Samakah Transfer Knowledge dengan Sharing Knowledge?
Beberapa kali menjadi fasilitator Peningkatan Kompetensi Pembelajaran (PKP) bagi guru Inti (GI) saya selalu menemukan ketumpangtindihan GI dalam memaknai transfer knowledge dalam konsep keterampilan berpikir tingkat tingggi (higher order thinking skills/ HOTS). Beberapa teman GI memaknai transfer knowledge sebagai proses berbagi pengetahuan (sharing knowledge), membagikan pengetahuan yang dipelajari dan dipahami kepada orang lain.
Pertanyaannya, apakah transfer knowledge sama dengan sharing knowledge?
Konsep HOTS
Broohart (2010) mendefiniskan HOTS dalam tiga kategori yaitu (a) HOTS sebagai transfer, (b) HOTS sebagai berpikir kritis, dan (c) HOTS sebagai pemecahan masalah (problem solving).
Menurut Brookhart (2010) dua di antara tujuan pendidikan yang paling penting adalah mempromosikan retensi dan transfer. Bila kedua hal itu (retensi dan transfer) itu terjadi, pembelajaran akan menjadi bermakna. Mengutip pendapat Anderson & Krathwohl (2001), ia juga menjelaskan konsep retensi dan transfer. Retensi menuntut siswa untuk mengingat apa yang mereka pelajari, sedangkan transfer menuntut siswa tidak hanya mengingat apa yang mereka pelajari, tetapi juga memahami dan menggunakan (menerapkan) apa yang mereka pelajari. (yang, ketika itu terjadi, menunjukkan pembelajaran yang bermakna).
Dari penjelasan Brookhart di atas jelaslah bahwa yang dimaksud transfer dalam konsep HOTS itu bukan membagikan pengetahuan (sharing knowledge). Jadi, saat guru meminta siswa menjelaskan pemahamannya kepada teman lainnya, mempresentasikan hasil kerja, atau berdiskusi dengan temannya semestinya tidak dapat dikategorikan dalam transfer knowledge.
Ternyata, transfer dalam konsep HOTS berbeda dengan sharing knowledge.
Transfer Knowledge dan Life Skill
Penjelasan Brookhart di atas juga menjelaskan pada kita bahwa berpikir tingkat tinggi sebagai transfer knowledge terjadi apabila siswa menggunakan pengetahuan dan keterampilan yang ia pelajari dalam situasi baru (situasi yang berbeda dengan saat ia mempelajarinya). Bahkan dinyatakan bahwa transfer yang sebenarnya terjadi saat seseorang menggunakan ilmu yang ia pelajari dalam konteks kehidupan nyata (sehari-hari).
Misalnya, di kelas dia belajar tentang bangun datar seperti segi tiga, segi empat, lingkaran dan sebagainya. Kemudian di rumah ia akan membuat kotak kertas untuk pembungkus hadiah ulang tahun. Untuk mengetahui berapa lebar kertas karton yang dibutuhkan ia menggunakan pemahamannya dalam menghitung lebar dan luas bangun ruang. Di saat lain, seorang anak akan menggunakan pemahamannya tentang cara mencuci tangan yang ia pelajari di sekolah dalam kehidupan sehari-hari, misalnya saat ia hendak makan. Ia akan mencuci tangan seperti cara yang diajarkan gurunya dalam kelas.
Proses transfer knowledge sebenarnya tidak dapat dipisahkan dengan aspek HOTS lain. Hal ini sesuai dengan pernyataan Brookhart (2010) bahwa transfer pembelajaran terletak pada kemampuan menerapkan pemikiran kritis dan pemecahan masalah.
Sebagai contoh, saat anak mencuci tangan sebelum makan, sejatinya ia melakukan kegiatan berpikir kritis. Ia berpikir bahwa tangannya kotor. Saat itulah dia akan menerapkan pengetahuannya tentang cara membersihkan tangannya supaya kuman-kumannya hilang. Ia akan mengingat cara mencuci tangan yang benar seperti yang diajarkan gurunya. Pada saat inilah tujuan pembelajaran untuk retensi (mengingat) menjadi bermanfaat. Ia kemudian menggunakan ingatannya tentang cara mencuci tangan yang benar untuk membersihkan tangannya kotor. Saat ini terjadi juga aspek HOTS lainnya yaitu problem solving. Ia memecahkan masalah tangannya yang kotor saat ia akan makan dengan cara mencuci tangannya.
Contoh lain, ketika kita hendak menyajikan hidangan makan untuk keluarga, sejatinya kita juga menerapkan retensi dan transfer. Tidak bisa dipungkiri kita akan mengingat minimal apa-apa kesukaan anak-anak kita, kandungan gizi bahan makanan yang hendak kita olah. Kita kemudian akan mentransfer pengetahuan tentang kandungan gizi dalam memilih bahan makanan yang akan kita beli serta cara memasaknya. Kita juga akan mentransfer pemahaman kita tentang hitung-hitungan untuk mengambil keputusan apa yang akan kita beli sesuai dengan jumlah uang belanja yang kita miliki. Operasi penjumlahan, pembagian, dan perkalian tanpa kita sadari bekerja dalam otak kita. Saat itulah kita sedang melakukan transfer. Pada akhirnya kita mengambil keputusan membeli bahan masakan kita berdasarkan hasil berpikir kritis dan transfer.
Saat seseorang menggunakan keterampilan untuk melakukan transfer, berpikir kritis, dan problem solving sesungguhnya ia sedang menggunakan keterampilannya untuk memecahkan permasalahan dalam hidupnya. Tak heran bila keterampilan berpikir tingkat tinggi (HOTS) dapat juga dikatakan sebagai keterampilan untuk hidup.
Low Transfer dan High Transfer
Salomon & Perkins (1988) mengelompokkan transfer belajar menjadi dua yaitu transfer rendah (low transfer) dan transfer tinggi (high transfer). Transfer low road mengacu pada pengembangan beberapa pengetahuan dan /atau keterampilan ke tingkat otomatisasi tinggi. Biasanya membutuhkan banyak latihan dalam berbagai pengaturan. Mengikat tali sepatu, mengendarai mobil, dan fakta aritmatika satu digit adalah contoh area di mana otomatisasi seperti itu dapat dicapai dan cukup berguna. Transfer high-road melibatkan pemahaman kognitif; analisis secara sadar dan bertujuan; kesadaran; dan penerapan strategi yang melintasi berbagai disiplin ilmu. Dalam transfer high transfer, ada pemikiran yang disengaja tentang ide/ gagasan yang dapat ditransfer, dan kemudian diaplikasikan secara sadar dan disengaja ketika dihadapkan dengan masalah.
Contoh transfer low road adalah pembelajaran menulis surat undangan. Pada pembelajaran sebelumnya anak belajar tentang kalimat efektif. Pembelajaran berikutnya, guru membelajarkan menulis surat undangan. Guru menyampaikan pada siswa bahwa mereka akan belajar menulis surat undangan dengan kalimat efektif. Saat menulis surat undangan, siswa menggunakan pengetahuan dan ketreampilannya menyusun kalimat efektif untuk membuat surat undangan.
Dalam transfer high road siswa menggunakan berbagai pengetahuan untuk diterapkan pada situasi yang baru. Misalnya, saat mengadakan kegiatan bazar pada class meeting. Siswa akan menggunakan ilmu bangun ruang untuk membagi stand bazar. Dia menggunakan ilmu ekonomi untuk merencanakan jual beli barang di standnya. Dia akan menggunakan ilmu bahasa (kalimat persuasif) dan SBDP (membuat poster) untuk menghias standnya. Dia akan menggunakan pengetahuan tentang budaya (misalnya ditetapkan bahwa dress codenya adalah baju daerah).
Transfer high road inilah sesungguhnya yang harus kita latihkan pada anak dalam kehidupan sehari-hari. Dengan demikian, ilmu yang ia pelajari di sekolah benar-benar ilmu yang berguna dalam kehidupannya. Bukan ilmu sekadar hafalan yang akan digunakannya HANYA untuk mengerjakan soal ujian.
Padahal dalam kehidupan nyata, kita selalu melakukan transfer untuk memutuskan tindakan yang akan kita lakukan. Contoh sederhananya, seorang ibu rumah tangga, untuk dapat menyajikan masakan bergizi bagi keluarganya, ia tidak hanya harus menerapkan pengetahuan tentang ekonomi (harga barang); ilmu matematika (hitung-hitungan berapa uang belanja yang tersedia, cukupkah untuk membeli semua bahan itu, bila menu yang disajikan mahal apakah uang belanja akan cukup, dan sebagainya.
Dengan membelajarkan dan melatihkan berpikir tingkat tinggi pada anak sejatinya kita sedang membekali anak dengan keterampilan untuk hidup (life skill) sekaligus sedang menyampaikan ilmu yang bermanfaat pada mereka. Tak hanya bermanfaat bagi kehidupan anak, tetapi juga jadi tabungan akhirat bagi kita kelaksaat kita sudah berpulang.
Referensi
Anderson, L. W., & Krathwohl, D. R. (Eds.). 2001. A taxonomy for learning, teaching, and assessing: A revision of Bloom’s Taxonomy of Educational Objectives (Complete ed.). New York: Longman.
Brookhart, Susan M. 2010. Assess Higher Order Thinking Skills in Your Classroom. Alexandria: ASCD,
Solomon, Gavriel and David N. Perkins 2010. Transfer Learning . International of Encyclopedia of Education. Second edition. Oxford, England: Pergamon Press.
Konten pada website ini merupakan konten yang di tulis oleh user. Tanggung jawab isi adalah sepenuhnya oleh user/penulis. Pihak pengelola web tidak memiliki tanggung jawab apapun atas hal hal yang dapat ditimbulkan dari penerbitan artikel di website ini, namun setiap orang bisa mengirimkan surat aduan yang akan ditindak lanjuti oleh pengelola sebaik mungkin. Pengelola website berhak untuk membatalkan penayangan artikel, penghapusan artikel hingga penonaktifan akun penulis bila terdapat konten yang tidak seharusnya ditayangkan di web ini.
Laporkan Penyalahgunaan
Komentar
Terima kasih ilmunya Bu.. selalu mentes tulisannya Njenengan.
Kerenn Bun..Terima kasih sudah berbagi ilmu..
Terima kasih, Mbak Istiqomah. Tulisan ini yang sy cari. Barakallah.
Semoga berkah
Alhamdulillah sangat mencerahkan kami Para GI yg gagal paham
Alhamdulillah.
Mantap. Bunda, terima kasih atas ilmunya
Ngapunten Bunda, sedikit koreksi bangun segitiga, lingkaran adalah bangun datar, yang dicari luas dan kelilingnya.Bangun ruang contohnya: balok, tabung, kubus yang dicari volum dan luas permukaan
Terima kasih share ilmunya, barokallah semoga bisa menjadi guru yang bisa membelajarkan HOTS kepada siswa
Terima kasih share ilmunya, barokallah semoga bisa menjadi guru yang bisa membelajarkan HOTS kepada siswa
Okeeeeee kuganti. hahahaha ya gini ini karena aku blass gak paham MAT
Komentar yg sama bun
Terima kasih Bunda Isti ilmunya, belum.pernah ketemu Bunda. Kemaren kami masih dengan Bunda Widarwati. Semoga suatu saat bisa ikut bimtek dengan Bunda Isti sebagai widyaiswaranya
Amiin Allahumma Amiin. Saya di Departemen SD. Kalau konten IPS bukan kompetensi saya Bund. Heheheh Kalau pembelajaran umum, penulisan KTI, nulis buku, hayuuuk. Siap selalu. Kalau MGMP butuh, bisa kontak saya Bund
Pencerahan. Terima kasih ilmunya, ibu.
Terima kasih ilmunya Bunda
Terimakasih share ilmunya. sangat bermanfaat. ditunggu tulisantulisan sarat ilmu yang lain.
Trimaksih postingannya Bu Isti, saya terinsfirasi untuk membuat pembelajaran yang bisa mengeksplor kemampuan berfikir aktif, kreatif, dan kritis matematika siswa.
lanjutkan!!!
Terimakasih Bu Isti ilmunya
Samasama, Bu
Terima kasih bu sharing ilmunya. Karena saat PKP , HOTS itu pembuatan soal yang berpikir tingkat tinggi.
Keren. Nambah wawasan lg
Mksih Bunda Isti
Si Ibu kayaknya penggemar berat saya nih. makasih ya
wuih,mantap bu Widyaswara yg satu ini..keren banget..serius banget saat sesi utk GI..ha.ha..untungnya saya bukan GI,. saya GS, bu.Guru Sasaran..yaitu sasaran kejengkelan pimpinan. ha.ha..anyway,thank for sharing knowledge nya utk saya niih..semoga bisa menjadi transfer knowledge minimal mengatasi cara membuang,membedakan, memilah sampah di lingkungan sekolahku yg belum berhasil,.karena masih knowing generation,bukan doing generation..ha.ha..ups..termasuk saya tadi holongan yg terakhir itu..salam..
Beeeh komentare ojok nganggo bahasa SMS. Mumet akuuu
maaf,..ilmu proofreading ku jg swasunting ku belum nutut ke situ..
Dasar pemaleeeeeeeeeeeeeeeeeeeeeeeees. Minta dijithak Pak Guru satu ini.
siapp..saya trima jithakan kasih sayang untukku agar lebih rajin lagi..he.he..
Terimakasih sharing dan transfer knowledge. Insya Allah saya praktikkan kepada teman2. Salam.
Alhamdulillah
Makasih bu..ilmunya
Terimakasih bunda Isti
Samasama.
Ternyata HOTS itu tidak selalu soal yang sulit ya bun
Iya Bund. Insyaallah di lain tulisan saya akan bahas soal HOTS