Wajan Baru
Wajan Baru Kawan, maafkan saya lupa mengabarkan. Sebulan lalu, saya beli wajan baru. Ini berita penting. Kenapa? Tak adil dong berita gembira ini tak saya bagi, sedangkan kisah wajan tua saja saya ceritakan dengan bangga. Wajan baru saya ini mereknya akang-akang gitu. Eh, maksudnya, si mas yang cinta ploduk dalam negeri. Lalu, bagaimana kelanjutan hidup wajan lama? Tenang, kawan. Saya bukan tipe dapat baru, buang yang lama. Wajan lama yang usianya hanya beda 2 tahun dengan usia pernikahan saya, 27 tahun, tidak saya buang. Masih saya pakai. Barusan juga saya pakai masak gulai kepala ikan kakap. Mau? Gambar wajannya saja ya. Tapi, saya perlu nemindahtugaskan wajan tua satunya. Belum tua-tua amat. Baru sekitaran 5 tahun usianya. Saya beli bareng-bareng dengan teman guru SMA Negeri 1 Batu di Pasar Dewi Sri. Tetu niat kami ke sana bukan berburu wajan. Swear. Kami refreshing usai istighosah di Masjid An-Nur Batu. Nah, wajan tanpa merk ini berhasil menggoda hasrat saya untuk belanja. Apakah karena murah? No! Itu karena si wajan ada pegangannya ke atas seperti yang dimiliki tukang nasi dan bakmi goreng. Melihatnya, saya langsung jatuh cinta. Saya merasa bakal keren bisa bikin nasi goreng sambil bergaya kayak koki profesional. Sayang, angan-angan tinggal angan-angan. Tak seindah kenyataan. Gak sampai sebulan, tuh pegangan sudah lepas. Dibuat goreng-goreng suka lengket. Eeeeh cepet penyok lagi. Duuuuh! Beda banget dengan wajan tua pertamaku. Wajan dengan brand nama pulau tempat tinggalku ini bener-bener keren. Gorengan gak gampang lengket, sampai kini juga gak penyok-penyok. Cuma bokongnya aja yang menghitam. Yaa... Barangkali begitulah takdir wajan. Mencatat jejak perjalanan hidupnya dalam hitam bokongnya. Eh .... Soal merk yang sama dengan pulau tempat tinggalku ini, keren juga, Kawan. Panci-panciku hampir semua pakai merk ini. Alhamdulillah, mereka pilih tanding. Tetep awet. Saat panci-panci merk lain sudah pada bocor dan gak saya ketahui lagi kisah hidupnya, banyak di antara mereka yang masih survive tuk berebut nangkring di atas komporku. Sebagai bentuk penghargaan atas jasa si wajan tua tanpa brand di atas, saya beri dia tugas baru. Jadi wadah pakan si jago. Ini bukan tugas sepele. Tugas yang selama ini sering diemban para besek plastik wadah berkat. Umumnya mereka tak mampu bertahan lama. Dua tiga bulan sudah rusak dicumbui si jago. Saya yakin, si wajan, dengan usia yang lebih tua dari si jago, bakalan bisa menundukkan ayam gak sopan ini. Ya ... Saya kehabisan kata-kata buat memarahi si jago. Bayangkan, saat saya sedang serius ngisi webinar atau pelatihan online, dia gak mau kalah. Suara lantangnya ikut terdengar para peserta. Saatnya dia mendapat lawan yang tangguh. Kita lihat, siapa yang bakal tumbang lebih dulu! Apakah dia harus merasakan hangatnya pelukan wajan baruku?
DISCLAIMER
Konten pada website ini merupakan konten yang di tulis oleh user. Tanggung jawab isi adalah sepenuhnya oleh user/penulis. Pihak pengelola web tidak memiliki tanggung jawab apapun atas hal hal yang dapat ditimbulkan dari penerbitan artikel di website ini, namun setiap orang bisa mengirimkan surat aduan yang akan ditindak lanjuti oleh pengelola sebaik mungkin. Pengelola website berhak untuk membatalkan penayangan artikel, penghapusan artikel hingga penonaktifan akun penulis bila terdapat konten yang tidak seharusnya ditayangkan di web ini.
Laporkan Penyalahgunaan
Konten pada website ini merupakan konten yang di tulis oleh user. Tanggung jawab isi adalah sepenuhnya oleh user/penulis. Pihak pengelola web tidak memiliki tanggung jawab apapun atas hal hal yang dapat ditimbulkan dari penerbitan artikel di website ini, namun setiap orang bisa mengirimkan surat aduan yang akan ditindak lanjuti oleh pengelola sebaik mungkin. Pengelola website berhak untuk membatalkan penayangan artikel, penghapusan artikel hingga penonaktifan akun penulis bila terdapat konten yang tidak seharusnya ditayangkan di web ini.
Laporkan Penyalahgunaan
Komentar
Sejarah wajan ternyata jadi tulisan kerenn. Salam hormat bu.
Kereeen, sueger ceritanya. Sukses selalu, Bunda. Salam literasi
Sama2
Hanya wajan lho bisa jadi cerita! Top!
Lagi jenuh ini hehehehe
Keren bund, d tangan bunda cerita wajan rusak blm berakhir
Hehehehe.. bundaaa.. keren deh
Bunda Isty memang keren
Luar biasa bunda wajan jadi bahan tulisan yg keren
Waduh tadinya mau saya pinjam Bun
Cerita menarik diangkat dari realitas keseharian. Kesederhanaan tema itulah, yg membuat kisah sang wajan menjadi cerita memikat. Tata bahasa dan alur cerita, turut berperan menjadikan kisah ini menjadi keren menewen...
Bunda Isti is the best .. dari wajan mengalir cerita yang keren
Padahal cuma wajan tapi ceritanya jadi heboh kalau Bu is yang menulis xixixixi
Kerwn euy ceritanya bunda
Ngakak terus baca ceritanya, hahaha
Jadi terharu.
Saat kedua wajan dimasukkan ke dalam kamarnya, mereka saling berdebat siapa yang lebih berhak untuk berdampingan dengan si empunya. Wajan lama memberi gelar pelakor bagi wajan baru. Wajan baru pun tak Sudi disematkan gelar itu, ia memicingkan matanya ke wajan lama yang sudah tua penuh dengan komedo yang sudah menjelma menjadi pulau. Ah . . . Mereka akhirnya tertidur menunggu siapa yang akan menemani si empunya seharian besok. Mantap, Bu Isti.
Keren menewen, kangen tulisan bunda mantap pisan
Hahah mantap ceritanya bun
Barakallah bunda Isti..artikelnya renyah enak dikunyah... Berharap bs seperti bunda...sehat selalu bund
Wajan oh wajan... Keren cerita nya bunda. Bunda kreatif, Tentamg wajan saja bisa jadi tulisan keren.
Keren,... Ibu pandai meracik kejadian biasa menjadi sebuah cerita. Sukses bu. ijin follow ya bu
Klepon bisa tergusur nih
Bunda memang keren
Urusan perwajanan terasa hot.. he.. keren Bu..
heheheh iya soalnya lagi buat nggoreng di atas kompor
Cerita wajan yang Kereeen bohay bunda saluuut pake bangeet, mudahan bisa mengikuti jejak bunda
Ide yang kreatif bunda..salut deh
Keren ceritannya....bun
Keren ceritanya