluk sosial. Kesannya seperti sombong, egois juga. Makhluk lainnya saja tidak sepenting itu mengharapkan adanya makhluk lain untuk berproses.

Secara filosofinya memang manusia itu wajar jika memiliki sifat angkuh dan semaunya sendiri alasannya karena makhluk sosial yang selalu membutuhkan kehadiran sosok lain dalam berproses di kehidupannya masing-masing. Seakan-akan tidak akan mampu dan menjadi keharusan adanya kehadiran sosok bahkan beberapa atau segerombolan mungkin banyak sekali makhluk-makhluk yang bisa melancarkan proses kehidupannya.

Secara intinya tidak monoton pada makhluk sosial penjelasan dalam tulisan ini, paham kan ???. Kebingungan mungkin untuk sebagian saja tak mengapa sebab kita sebagai makhluk sosial.

Cerita kecil contohnya, yang beberapa hari lalu diperdengarkan melewati telinga ini. Seorang anak yang merasa hidup itu sebenarnya bertujuan apa. Dilahirkan, dibesarkan yang kemudian ditinggalkan dan dikenang saja dalam ingatan apabila di beberapa waktu melintas jika tidak tak ada apa-apanya.

Bercerita tentang ilmu yang diterimanya dalam keseharian berulangkali menciptakan rasa jenuh. Bukannya malas hanya jenuh, mengulang-ulang waktu tetap sama tidak ada perubahan ditambah lagi apabila terdapat sebagian kecil atau besar kumpulan yang mengelu-elukan sebuah keberhasilan yang pada akhirnya saling berebutan menempatkan lukisan kepala yang beragam coretan untuk ikut terpangpang di media massa.

Saling ingin menonjol dan itu pun dilakukan untuk melangsungkan proses kehidupan sebagai makhluk sosial. Kosong melompong tak bermanfaat yang dirasakannya. sebagian kecil akan tetapi keseluruhan makhluk sosial bisa merasakannya, apabila hal ini.tidak mampu menguatkan bahkan mengembalikan keutuhan sebuah capaian hidup. Sia-sialah menjadi makhluk sosial yang seutuhnya.

Beragam kebrutalan yang diciptakan dengan menyayat nadi, kekerasan fisik dan batin, keputus-asaan, pembullyan, fitnah, perampasan hak secara hakiki dan masih banyak ragam lainnya yang sepertinya tak perlu dijelaskan satu persatu dan menimbulkan kebingungan dan kejenuhan lagi nantinya.

Sebagian besar dari makhluk sosial merasa yakin proses kehidupan tak perlu ngoyo biarkan mengalir seperti air, katanya. Bermula dari mengais rezeki, bertahan hidup, kebahagiaan, ketenangan, kenyamanan, dan terwujudnya kemewahan yang kekal. Proses nya membutuhkan adanya bermacam-macam jenis makhluk sosial untuk saling menggantungkan diri dengan bervariatif tips dan trik.

Pada beberapa hal tertentu terasa memilukan dan menyedihkan, demi terwujudnya keberlangsungan proses kehidupan makhluk sosial meski harus mengorbankan sebagian makhluk sosial menjadi korban dan tersingkir.

Segala bentuk menuju perubahan dilaksanakan untuk pembentukan karakter setiap individu dari makhluk sosialnya, tanpa melirik sedikitpun peperangan batinnya dalam nyatanya semakin semrawut.

Melakukan suatu perubahan menjadi keharusan dan wajib terlaksana, seharusnya bermula dari yang paling mendasar terlebih dahulu. Memastikan masa-masa kekanakan penuh dengan kebahagiaan, membentuk mental teguh dan ikhlas dengan segala macam kehidupan menjadi suatu hal yang sengaja dilupakan begitu saja.

Jika mental terganggu, selalu membangkang, maka mampulah makhluk sosial menghancurkan peradaban dan merubah arti sesungguhnya dari makhluk sosial itu sendiri.

Pada intinya, makhluk sosial memanglah saling membutuhkan dan membantu dalam hal yang wajar saja. Bukan dalam pengertian yang berbeda, saling membutuhkan untuk saling mengecam, mengintimidasi, memanipulasi, dan saling menyingkirkan makhluk sosial lainnya agar proses kelangsungan hidup berjalan sebaik-baiknya sesuai dengan skenario mereka masing-masing. Paham kan.. ???

DISCLAIMER
Konten pada website ini merupakan konten yang di tulis oleh user. Tanggung jawab isi adalah sepenuhnya oleh user/penulis. Pihak pengelola web tidak memiliki tanggung jawab apapun atas hal hal yang dapat ditimbulkan dari penerbitan artikel di website ini, namun setiap orang bisa mengirimkan surat aduan yang akan ditindak lanjuti oleh pengelola sebaik mungkin. Pengelola website berhak untuk membatalkan penayangan artikel, penghapusan artikel hingga penonaktifan akun penulis bila terdapat konten yang tidak seharusnya ditayangkan di web ini.

Laporkan Penyalahgunaan

Komentar




search

New Post