Iwan Kurnianto

Guru Matematika di SMP N 3 Bae Kudus. ...

Selengkapnya
Navigasi Web
Hutang Pemutus Tali Silaturohmi

Hutang Pemutus Tali Silaturohmi

Bank adalah salah satu lembaga keuangan resmi yang bergerak di bidang perbankan. Sebagai lembaga keuangan, tugas utamanya adalah ikut mengendalikan roda perekonomian suatu negara. Termasuk di dalamnya memberikan fasilitas pinjaman, simpanan, maupun pembayaran tagihan-tagihan lainya.

Dalam melakukan kegiatanya, baik pinjaman, simpanan dan pembayaran, pasti menetapkan besaran jasa yang diberikan maupun dibebankan. Dari jasa inilah seluruh operasional bank dapat berjalan sebagaimana mestinya. Dari jasa pula seluruh pegawai ini mendapatkan hak-haknya sebagai seorang pegawai.

Bagaimana kelangsungan nafas perbankan jika banyak fasilitas yang diberikan tidak berjalan mulus?

Misal, banyak peminjam yang tidak tertib dalam angsuran? Atau mungkin target pelayanan jasa pembayaran tidak terpenuhi? Jelas, keuangan perusahaan terganggu. Dampak terburuknya adalah perusahaan bangkrut. Timbul masalah bagi karyawan yang terpaksa dirumahkan. Perekonomian keluarganya secara tidak langsung juga terdampak. Terlebih bila karyawan tersebut satu-satunya tulang punggung.

Begitulah sedikit gambaran tentang salah satu aktivitas bank atau lembaga keuangan lainya. Demikian sentralnya peran jasa pinjaman dan pembayaran lainya dalam aktivitas bank dalam keseharianya beroperasi. Jadi, tidak salah bila dalam memastikan pembayaran angsuran nasabah lancar, mereka memperkerjakan kolektor. Tugas utama kolektor adalah menagih angsuran yang telat pembayaranya.

Sekarang, apa jadinya bila bank dalam menjalankan beroperasi tidak memberikan jasa pada setiap aktivitasnya. Apakah bisa bertahan? Tentu tidak bisa. Lambat laun modal akan habis untuk pembayan gaji karyawan, bayar listrik dan pajak. Akhirnya, bank hanya tinggal nama saja. Jadi, bila menjadi nasabah bank dan menerima fasilitas pinjaman, pikirkanlah hal itu. Jadilah nasabah yang baik dan tertib dalam membayar angsuran. Harapanya, kerjasama akan semakin baik di kepentingan-kepentingan berikutnya.

Jangan seperti orang-orang yang akan saya ceritakan berikut. Air susu dibalas air tuba.

Pernah waktu itu Ibuk saya kedatangan tamu yang masih ada kaitan saudara. Dia datang dengan ter-engah dan muka pucat. Dengan penuh rasa memelas mengutarakan maksudnya. Oh, ternyata dia bingung. Anaknya berangkat kerja keluar negeri dua hari lagi. Belum ada sepeserpun uang saku yang akan diberikan kepada anaknya. Dia minta tolong pinjam 1,5 juta untuk saku anaknya berangkat keluar negeri.

Ibuk saat itu sedang tidak pegang uang. Tapi hatinya tidak tega melihat masalah yang menimpa saudaranya. Ibuk minta ijin keluar sebentar. Ternyata, Ibuk telpon Adik saya jika Ibuk butuh uang mendadak untuk dirinya. Tak menunggu lama, datanglah uang itu dan seketika diberikanya uang pinjaman kepada saudaranya. Saya sebenarnya tidak setuju. Sampai segitunya Ibuk mengupayakan untuk saudaranya. Kata Ibuk, kasihan mereka.

Setelah diberikan uang itu, mereka berjanji 1 bulan mengembalikan. Selepas itu pamit.

Waktu sudah berjalan sebulan lamanya. Ditunggunya janji saudara Ibuk itu datang mengembalikan. Namun tak kunjung datang hingga bulan berikutnya. Ibuk datangi kerumahnya untuk mengingatnya. Jawabanya ketus. Ibuk diperlakukan seperti layaknya seorang tukang tagih yang sedang bekerja. Padahal Ibuk hanya datang mengingatkan. Akhirnya Ibuk pulang tangan kosong.

Bulan ke empat juga berlalu dengan keadaan yang sama. Pada akhirnya, ibuk membiarkanya sampai benar-benar saudaranya sudah punya uang untuk mengembalikan.

Ternyata, hari demi hari, bulan demi bulan berlalu dengan situasi yang sama. Ibuk sudah mengikhlaskan. Pun halnya Adik saya. Hingga lebaran ke-4 inipun belum juga dikembalikan. Dan selama itu pula komunikasi kami terputus. Bukan ingin Ibuk berakhir seperti itu, namun mereka yang melakukanya. Mereka sendiri yang memutuskanya sendiri gara-gara utang.

Sedihnya hati Ibuk, dengan bangganya dia pamer motor baru dengan sliwar sliwer lewat depan rumah. Tak sedikitpun kepedulianya terhadap tanggungjawab untuk sekedar minta maaf.

Begitulah dahsyatnya utang. Memisahkan saudara dekat menjauh menjadi orang lain yang tidak dikenal. Sudah tiga orang saudara kami yang menjauh gara-gara utang.

Kini kami belajar, jika ada famili yang berniat pinjam, Ibu pasti menolak dengan halus. Ibu berikan uang secukupnya untuk sekedar membantu permasalahanya. tujuanya, supaya tali silaturohmi tetap terjaga. Karena, selama ini, hutang-hutang itulah yang menjadi salah satu pemutus tali silaturohmi. Bahkan sangat lebih parah dari sekedar putus.

DISCLAIMER
Konten pada website ini merupakan konten yang di tulis oleh user. Tanggung jawab isi adalah sepenuhnya oleh user/penulis. Pihak pengelola web tidak memiliki tanggung jawab apapun atas hal hal yang dapat ditimbulkan dari penerbitan artikel di website ini, namun setiap orang bisa mengirimkan surat aduan yang akan ditindak lanjuti oleh pengelola sebaik mungkin. Pengelola website berhak untuk membatalkan penayangan artikel, penghapusan artikel hingga penonaktifan akun penulis bila terdapat konten yang tidak seharusnya ditayangkan di web ini.

Laporkan Penyalahgunaan

Komentar




search

New Post