I Wayan Subagia

Belum menuliskan informasi profilenya.

Selengkapnya
Navigasi Web

Jangan Digosok

JANGAN DIGOSOK

Malam ini belum larut. Aku terus bingung untuk melanjutkan tulisan menulis buku. Kata-kataku habis, seolah lenyap ditelan ragu.

Aku teringat saat bertugas di tempat lain. Aku punya seorang teman guru perempuan sebut saja namanya Bu Nyoman. Nyoman adalah sebutan anak ketiga di Bali. Setiap anak ketiga pasti dipanggil Nyoman.

Bu Nyoman mengajar kelas 6, mengajar mata pelajaran selain olahraga dan agama. Tanpa ragu Bu Nyoman masuk kelas.

Anak-anak bergembira melihat Bu Nyoman masuk kelas. Ketua kelas memberi aba-aba. “Semuanya berdiri! Beri hormat” dengan semangat ketua kelas berdiri. Secara serempak anak-anak memberi hormat :” Selamat Pagi Buuuu!”. Bu Nyoman membalas : “Selamat pagi anak-nak!”

Anak-anak duduk di bangku masing-masing. Bu Nyoman pun mulai mempersiapkan perangkat pembelajaran. “Anak-anak hari ini ini kita belajar Ilmu Pengetahuan Alam” kata Bu Nyoman mengawali pelajaran.

Pelajaran Ilmu Pengatahuan Alam memang disukai anak-anak kelas 6, apalagi Bu Nyoman yang mengajar parasnya cantik. Bu Nyoman pun mulai pembelajaran dengan lebih dulu memompakan semangat kepada anak-anak untuk selalu giat belajar.

Ada seorang anak perempuan yang sudah beranjak gadis bertanya kepada Bu Nyoman. “Apa materi kita hari ini Bu?”. Lalu Bu Nyoman menjawab : “Cara Berkembang Biak Mahluk Hidup” jelas Bu Nyoman.

Pelajaran telah dimulai, sampai pada materi pertumbuhan pada manusia. Bu Nyoman menjelaskan perkembangbiakan manusia dari sejak dalam kandungan sampai dewasa. Tidak terasa pelajaran pun selesai. Ketua kelas kembali memimpin kelas untuk memberi salam mengakhiri pelajaran.

Pulang sekolah anak-anak saling berlarian berlomba dengan teman-temannya. Namun ada seorang anak laki-laki sudah beranjak remaja memikirkan sesuatu.

Keesokan harinya anak laki-laki masuk sekolah lebih pagi. Biasanya dia tidak pernah datang pertama ke sekolah. Hari ini dia pertama ada di kelas dan menulis sebuah kata di papan tulis. Kata yang ditulis ukurannya masih kecil.

Bu Nyoman seperti biasanya masuk kelas. Bu Nyoman terkejut ketika matanya tertuju pada kata yang tertulis di papan tulis. Anak-anak ditanya, siapa yang menulis tapi tidak ada yang mengaku. Salah satu anak yang piket disuruh menggosok. Sementara anak yang menulis itu tersenyum tipis.

Tulisan kata itu terus muncul dan selalu digosok, setiap hari ukuran tulisannya bertambah besar. Bu Nyoman merasa jengkel dalam hatinya. Anak yang menulis itu semakin bangga karena merasa tulisan kata itu membuat Bu Nyoman tidak nyaman.

Akhirnya ketahuan siapa yang menulis kata itu. Bu Nyoman memanggilnya. Lalu anak itu meminta maaf kepada Bu Nyoman, bahwa dia hanya bercanda.

Bu Nyoman melaporkan kejadian itu kepada kepala sekolah. Lalu menjelaskan kronologinya dan melaporkan tulisan kata itu. Kepala Sekolah memberi saran kepada Bu Nyoman sambil tersenyum. “ Bu Nyoman, kalau penis jangan digosok terus karena semakin digosok semakin membesar.” kata kepala sekolah. Mendengar penjelasan kepala sekolah Bu Nyoman pun pergi tersipu malu.

DISCLAIMER
Konten pada website ini merupakan konten yang di tulis oleh user. Tanggung jawab isi adalah sepenuhnya oleh user/penulis. Pihak pengelola web tidak memiliki tanggung jawab apapun atas hal hal yang dapat ditimbulkan dari penerbitan artikel di website ini, namun setiap orang bisa mengirimkan surat aduan yang akan ditindak lanjuti oleh pengelola sebaik mungkin. Pengelola website berhak untuk membatalkan penayangan artikel, penghapusan artikel hingga penonaktifan akun penulis bila terdapat konten yang tidak seharusnya ditayangkan di web ini.

Laporkan Penyalahgunaan

Komentar

Ada ada saja pak hehe

25 Jul
Balas

Terinspirasi Mbak, trimakasih atas komennya.

25 Jul



search

New Post