Iwan Kurnianto

Guru Matematika di SMP N 3 Bae Kudus. ...

Selengkapnya
Navigasi Web
Pesan Pak Muhdi

Pesan Pak Muhdi

Pesan Pak Muhdi

Tak terasa, kemarin adalah penghujung dari penantian panjang. Dari rangkaian kegiatan yang berproses, tiada yang tak berbekas. Semua meninggalkan bekasnya masing-masing, seperti pilu, sakit, kuat, tegar dan bangga. Pun halnya kami, berjuang di tengah keterbatasan dengan segala kekurangan. Sudah tentu banyak bekas yang tertinggal.

Saya ingat, waktu pertama kami bertemu dalam kesempatan maya. Waktu itu kami masih terlalu egois. Untuk sekedar berbagi kata sangatlah berat. Jangankan berbagi, sekedar salam sapa saja begitu mahal. Jadi, komunikasi kami saat itu di jejaring begitu garing.

Hubungan kami saat itu masih campur aduk. Kedekatan kami memang terpupuk secara bertahap. Dari satu kegiatan ke kegiatan lain, perlahan menyatukan rasa kami. Dari lintas konsentrasi hingga linier konsen.

Dulu, ketika masih lintas, kami ber-enam yang dari Kudus sepakat berdiskusi dalam naungan wifi sekolah. Hal ini terpaksa karena butuh support data besar. Tidak cukup bila hanya dari HP kami. Terlebih, kami tersebar di daerah yang jaringan data tidak mensupport penuh.

Alhamdulillah, beberapa saat kami berjuang dalam jaringan, dan setelah tahapan-tahapan tertentu, kami harus tes sumatif. Bedanya, tes ini hanya sekali tak bisa remidi. Kami siasati, buka laptop bersama dan saling mengisi. Pada akhirnya, kami lolos daring dan masuk babak baru.

Babak baru kita harus berpisah. Kami disatukan dalan keluarga baru yang linear. Dulu kita lintas mata pelajaran, sekarang jadi satu mata pelajaran. Bismillah, babak baru saya lalui.

Pada awalnya kita canggung. Beda umur, beda latar belakang, dan beda status sosial. Saya merasa jadi simbah dalam keluarga baru ini. Dari 29 orang, saya masuk kategori 4 tertua di kelas. Tak apalah, jadi bisa belajar pada yang masih muda.

Di awal, kita sudah disodorkan jadwal kegiatan yang sangat padat. Mulai dari lokakarya 1, lokakarya 2, peer teaching, PPL, ukin dan umkppg. Saat itu, saya hanya bisa pasrah. Maju kena, mundur kena. Ini satu-satunya jalan untuk diakui. Juga jalan perbaikan kesejahteraan. Bismillah, tekad bulat.

Hari pertama saya masih bingung. Ternyata, sulit sekali mencari kos cowok. Terlebih, di hari-hari serba mendadak, sulitnya luar biasa. Dari lima yang luar kota, dua sudah dapat kos. Itupun harus merogoh kocek lebih dalam karena ulah Bang Toni yang ambil untuk dari penderitaan kami.

Hari sudah sore dan kami bertiga masih belum dapat kos. Kami putuskan istirahat dulu sambil makan di warteg dekat kampus.

Tiba-tiba saya terusik dengan tulisan "kos 250 perbulan" yang ditempel di tempat fotokopi samping warteg. Kami mencoba menanyakan, masih adakah kamar yang kosong. Mas Kodir pemilik fotokopi menjawab masih. Alhamdulillah, kami wakilkan kepada Mas david untuk cek lokasi.

Tak beberapa lama, hp saya berbunyai. Ternyata kiriman foto dari Mas David tentang kondisi kos. Ya Alloh, ternyata kondisinya memprihatinkan. Kos bagus yang tidak dirawat. Terlihat kumuh, kotor dan berbau.

Awalnya kita menolak. Kita lanjutkan mencari tempat lain. Sampai manghrib belum kunjung dapat tempat.

Sudahlah, kita putuskan ambil tempat kumuh itu. Kita ajuka syarat: belikan pembersih lantai, keramik, dan lainya. Kita sikat semua bertiga. Alhamdulillah, tiga jam beres dan bersih. Kita bisa tidur nyenyak malam itu.

Selanjutnya kami lewati kehidupan kami hingga 3 bulan di tempat itu dengan pernak-perniknya.

Dalam lokakarya, tagihan yang harus diselesaikan adalah produk perangkat pembelajaran yang terintegrasi HOTS. Rupanya, dalam penyusunan perangkat, banyak perbedaan pandangan diantara kami. Pun halnya bapak ibu dosen pengajar. Terpenting, tidak keluar jalur.

Hal menarik dalam presentasi produk lokakarya justru bukan dari kualitas produk itu sendiri, tapi datang dari kualitas komunikasi dari penyaji. Contoh, saat peserta yang berasal dari brebes maju ke depan. Selama pemaparan, perut saya sakit karena kontraksi. Logatnya ngapak sungguh original tak berubah. Semua peserta terpingkal selama pemaparan berlangsung.

Tidak hanya itu, kualitas suara yang fals dan nge-prek juga dipaparkan oleh salah satu peserta. Pak Sus namanya. Berasal dari SMP Pringsurat wonosobo. Entah karena faktor bawaan atau kebanyakan sambel mentah, suaranya sangat-sangat menganggu. Mirip knalpot motor bedelan yang diblayer. Tapi karena logatnya joga orisinil, pemaparanya juga membuat terpingkal satu kelas.

Bagi saya, kejadian lucu di kelas terjadi ketika menyanyikan lagu Kebangsaan Indonesia raya. Waktu itu tugas Pak Dwi menjadi derigen. Entah kenapa, pembawan postur tubuh dan gerakan tangan ketika jadi derigen terlihat kaku lucu dan menggelikan. Saya hampir gak berhenti "ngempet" ketawa selama berlangsung. Saya tidak berani menatap dirinya yang sangat lucu itu walaupun ngampet sakit ketawa.

Itulah beberapa kejadian lucu ketika kami lokakarya. Semua tidak bisa diwakili dengan sekedar tulisan. Karena, pada kenyataanya, kejadian-kejadian sangat spontan dan sangat sangat lucu.

Sayang, semua kini tinggal kenangan. Kami sudah terpisah kembali. Kami harus kembali mengabdi di tempat masing-masing. Tentu, apa yang telah kami dapatkan selama menempuh rangkaian kegiatan PPG dalam jabatan angkatan 1 tahun 2019 ini akan menjadi modal besar dalam melaksanakan tugas negara.

Rabu lalu, tanggal 14 Agustus 2019 pukul 10.00 wib, kami diambil sumpah profesi. Perjuangan, penantian dan harapan kami sudah berujung. Dari dua ratusan peserta lintas mapel, menyisakan puluhan yang terpaksa harus mengulang karena belum lulus. Kami, dari mapel matematika juga demikian. Lima kawan kami berjuang kembali pada periode berikutnya.

Pada akhirnya, selamat atas diterimanya sertifikat pendidik dan sumpah profesi bagi kawan kawan seperjuangan PPG Daljab Angkatan 1 Tahun 2019.

Pesan Pak Dr. Muhdi, M.Pd.,M.Hum., bahwa ini adalah apresiasi luar biasa atas seluruh perjuangan kawan-kawan untuk mendapatkan legalitas profesi yang selanjutnya mendapatkan hak tunjangan atas profesi ini. Profesionalitas sesungguhnya seorang guru bukan dari seberapa pandai guru tersebut dalam menggunakan IT, seberapa cerdas mengerjakan soal yang ada. Namun, secara sederhana, keprofesionalan guru tampak pada hal seperti: semakin disiplin berangkat kerja, semakin bijak bersikap, mengendalikan amarah, tertib masuk kelas, tertib membuat perencanaan mengajar, dan lain sebagainya.

Pesanya lagi, nanti ketika sudah cair, kendalikan emosi dan amarah, seperti kredit mobil, motor baru, dan lainya. Sisihkan untuk pengembangan diri dalam kependidikan, seperti mengikuti diklat, seminar dan lokakarya yang meningkatkan profesionalitas guru.

Terakhir, terimakasih setinggi-tingginya kepada Bapak ibu Dosen UPGRIS yang telah membimbing kami selama kegiatan dengan sangat luar biasa. Insha Alloh, tidak ada yang sia-sia. Ke depan, kami akan menjadi guru-guru profesional yang membanggakan. Akan kami warnai indah dunia pendidikan indonesia. Terimkasih.

DISCLAIMER
Konten pada website ini merupakan konten yang di tulis oleh user. Tanggung jawab isi adalah sepenuhnya oleh user/penulis. Pihak pengelola web tidak memiliki tanggung jawab apapun atas hal hal yang dapat ditimbulkan dari penerbitan artikel di website ini, namun setiap orang bisa mengirimkan surat aduan yang akan ditindak lanjuti oleh pengelola sebaik mungkin. Pengelola website berhak untuk membatalkan penayangan artikel, penghapusan artikel hingga penonaktifan akun penulis bila terdapat konten yang tidak seharusnya ditayangkan di web ini.

Laporkan Penyalahgunaan

Komentar




search

New Post