Bertanya adalah hak asazi manusia. Dengan bertanya kita bias mendapatkan berbagai pengetahuan. Namun banyak dari kita yang bertanya hanya untuk mengelak dari kewajiban. Banyak bertanya hanya untuk mencari alasan. Akibatnya malah justru memperberat.

فَقُلْنَا ٱضْرِبُوهُ بِبَعْضِهَا كَذَٰلِكَ يُحْىِ ٱللَّهُ ٱلْمَوْتَىٰ وَيُرِيكُمْ ءَايَٰتِهِۦ لَعَلَّكُمْ تَعْقِلُونَ

“Lalu Kami berfirman: Pukullah mayat itu dengan sebahagian anggota sapi betina itu! Demikianlah Allah menghidupkan kembali orang-orang yang telah mati, dam memperlihatkan padamu tanda-tanda kekuasaan-Nya agar kamu mengerti.” ( Al Baqoroh, 73 )

Alkisah, Di kalangan Bani Isroil ada seorang hartawan yang berlimpah harta. Rumahnya mewah, hasil kebun berlimpah. Hidup penuh gelimang harta. Namun sayang istri tiada, anakpun tak punya. Sampai tua menjelang tak satupun keluarga yang mendampinginya.Lalu kepada siapa harta akan diwariskan jika beliau tiada ?

Namun ajal datang tidak disangka. Suatu hari si hartawan ditemukan terbujur kaku di depan rumah salah seorang warga di kampung sebelah.

Keponakannya histeris dan berkata, “ Siapa orang jahat yang telah tega membunuh paman saya? Beliau orang yang baik dan mulia, tapi kenapa ada yang tega menghabisi nyawanya ? “

Warga kampung sebelah menjadi marah, “ Siapa yang telah menfitnah? Tak seorangpun mengetahui kematiannya. Kami menemukan mayatnya di depan rumah salah seorang warga. Pasti warga kampung sebelah yang telah melakukan dan meletakkan disini. Kami tidak terima tuduhan itu…”

Cekcok pun tak terelakkan lagi. Warga dari dua kampung yang tadinya harmonis menjadi saling curiga dan bahkan saling memaki. Seorang sholih meredakan amarah para warga, “ Di antara kita kan ada utusan Alloh, Musa as. Mari kita minta Musa untuk menyelesaikan sengketa ini.”

Berbondong – bondong mereka menghadap Nabi Musa. “ Musa, pecahkan masalah kami. Carilah tahu kepada Robbmu, siapa pembunuh si hartawan ini, supaya kami bisa tenang dan tidak saling mencurigai.”

Musa pun berdoa pada Alloh. Beliau berkata “ Sembelihlah seekor sapi betina dan bawalah ekornya kesini.”

“ Jangan mengejek kami. Kami ingin tahu siapa pembunuh si hartawan, kok malah engkau menyuruh kami memotong sapi.” Warga kampung sewot.

“ Saya tidak bergurau. Itulah perintah Alloh yang harus kalian ikuti kalau ingin tahu jawaban teka – teki ini…” Jawab Musa

Para warga sebenarnya merasa bahwa perintah itu tidak masuk akal. Mereka mulai mencari alasan dengan bertanya, “ Tolong terangkan sapi seperti apakah yang harus kami sembelih ?”

“ Sapi yang tidak terlalu tua, tapi juga tidak terlalu muda. Yang pertengahan. Segera laksanakan perintah ini”

“ Bagaimana dengan warnanya ?”

“ Carilah sapi berwarna kuning, yang ketika engkau melihat engkau merasa senang karena seperti melihat cahaya matahari,”

“ Coba jelaskan lebih detil lagi, kami belum begitu paham. Mudah – mudahan kami segera menemukan sapi itu.” Mereka bertanya lagi, karena sebenarnya mereka enggan untuk memotong sapi dan masih menganggap Nabi Musa tidak mungkin memecahkan masalah mereka.

Bersambung ....