Iwan Kurnianto

Guru Matematika di SMP N 3 Bae Kudus. ...

Selengkapnya
Navigasi Web
Asih, Menembus Batas Cita-citanya    Part 1

Asih, Menembus Batas Cita-citanya Part 1

Oleh : Iwan Kurnianto

Nama panggilanya Asih. Sejak kecil terbiasa hidup dalam kesederhanaan, kerja keras dan kebutaan ilmu. Hidup di tengah keluarga yang jauh dari pendidikan membuat masa kecilnya habis dalam belenggu orang tua. Rutinitasnya memasak, menyapu dan menyetrika tumpukan baju milik pelanggan.

Sejak usia 10 tahun, kepiawaianya menyetrika stelan jas sudah tak diragukan. Sontak, hal ini yang menyebabkan pelanggan tak meninggalkanya. Usaha penatu (loundry khusus stelan jas) memamg menjadi mata pencaharian bapaknya. Namun, begitu Asih terlatih dan bisa diandalkan, bapaknya memilih menjadi tukang batu untuk mendapatkan penghasilan lebih.

Berjalanya waktu, jasa setrika Asih makin ramai. Hingga, kabar hasil pekerjaanya terdengar keluar desa. Sebut Pakde Pardi namanya. Dalang sekaligus tokoh seni dari kampung sebelah ini kesengsem akan hasil pekerjaan asih. Semenjak itulah, para pekerja seni mendominasi jumlah pelangganya.

Ketika Asih beranjak dewasa, munculah prahara. Tanpa sepengetahuan dirinya, simbok telah menerima lamaran seorang pemuda di desanya. Asih marah, kecewa dan menangis sejadinya. Asih minggat ke rumah Pakdenya. Di sana Asih menumpahkan semuanya. Kepergian Asih yang sudah sebulan membuat Bapaknya jatuh sakit. Berkali-kali harus pingsan dan berobat. Kasih sayang Bapak ini tak ada limitnya. Sayang, urusan rumah tangga, Simboknya lebih kuasa.

Rupanya, kabar sakitnya Bapak ini terdengar Asih. Saat itu juga Asih minta diantarkan pulang. Benar saja, sakit Bapaknya sembuh seketika melihat Asih pulang. Sejak itu, tak adalagi kabar tentang perjodohanya. Rupanya, Simbok dan Bapaknya telah mengembalikan semua lamaran pemuda itu. Walaupun sempat bersitegang, itulah yang tindakan bijak yang harus ditempuh.

Semenjak itu, Asih berniat "Nglakoni". Berserah diri, berusaha dan berdoa supaya segera dibukakan pintu maaf dan di dekatkan dengan jodoh. Setiap hari puasa, kecuali hari-hari tertentu. Badanya yang sedikit gemuk, kini tampak tulang dan terlihat kurus. Berulang kali ketika ada orang yang "nakokne", pasti diberitahukan kepada Asih

Namun sudah berkali-kali belum ada yang cocok. Orangtuanya semakin hari semakin pasrah dengan keadaan. Sampai titik kesabaran habis, orangtuanya menumpahkan amarahnya padanya. Asih hanya terdiam dan menangis di kamar.

Siang itu, tak ada angin tak ada hujan Tiba-tiba muncul sosok serius berbadan kurus jangkung.

Dengan ekspresi takut, pemuda itu bermaksud mau "nyucikan dan nyetrika" setelan jasnya. Dengan wajah datar diterimanya orderan itu. Tak banyak kata, pemuda itu mohon pamit. Ternyata pemuda itu adalah anak teman Bapak Asih yang berprofesi sebagai guru SD. Namun, Asih dan pemuda itu tak pernah kenal sebelumnya.

Pada suatu malam, ketika sedang makan malam terjadilah percakapan.

Bapak asih : "Sih, wingi ono cah lanang nyetrikakne stelan jas biru, wis dadi urung?"

Asih : "Dereng, Pak.

Bapak Asih : " Ki ngene Nduk, bocah kui anakke koncoku sing arep nakokne kowe, kiro-kiro piye?

Asih : "Aku manut Pak e."

Bapak asih :" Iki tenanan, nik ora yo rapopo. Nik gelem ojo kepekso."

Asih :" Yo, gelem Pak."

Bapak Asih : " Alhamdulillahhhhhhhh."

Keesokan harinya, Pak Jaya tidak sabar memberitahukan kabar gembira ini kepada Surat teman kerjanya.

Setelah serangkaian proses lamaran dan lain sebagainya, tibalah prosesi ijab dan pernikahanya. Tak tanggung-tanggung, pertunjukkan wayang 2 hari 2 malam ikut meramaikan acara. Alhamdulillah, Asih resmi menjadi istri dari suaminya yang bernama Padi.

Kebahagianya bertambah ketika genap 1 tahun usia pernikahanya, mereka dikaruniai seorang anak laki-laki yang ganteng. Kebahagiaan terpancar dari raut wajah Bapak dan Simbok Asih. Penantianya selama ini akhirnya terwujud.

Asih menikah saat usianya belum genap 17 tahun. Sementara itu, Padi suaminya 12 tahun lebih tua darinya. Tapi bila dilihat, mereka tak beda jauh. Asih menikah dengan pendidikan tidak tamat SD, walaupun dulu sempat mengenyam hingga kelas 5 hingga akhirnya putus.

Padi suaminya tergolong pemuda yang tidak neko-neko. Walaupun sederhana dan ndeso, cara berfikirnya sangat jauh ke depan. Hingga pada suatu ketika, di saat Asih memgandung anak kedua, meminta sesuatu yamg sulit dikabulkan oleh Padi suaminya.

bersambung...

DISCLAIMER
Konten pada website ini merupakan konten yang di tulis oleh user. Tanggung jawab isi adalah sepenuhnya oleh user/penulis. Pihak pengelola web tidak memiliki tanggung jawab apapun atas hal hal yang dapat ditimbulkan dari penerbitan artikel di website ini, namun setiap orang bisa mengirimkan surat aduan yang akan ditindak lanjuti oleh pengelola sebaik mungkin. Pengelola website berhak untuk membatalkan penayangan artikel, penghapusan artikel hingga penonaktifan akun penulis bila terdapat konten yang tidak seharusnya ditayangkan di web ini.

Laporkan Penyalahgunaan

Komentar




search

New Post