Iwi Dayati

Assalamualaikum wr wb Perkenalkan nama saya Widayati, M.Pd. Saya seorang guru yang mangampu mata pelajaran bahasa Indonesia. Saya menjalami profesi gur...

Selengkapnya
Navigasi Web

41 Celoteh Sang Love Bird

CELOTEH SANG LOVE BIRD

Widayati, M. Pd.

Sudah sebulan yang lalu sang love bird bertelur. Lumayan banyak telurnya ada empat dan yang jadi anak burung ada tiga. Rupanya tetangganya juga bertelur. Ada tiga dan semuanya jadi anak burung.

Keputusan tuan rumah menyatukan bayi-bayi burung tersebut berada satu dalam satu besek. Tiap pagi, siang, dan sore bapak tuan rumah selalu menyiapkan makanan dan minuman untuk para bayi burung.

Makanan bubur bayi nes*** di haluskan kemudian dimasukkan ke dalam suntikan tinta. Lalu disuntikkan ke mulut tiap-tiap bayi burung.

Sang induk hanya bisa melihat dari balik pintu kandang. Ia bersyukur anak-anaknya sehat semua. Mereka selalu dipelihara dengan baik, dilayani dengan sempurna oleh bapak tuan rumah.

Sang induk cukup bahagia meskipun tidak memberi makan sendiri pada anak-anaknya. Bahkan meskipun tidak memeluk anak-anaknya secara langsung, tetapi dia bisa menyaksikan anak-anaknya bahagia, terjamin makan minumnya dengan pelayanan yang diberikan bapak tuan rumah.

Setiap pagi dan sore selalu terdengar kicauan anak-anak itu bersama teman-temannya menyambut bahagia datangnya makanan dan minuman. Sesekali anak-anak itu diberi vitamin oleh bapak tuan rumah. Terima kasih bapak tuan rumah telah memelihara dan menjaga anak-anak burung.

Ini adalah hari kedua sang induk tidak mendengar cicitan anaknya. Dia tidak mendengar celoteh dan kicauan mereka.

"Ada apa ya?" hatinya mulai bertanya-tanya, tapi dia nggak mungkin bertanya pada tuan rumah sebab dia hanyalah seekor burung yang memiliki bahasa yang berbeda dengan bahasa manusia.

"Aku harus mencari tahu apa yang terjadi dengan anakku," kata sang induk dalam hati.

Ia memperhatikan sekeliling. Besek yang biasanya menjadi tempat tinggal anak-anak burung terlihat cuma ada satu. Tapi itu bukan besek yang menjadi tempat anak-snaknya. Besek itu pasti tidak ada isinya."

Hatinya dag dig dug sedih. Mau bertanya juga bingung. Ia hanya bisa berharap dan berdoa mudah-mudahan anak-anaknya baik-baik saja.

Dilihatnya siang ini pun bapak tuan rumah juga terlihat lesu, lemah, tak bergairah. Dan siang ini dia tidak memberi makan pada anak-ana burung.

"Ada apakah gerangan dengan anak-anak burung? semoga semuanya baik-baik saja."

Hingga siang hari akhirnya dia mendengar dengan sangat jelas ketika ibu tuan rumah baru datang dari sekolah

"Assalamualaikum ..."

"Waalaikumsalam," jawab bapak tuan rumah dengan lesu nyaris tak bersuara.

Saat itu sang induk burung melihat ada om Erwin, tetangga depan rumah. Beberaps bulan lalu ia sempat membeli burung dari bapak tuan rumah. Ya sahabatnya ternyata yang menjadi incaran om tersebut. Hingga akhirnya sahabatnya seekor love bird berkepala hitam telah berpindah rumah.

"Baru pulang mbak?"

"Iya, biasalah macet," kata ibu tuan rumah menjawab seadanya.

"Tu Bapak lagi sedih," kata om Erwin kepada ibu tuan rumah.

"Sedih kenapa?" tanya ibu tuan rumah kepada om Erwin.

"Itu baru pulang tadi jam satu, pas mau ngasih makan anak-anak burung, eh mereka sudah nggak ada."

"Sudah tidak ada gimana?" tanya ibu tuan rumah.

"Iya anak-anak burung itu ternyata dimakan tikus. Tuh darahnya berceceran," kata om tersebut menunjuk bercak merah di lantai.

"Ya allah kasihan sekali anak-anak burung itu. Kok bisa sih?" tanya ibu tuan runah.

"Iya tadi ditinggal pergi, biasanya aman-aman saja ternyata tadi ada tikus."

Sang induk love bird yang mendengar percakapan mereka merasa sedih. Tanpa terasa air mata mengalir dari mata.

"Ya Allah kenapa bisa begini anak-anakku? Kenapa kamu Nak?"

"Terus sekarang burungnya mana?" tanya Ibu tuan rumah

"Sudah dikubur tuh di pot yang besar." kata bapak tuan rumah.

"Mana ada enam anak burung lagi," kata bapak tuan rumah sambil menahan kesedihan di wajahnya.

Sang induj lovebird terlihat ikut sedih dan pilu. Seharian itu dia tidak nafsu untuk makan dan minum lagi. Berkicau pun tidak ia lakukan sejak mendengar kabar tentang anaknya. Dia terlihat murung seperti tak bersemangat.

"Ya sudahlah nanti kan bisa bertelur lagi dijaga saja nanti baik-baik. Atau kalau mau ya biar induknya saja yang memberi makan,' kata om Erwin memberikan solusi dan menghibur.

Kesedihan sang induk mendengar anaknya menjadi korban keganasan tikus membuat ia dendam terhadap tikus. Tetapi ia tidak bisa berbuat apa-apa. Ia hanya merenungi kata-kata om Erwin. Ini namanya ujian atau musibah tak perlu terus bersedih pasti ada hikmah dibalik ini.

Sang Induk pun kembali berusaha untuk cerah ceria bersemangat menghadapi hari-hari ke depan.

Jakarta, 24 September 2020

DISCLAIMER
Konten pada website ini merupakan konten yang di tulis oleh user. Tanggung jawab isi adalah sepenuhnya oleh user/penulis. Pihak pengelola web tidak memiliki tanggung jawab apapun atas hal hal yang dapat ditimbulkan dari penerbitan artikel di website ini, namun setiap orang bisa mengirimkan surat aduan yang akan ditindak lanjuti oleh pengelola sebaik mungkin. Pengelola website berhak untuk membatalkan penayangan artikel, penghapusan artikel hingga penonaktifan akun penulis bila terdapat konten yang tidak seharusnya ditayangkan di web ini.

Laporkan Penyalahgunaan

Komentar

Burung juga bisa sedih ya?

24 Sep
Balas

Mantul cerita

24 Sep
Balas

Makasih bunda

24 Sep

Alhamdulillah tayang

24 Sep
Balas

Sukses selalu selamanya

24 Sep
Balas

Keren cerpennya, salam literasi

27 Sep
Balas

Keren cerpennya. Judulnya menarik! Sukses, ya! Aku sudah follow, ya!

24 Sep
Balas

Kasihan induk love bird

24 Sep
Balas

Cerpennya keren Bu. Sukses selalu

24 Sep
Balas



search

New Post