Istiqomah

Saya Widyaiswara di PPPPTK PKn dan IPS Malang. Menulis dan mengedit adalah pekerjaan yang saya sukai. Dari hobi bisa jadi sumber penghasilan dan meningkatkan ko...

Selengkapnya
Navigasi Web

Menebus Janji (a part of janda tanpa kembang)

Menjadi janda pada usia 23 tahun dengan seorang bayi mungil yang baru berusia tiga bulan, tentu bukan hal yang mudah. Itulah yang dialami Yulia. Perasaan cintanya yang baru saja bertumbuh saat ia mengandung empat bulan, tercerabut dengan paksa. Sakit. Yulia seperti seekor ikan yang diangkat dari air lalu dilemparkan ke lantai keras-keras. Ia menggelepar. Nyaris tak sanggup bernapas. Berada di antara hidup dan mati. Tanpa pengharapan.

Saat itulah Johan kembali hadir di hadapannya. Pria yang diam-diam pernah mencuri hatinya itu datang di saat hatinya hampir jadi remahan. Johan datang dengan penampilan masih seperti dua tahun lalu saat mengantar Yulia pulang. Masih tetap gagah. Jemarinya pun masih tetap tidak lepas dari rokok. Pipi tirusnya juga tetap kontras dengan sorot matanya yang tajam. Optimistis dan tak peduli apa kata orang. Itulah sikap Johan yang pernah membuat Yulia diam-diam jatuh cinta padanya.

“Maaf, aku terlambat mengetahui berita itu,” ucap Johan memulai pembicaraannya dengan Yulia sore itu.

Sebuah pembuka ucapan duka cita yang biasa saja. Namun, entah kenapa, hati Yulia serasa diiris-iris. Perih. Duka yang sudah mulai menipis itu kini menebal lagi. Mendung di hati Yulia mendatangkan hujan di matanya. Yulia tersedu. Bahunya terguncang-guncang karena ia berusaha menahan agar tangisnya tidak terlalu keras terdengar.

“Yul …, menangislah. Lepaskan semua kesedihanmu,” bisik Johan yang tiba-tiba sudah berpindah duduk di samping kursi Yulia.

Ia rengkuh kepala Yulia dengan lembut. Dibiarkannya kepala Yulia yang tanpa daya itu bersandar di bahunya. Untuk beberapa saat, hanya terdengar sedu sedan Yulia. Bu Joyo yang sempat melihat adegan itu hanya bisa ikut meneteskan air mata. Ia sendiri nyaris tak punya daya untuk menghibur Yulia. Ia menyesal tak sanggup menjadi ibu yang baik bagi Yulia. Kepergian Pak Joyo, suaminya, setahun sebelumnya, telah membawa serta keceriaan dan kebahagiaannya. Ia baru bisa kembali sedikit menikmati kebahagiaan setelah Febry, anak Yulia, lahir. Namun, siapa sangka bahwa kehadiran Febry ternyata membawa bencana.

Sore itu, Hamdan sedang memilih kambing di kandang ternaknya. Ia memilih kambing terbaik untuk disembelih untuk mengaqiqahi Febry. Hampir maghrib, barulah ia menemukan kambing yang cocok. Ia sudah memilih seekor kambing yang sudah powel, gigi susunya sudah tanggal semua, berbau, gemuk, dan cukup sehat. Tanpa disadarinya, para pekerja di peternakannya tidak mengunci pintu. Beberapa orang laki-laki berbadan kekar dan bertato masuk diam-diam ke kandangnya. Mungkin mereka mengira para pekerja kandang lupa mengunci pintunya dan di kendang tak ada siapa-siapa. Dengan santai mereka mengambil dan menuntun beberapa ekor sapi. Saat hendak melewati pintu masuk, Hamdan melihatnya.

“Siapa kalian? Tinggalkan sapi-sapi itu, atau saya akan berteriak!” Spontan, tanpa berpikir panjang, Hamdan mengancam para perampok itu. Hamdan lupa bahwa para pekerjanya sudah pulang.

“Maling! Mali…!”

Teriakan Hamdan tak berlanjut. Salah seorang di antara perampok itu membacokkan parang yang di bawanya tepat di leher Hamdan. Hamdan tersungkur. Para perampok pun segera meninggalkan kandang itu sambil membawa beberapa ekor sapi. Mereka keluar dengan leluasa, seperti tak terjadi apa-apa. Beberapa warga yang tinggal di dekat kandang dan sempat melihat mereka, juga tak curiga. Orang keluar masuk kandang sambil membawa sapi dan atau kambing adalah pemandangan biasa. Yang agak tidak biasa, hanya soal waktu. Biasanya para penjual dan pembeli ternak itu datang siang hari. Kadang pagi hari. Namun, tak pernah sesore hari itu.

Di rumah, Yulia dan keluarga menunggu kepulangan Hamdan. Sampai pukul 20.00 WIB, Hamdan belum juga pulang. Tak terhitung berapa kali Yulia mencoba menghubungi Hamdan lewat telepon. Tak ada balasan. Bahkan, kemudian HP Hamdan tidak aktif. Mungkin lowbat. Padahal kambing harus segera disembelih agar esoknya siap dihidangkan untuk walimatul aqiqah. Yulia pun meminta Yanto untuk mencari Hamdan di kandang.

Yanto menemukanHamdan dalam keadaan sudah tak bernafas. Wajahnya nyaris tak dapat dikenali karena merah bersimbah darah. Diperkirakan Hamdan telah meninggal satu jam sebelum ditemukan.

“Kasihan sekali Mas Hamdan,” lirih suara Yulia akhirnya terdengar.

“Belajarlah mengikhlaskannya. Allah pasti lebih menyayanginya di sana,” kata Johan lembut.

Ia sendiri heran mengapa di saat-saat duka seperti ini perasaan kasihnya pada Yulia justru tumbuh subur lagi. Melihat Yulia begitu lemah dan tak berdaya bersandar di bahunya, muncul tekad dalam hatinya untuk melindungi Yulia.

Tak boleh lagi ada ada air mata dalam kehidupan Yulia. Ia tak pernah sanggup melupakan air mata Yulia yang berderai saat memeberitahukan tentang rencana pernikahannya dengan Hamdan sore itu. Berita yang sejatinya sudah diduga Johan itu, akhirnya benar terjadi. Untungnya, Johan belum sempat menyampaikan perasaan cintanya pada Yulia. Namun, siapa sangka, sore itu, Yulia menangis tersedu saat Johan pamit pulang.

“Maafkan saya, Jo. Maafkan,” bisik Yulia.

Johan hanya menggenggam tangan Yulia dengan erat.

“Ayahmu pasti memilihkan yang terbaik untukmu. Aku akan selalu berdoa agar kamu bahagia. Bila kau tak bahagia, akulah yang pertama akan menangis untukmu,” kata Johan sambil menatap mata Yulia lembut.

“Jadi, pastikan kamu akan bahagia. Atau ….” Johan sengaja menghentikan kalimatnya.

Yulia menatap Johan dengan mata sayu.

“Atau apa?” tanya Yulia tak sabar.

“Atau aku akan datang merebutmu dan membahagaiakanmu. Kamu harus bahagia,” pinta Johan.

Saat mendengar kematian Hamdan, Johan tahu. Saat itulah ia harus mewujudkan janjinya. Membahagiakan Yulia.

DISCLAIMER
Konten pada website ini merupakan konten yang di tulis oleh user. Tanggung jawab isi adalah sepenuhnya oleh user/penulis. Pihak pengelola web tidak memiliki tanggung jawab apapun atas hal hal yang dapat ditimbulkan dari penerbitan artikel di website ini, namun setiap orang bisa mengirimkan surat aduan yang akan ditindak lanjuti oleh pengelola sebaik mungkin. Pengelola website berhak untuk membatalkan penayangan artikel, penghapusan artikel hingga penonaktifan akun penulis bila terdapat konten yang tidak seharusnya ditayangkan di web ini.

Laporkan Penyalahgunaan

Komentar

Salah masuk berarti. Nguploadnya SDH hampir pukul 24.000Kurang satu menit

03 Jul
Balas

Tulisan bunda Isti selalu membuat saya tenggelam didalamnya. Mengalir deras dan terseret arus ceritanya. Luar biasa.

03 Jul
Balas

Mantab, cerotanya mengalir. Ditunggu lanjutannya y Bun

05 Jul
Balas

Kereeen, Bunda. CLBK. Mudah2an pada saatnya, Yulia dan Johan menyatu dlm membina mahliga. Sukses selalu, Bunda. Salam literasi. Alhamdulillah sdh sy follow

03 Jul
Balas

Ditunggu kelanjutannya ibu, ceritanya bagus

03 Jul
Balas

Cerita Bunda keren banget...

03 Jul
Balas

Ikutan nangis bunda....

03 Jul
Balas

Cinta bersemi sesubur bunga mawar di taman. Asyiik, ditunggu kelanjutannya bun.

03 Jul
Balas

Bunda Isti memang keren, bacanya jadi baper

03 Jul
Balas

Cerita Bunda Isti membuat saya masuk melesak ke dalam alur dan segala peristiwa yang terjadi. Selalu hebat dalam mengolah kata

03 Jul
Balas

Ceritanya bagus ,aku suka bun.

03 Jul
Balas

Hmmm... mudah-mudahan si janda tetap setia..hehe terima kasih sudah berbagi cerita..salam cinta.

03 Jul
Balas

Yaaa, bersambung ya bu.. Smakin penasaran..

03 Jul
Balas

Yaaa, bersambung ya bu.. Smakin penasaran..

03 Jul
Balas

Wow, kersn bun ditunggu lanjutannya

03 Jul
Balas

Mantap bunda ....ikut hanyut

05 Jul
Balas

Mantap bunda ....ikut hanyut

05 Jul
Balas

Mantap bunda ....ikut hanyut

05 Jul
Balas

Mantap bunda ....ikut hanyut

05 Jul
Balas

Mantap bunda ....ikut hanyut

05 Jul
Balas

Mantap bunda ....ikut hanyut

05 Jul
Balas

Mantap bunda ....ikut hanyut

05 Jul
Balas

Mantap bunda ....ikut hanyut

05 Jul
Balas

Mantap bunda ....ikut hanyut

05 Jul
Balas

Mantap bunda ....ikut hanyut

05 Jul
Balas

Mantap bunda ....ikut hanyut

05 Jul
Balas

Mantap bunda ....ikut hanyut

05 Jul
Balas

Mantap bunda ....ikut hanyut

05 Jul
Balas

Mantap Bu...

06 Jul
Balas

CLBK bsa saja terjadi jika Allah sdh mentaqdirkannya

03 Jul
Balas

Saya menikmati alur cerita yang mengalir indah. Baper.

03 Jul
Balas

Semoga Yulia selalu bahagia. Semoga sukses selalu Ibu. Salam literasi.

03 Jul
Balas

yulia tak sia sia . cerita bersambung mantap drrindu bu sukses selalu

03 Jul
Balas

Keren judulnya, Janda tanpa Kembang. Alur cerita dengan konplik yang disajikan mengundang kepenasan pembaca. Sukses, Ibu. Saya tak sabar menunggu kelanjutannya. Apakah Yulia berjodoh dengan Johan?Maaf, Ibu, kok kategorinya colom, nggak di cerpen, ataukah karena cerpen bersambung?

03 Jul
Balas

Keren judulnya, Janda tanpa Kembang. Alur cerita dengan konplik yang disajikan mengundang kepenasan pembaca. Sukses, Ibu. Saya tak sabar menunggu kelanjutannya. Apakah Yulia berjodoh dengan Johan?Maaf, Ibu, kok kategorinya colom, nggak di cerpen, ataukah karena cerpen bersambung?

03 Jul
Balas

Renyah, enak dan ketagihan.Nunggu kelanjutan cerita.

03 Jul
Balas

Karya krennnn menohok bunda.Salam sehat

05 Jul
Balas

Kayak novel yaa bagus

05 Jul
Balas

Unchhh....bila kau tak bahagia, akulah orang pertama yang akan menangis, keren Bundaku sayang.

03 Jul
Balas

So sweet bunda.. Nyesek banget Atau aku akan datang merebutmu dan membahagaiakanmu.Kamu harus bahagia,

03 Jul
Balas



search

New Post