Iwan Kurnianto

Guru Matematika di SMP N 3 Bae Kudus. ...

Selengkapnya
Navigasi Web
Emper Rumah Simbok

Emper Rumah Simbok

Malam yang aneh. Entah kenapa, tiba-tiba aku ingin tiduran di sini (emper rumah simbok). Rasanya baru kemarin ketika kepalaku tersandar di dengkul dan dielus-elusnya sampau tertidur. Tak jarang, kedua adikku yang masih SD dan TK juga ikut merengek. Nyaman sekali rasanya kala itu. Bila boleh, ingin sekali rasanya mengulang dan dengan durasi waktu yang lebih lama.

Aku juga teringat, di emper ini pernah menjadi saksi. Saksi cita-cita kami bertiga. Menjadi kebanggaan Bapak dan Simbok.

Tempat ini juga menjadi ajang curhat anak dan orang tua. Entah kabar di sekolahku, kabar PR ku, maupun kabar teman-temanku.

Tempat ini pula menjadi saksi banyaknya wejangan simbok. Bagaimana bersikap, bertingkahlaku maupun menempatkan diri.

Simbok selalu mengajari mengalah. Namun bukan kalah. Tak boleh mencubit hanya karena kita dipukul. Tak boleh memusuhi hanya karena kita disakiti. Jelasnya, ada Gusti Alloh yang melihat. Pasti berikan jalan.

Jadi ingat kecilku yang nakal. Karena ulah adik laki-laki dan aku, Simbok tak sadarkan diri. Ketika waktu itu kami asik lempar-lemparan air sambil berlari, tak sadar Simbok ikut mengejar. Karena suaranya sudah tak terdengar di telinga kamilah alasan Simbok mengejar. Rupaya, lantai terlalu licin. Simbok tersungkur dan tak sadarkan diri hingga beberapa waktu. Alhamdulillah, setelah ditangani, Simbok baik-baik saja.

Tidak hanya nakal pada simbok. Akupun pernah buat ulah lebih parah dari itu. Bapak kubuat opname rumah sakit. Jadi, waktu itu hari menjelang sore. Kebiasaan di tempat kami adalah duduk bercengkerama di depan rumah sambil menunggu adzan maghrib. Pun halnya dengan Bapak. Beliau mengajak bercanda. Dengan menutup wajahnya layaknya pelatih tinju, Beliau memintaku melayangkan pukulan kearahnya. "Buk", pukulan telak mendarat di samping telinga kirinya. Seketika Bapak tergeletak kesakitan. Oleh tetangga, Bapak dibawa ke RS. Gendang telinganya pecah. Harus opname dan dilakukan tindakan. Aku hanya terduduk lesu dan menyesal.

Rasanya kangen banget masa-masa itu. Walaupun kini sudah berekor dua, kenyataanya masih saja kangen simbok. Kangen dipijit kepalaku. Apalagi pas sedikit penat, satu pijitan rasanya mak cless tenan.

Malam ini mencoba kubaringkan badan di tempat ini. Sementara sendiri. Mencoba bernostalgia. Mengenang masa kecil. Masa di mana simboklah segalanya. Apapun masalahnya, simboklah tempat curhatnya.

Tiba-tiba, ditengah lamunan, pundakku rasanya berat sekali. Seperti sulit bernafas. Antara setengah sadar, apakah yang sedang terjadi. Setelah beberapa saat sadar, kutengok kebelakang. Alamak, Istriku ternyata. Rupanya dia tahu, ingin pula ikut nostalgia. Namun, pada dimensi yang berbeda.

DISCLAIMER
Konten pada website ini merupakan konten yang di tulis oleh user. Tanggung jawab isi adalah sepenuhnya oleh user/penulis. Pihak pengelola web tidak memiliki tanggung jawab apapun atas hal hal yang dapat ditimbulkan dari penerbitan artikel di website ini, namun setiap orang bisa mengirimkan surat aduan yang akan ditindak lanjuti oleh pengelola sebaik mungkin. Pengelola website berhak untuk membatalkan penayangan artikel, penghapusan artikel hingga penonaktifan akun penulis bila terdapat konten yang tidak seharusnya ditayangkan di web ini.

Laporkan Penyalahgunaan

Komentar




search

New Post