Isti Yogiswandani

Just write when desire is coming, writting is a free way to ekspress........

Selengkapnya
Navigasi Web
Kidung lereng wilis part 5
Menunggu matahari terbit di kawah bromo

Kidung lereng wilis part 5

Senandung Pendakian

"Semua harus mempersiapkan keperluan pribadi sendiri-sendiri, Panitia hanya menyediakan transportasi dan akomodasi yang sifatnya umum dan pokok. Semua siap? Salam lestari...

" Siaaaap! Salam lestari...." Semua anggota serempak menjawab ketika Panji, sang ketua mapala memberikan pengarahan pada acara diklatsar kepecinta alaman anggota baru. Setelah 3 hari diberikan teori, ini saatnya mereka akan diperkenalkan langsung dengan medan pendakian. Sebagai langkah awal mereka akan diajak mendaki gunung yang relatif ringan dan medannya tidak terlalu berat. Gunung ijen. Gunung dengan ketinggian sekitar 2443 m dpl ini medannya cukup bersahabat bagi pendaki pemula. Tapi sebelumnya mereka akan diajak kemping dan menikmati indahnya matahari terbit dari puncak Gunung Bromo sebagai pemanasan, sebab gunung bromo lebih dikenal sebagai tempat wisata, daripada jalur pendakian.

Semua anggota baru mapala tampaknya sudah berkumpul, tapi ternyata ada satu yang belum hadir di lapangan tempat mereka berkumpul, padahal Panji sudah memberi tahu bahwa pukul 00.40 mereka harus sudah siap berbaris untuk mulai acara pemberangkatan. Panji melirik arlojinya. Pukul 00.47. Sudah lebih 7 menit dari kesepakatan. Mereka harus segera menuju terminal agar bisa sampai di terminal surabaya sebelum subuh, sehingga tidak terlambat menunaikan shalat subuh, lanjut ke terminal probolinggo sambil mampir sarapan.

Panji meraih daftar absen dan mulai mengecek.

"Eka...!"

"Siap,Kak..!" terdengar sahutan.

"Candramawar....!" Sepi. Para anggota saling menoleh, memastikan tidak ada candramawar di antara mereka.

Tiba-tiba seorang cewek berlari tergesa dan langsung masuk ke barisan.

"Hei, siapa kamu enak saja langsung masuk barisan. Maju ke sini," Panji berteriak dan memasang tampang galak. Si biang kerok ini harus diberi pelajaran.

"Kamu terlambat 10 menit, sesuai kesepakatan, kamu harus dihukum squad jump 10 kali. Laksanakan!": Cewek itu patuh, dengan santainya melakukan squad jump tanpa banyak cingcong. Diam-diam Panji salut, biasanya cewek rewel kalau dihukum, banyak alasan agar terbebas dari hukuman.

Pukul 08.12 mereka sudah sampai di terminal Probolinggo. Setelah sarapan sudah ada byson angkutan yang akan membawa mereka ke bromo.

Byson melaju dengan kecepatan sedang. Setelah melewati permukiman, dari kanan kiri jalan mulai terlihat perbukitan. Panji mengamati teman-temannya. Ada yang memasang headset di telinganya, sebagian besar tertidur, angin sepoi dan hawa sejuk membuat mata cepat terpejam. Mata Panji tertuju pada Candramawar. Cewek itu tampaknya begitu menikmati pemandangan sepanjang perjalanan. Matanya terpaku pada birunya perbukitan dan hijaunya vegetasi yang tumbuh di atasnya. Wajahnya yang bersih terbungkus kerudung berwarna hitam. Terlihat kontras. " Cewek itu manis juga, batin Panji. Tak hentinya dia mengamati gadis itu. Tiba-tiba Candramawar menoleh ke arahnya. Panji tersenyum untuk mengatasi kegugupannya, tertangkap basah sedang mengamati cewek itu.

" Tidak tidur?" Panji komat kamit tak bersuara sambil menangkupkan kedua tangannya sambil menyangga kepalanya. Candramawar tersenyum sambil menggelengkan kepala. Panji mengacungkan jempol. Jarak tempat duduk cukup jauh membuat mereka mengobrol memakai bahasa isyarat. Tapi entah, kondisi seperti itu saja sudah membuat Panji senang.

Tenda sudah didirikan, di dekat pintu masuk, cemoro lawang. Ke kiri sedikit, dan naik ke sebuah tempat lapang. Dari info petugas loket pintu masuk, mereka boleh mendirikan tenda di situ tanpa perlu membuat surat perijinan.

Panji melirik tenda cewek yang tertutup rapat. Berharap Candramawar keluar dari tenda itu. Panji ingin sekali bersama gadis itu. Mengobrol dengannya sepertinya menyenangkan. Malam kian larut, Panji bertugas jaga. Piket. Ada Hatma yang terkantuk-kantuk, tapi anak itu sepertinya sedang asyik memasak air untuk menyeduh kopi. Panji memandang kerlap kerlip bintang di sana, cuaca cerah menyuguhkan lukisan indah dalam goresan tinta hitam berhias sinar bintang dan wajah rembulan. Tiba-tiba tenda cewek bergerak-gerak, retsleiting tenda terbuka. Menyembul wajah cewek yang dinantikannya, dada Panji berdebar....

(Bersambung)

DISCLAIMER
Konten pada website ini merupakan konten yang di tulis oleh user. Tanggung jawab isi adalah sepenuhnya oleh user/penulis. Pihak pengelola web tidak memiliki tanggung jawab apapun atas hal hal yang dapat ditimbulkan dari penerbitan artikel di website ini, namun setiap orang bisa mengirimkan surat aduan yang akan ditindak lanjuti oleh pengelola sebaik mungkin. Pengelola website berhak untuk membatalkan penayangan artikel, penghapusan artikel hingga penonaktifan akun penulis bila terdapat konten yang tidak seharusnya ditayangkan di web ini.

Laporkan Penyalahgunaan

Komentar




search

New Post